50. Siapa Yang Berani Fitnah Flavorin?

153 9 0
                                    

Happy Reading!
.
.
.

📌Tandai Bila Ada Typo!

Rasa langsung di bawa Brian dan Anita ke rumah sakit yang biasa dia tempati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rasa langsung di bawa Brian dan Anita ke rumah sakit yang biasa dia tempati. Usai di priksa dokter Gio, kini Rasa sudah di tempatkan di ruang VIV keluarga Aryanta. Rasa terbaring lemas di brankar rumah sakit ini, tangan yang di infus dan menggunakan alat pembantu pernapasan. Sedangkan di luar sana. Brian terdiam mendengarkan Anita yang mengobrol dengan dokter Gio. “Kalo begitu saya permisi, ya bu Anita.” Ucap dokter Gio.

“Iya, pak terima kasih.” Setelah itu dokter Gio pergi dari sana. Anita menghela nafasnya pelan, menatap Brian yang juga sedang menatapnya.

“Rasa sakit lagi, Bian.” Lirih Anita pelan. Brian bangkit mendekat mamahnya. “Mamah gak mau kehilangan anak mamah lagi,” ucap Anita, kini dia sudah di peluk oleh Brian.

“Gak akan mah, Rasa pasti sembuh.” Ucap Brian berusaha menengkannya. “Kita masuk yuk,” ajak Brian.

Rasa menatap mamahnya tersenyum. Anita, kini dia sudah duduk di kursi sebelah brankar milik putrinya. Mentap pitrinya yang tersenyum di balik alat bantu pernapasan itu. “Rasa janji pasti sembuh kan, sayang?” tanyanya, Rasa mengguk pelan. Sedangkan Brian terdiam berdiri mematung di belakang Anita.

Drut! Durt!

Rasa dan Anita langsung melirik ke arah Brian. Bunyi ponselnya mampu memnuat Brian langsung mengambil benda itu di saku celananya. “Bian angkat telpon dulu, ya, mah.” Pamitnya pada Anita.

“Hallo?” setelah Brian sedikit menjauh dari mereka, dia langsung menerima panggilan itu. “Brian! Markas di serang!” ucap seseorang di sebrang sana. Brian langsung menatap dua wanita di sana.

“Geng mana?”

“Gak tau, mereka tiba-tiba ngerang kita, kebetulan di markas cuman ada lima orang.” jelas Wili.

“Yang lain kemana?” tanya Brian.

“Yang lain udah gue hubungi dan udah pada di jalan katanya.”

Brian sedikit berpikir. “Trus mereka masih ada di sana?” tanya Brian.

“Ada. Mereka masih di depan, mereka nungguin lo.” Wili terdengar cemas.

Brian menatap kembali pada Rasa dan Anita. “Gue gak bisa kesana,” ucapnya.

Trus kita?”

“Rasa lagi sakit.” Ucap Brian pelan.

“Please, ian, kita butuh lo.”

“Ok nanti gue kesana, bilang sama mereka.” Setelah mengatakan itu Brian menutup panggilannya sepihak.

BRIAN [SUDAH TERBIT] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang