Chapter 7

19.1K 2K 14
                                    

✯Happy Reading✯

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✯Happy Reading✯


Bak orang kesetanan Lycene langsung berlari menghampiri tempat kejadian perkara yang pelayan tadi katakan. Jantungnya berdegup kencang tak karuan saat mendengar berita itu.

Zie dan Zic? Mereka bertengkar? Saling membunuh? 

"ZIC!" 

Tubuh Lycene langsung menegang saat ia sampai di lorong dekat kamar Zic. Tempat itu hancur berantakan tak berbentuk. Barang-barang pecah berhamburan di sana-sini. 

Mayat-mayat prajurit dan pelayan bergeletakan di sepanjang mata memandang. Banyak tubuh dan kepala mereka yang terpisah karena terpenggal. 

Koridor itu berubah menjadi kolam darah yang mengerikan. Noda merah itu bahkan bercipratan hingga ke dinding-dinding koridor.

Lebih dari itu yang paling membuat hati Lycene tersayat adalah sosok saudaranya—Zic yang tergeletak bersimbah darah di dekat pintu kamarnya. 

Di seberangnya lagi terduduk Zie yang kesakitan memegang perutnya yang terus mengucurkan darah. Lelaki itu masih sadar, berkali-kali ia bergumam tak jelas seraya mengerang kesakitan. 

Lycene segera berlari menghampiri Zic. Gadis itu menggoyang-goyangkan tubuh Zic yang tengkurap tak sadarkan diri. Wajahnya pucat pasi dan hampir membiru.

"Zic … Zic … kau bisa dengar aku? Zic!" Lycene berseru panik saat merasakan betapa dinginnya tubuh Zic. Ia kembali memanggil-manggil namanya saudaranya, pikirannya berkecamuk hebat tak karuan. Gadis itu berusaha tidak mempercayai pikiran buruknya.

Namun tetap tidak ada respon, lelaki itu tetap bergeming di tempatnya dengan mata terpejam. Memberanikan diri, Lycene lantas membalik tubuh Zic. Saat itu juga ia tidak bisa menahan pekikan keluar dari mulutnya.

Wajahnya berubah pucat pasi saat melihat sesuatu mengerikan apa yang terjadi pada saudaranya. Dengan tangan gemetar, Lycene menyentuh dada Zic yang terkoyak.

Benar-benar berlubang. Dada lelaki itu terkoyak mengerikan dengan luka lebar yang menganga di sana. Darah masih terus merembes keluar dari dada kirinya.

Tulang rusuknya patah, menyisakan lubang besar di dalamnya. Sesuatu telah diambil dari sana. 

Jantung lelaki itu.

Tangis gadis itu pecah seketika, dengan tubuh yang bergetar hebat ia merengkuh mayat saudaranya. Ia terlambat … Zic sudah tiada.

Andai saja Lycene datang lebih cepat, atau jika saja ia mengerjakan tugas ayahnya lebih awal pasti Zic masih bisa terselamatkan.

Lycene sangat menyesal. 

Nyawa saudaranya … saudaranya yang paling menyayanginya telah direnggut. Zic meninggalkannya.

"Zic … ini tidak benar 'kan? KATAKAN PADAKU INI HANYA MIMPI!" Ia meraung-raung, masih terus setia memeluk tubuh Zic yang sedingin es.

"PELAYAN! … PRAJURIT! … KENAPA TIDAK ADA SATU ORANGPUN DI SINI?!"

The Real VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang