Chapter 24

14.6K 1.7K 45
                                    

✯Happy Reading✯

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✯Happy Reading✯



Di sana, terlihat kulit Axcel terbelah. Tepat di tanda ukiran kutukannya. Seperti ada sesuatu yang tak kasat mata menyayatnya. Darah hitamnya bercucuran hebat dari lukanya yang mengaga lebar.

Baju sebelah dada kanan anak itu berlubang, seperti ada api gaib yang membakarnya bersamaan dengan kilat cahaya merah tadi.

"Bunda … sakit …," rintihnya hampir menangis.

Luka Axcel terasa panas bak terbakar. Ini tidak seperti biasanya kala ia tidak merasakan apapun jika terluka. Terlebih lagi entah kenapa lukanya tidak mau menutup atau sembuh sendiri. Tubuh Axcel tidak beregenerasi seperti biasanya.

Sebuah fenomena aneh yang membuat Lycene bingung dan kelabakan.

Axcel masih merintih kesakitan seraya memegang dadanya. Berharap dengan demikian ia bisa menghentikan pendarahan hebat di sana. 

Pandangan anak itu mulai memburam. Hal terakhir yang ia lihat sebelum kesadarannya benar-benar hilang ialah Lycene yang berlari kelimpungan mengobrak-abrik lemarinya.

***

"Hai, siapa namamu?"

Axcel yang merasa terpanggil sontak menoleh. Dirinya mendapati ada beberapa gadis kecil yang menghampirinya. Para gadis-gadis itu tersenyum manis menatapnya.

"Axcel," jawab anak itu ramah balas tersenyum. Mungkin mereka ingin berteman, begitu pikirnya. Para gadis-gadis itu juga mulai memperkenalkan nama mereka satu-persatu.

"Namamu bagus, Axcel. Tapi apa hanya itu saja? Maksudku nama lengkapmu? Aku tidak pernah tahu ada bangsawan bermata merah seperti dirimu. Kau dari keluarga mana?" tanya gadis berambut coklat dengan netra yang senada pula.

Axcel mengusap tengkuknya, jujur ia juga tidak tahu siapa nama lengkapnya ataupun marganya. Karena Lycene tidak pernah memberitahukan hal-hal seperti itu padanya. 

Bahkan Axcel juga tidak tahu siapa nama lengkap ibunya. Ia juga merasa tidak pantas untuk menanyakannya.

"Entahlah, kurasa tidak ada." Pada akhirnya hanya kalimat itu yang terlontar dari bibirnya sebagai jawaban.

"Ehh?! Tidak mungkin, semua orang pasti punya nama lengkap. Nama belakangmu sudah pasti marga keluargamu. Entah itu bangsawan atau tidak, mereka pasti punya."

"Iya itu benar," sahut yang lain lagi mengangguk setuju.

"Margamu pasti diambil dari ayahmu."

Axcel mengerutkan keningnya, "Ayah?"

"Iya, ayahmu. Kau pasti punya 'kan?"

Ada jeda beberapa detik sebelum Axcel menjawab, "Tidak."

The Real VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang