Chapter 54

4.7K 582 118
                                    

✯Happy Reading✯

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✯Happy Reading✯



“Apakah terasa sangat sakit?” tanya lelaki itu membuat Lycene menatapnya tajam.

Sudah bisa Lycene tebak, dari perkataannya itu … ini semua pasti ulah Axs.

“Apa yang Anda lakukan pada Bunda?” tanya Axcel yang cepat mengerti situasi.

Axs beralih menatap Axcel seraya tersenyum, “Axcel, kenapa di jam selarut ini kau belum tidur? Jika kau ingin bermain dengan ibumu, bukankah masih ada hari esok?”

“Ini sudah larut malam, sebaiknya kau lekas tidur,” lanjut lelaki itu masih dengan senyum tersungging.

Axcel menggeleng kuat, kedua matanya tampak berkaca-kaca, “Tidak, Axcel tidak mau.”

Anak itu kembali menatap ibunya yang masih memegang lehernya kesakitan, Lycene bahkan sudah menitikkan air matanya. 

Sungguh! Lycene serasa hampir mati sekarang.

“Kau sebaiknya kembali ke kamar, biarkan aku yang membantu ibumu,” titah Axs mengangkat tangannya, memberikan instruksi.

Gerland yang mengerti maksud tuannya, langsung menggendong Axcel dalam sekejap. Anak itu menangis meronta-ronta minta diturunkan.

“Tidak, Axcel tidak mau. Turunkan Axcel!” histeris anak itu seraya memukuli Gerland.

Gerland yang hampir kewalahan dengan sikap memberontak Axcel dengan segera menjentikkan jarinya. Dalam sekejap mereka berdua menghilang, berteleportasi langsung ke kamar tidur Axcel.

Kini hanya tinggal Lycene dan Axs berdua. Masih dengan gadis itu yang memegang lehernya, merintih kesakitan.

Axs mengangkat dagu Lycene, membuat netra mereka saling bersinggungan. Dengan mata yang berair, Lycene menatap Axion tajam penuh kebencian.

Sedangkan sang pemilik netra hitam itu hanya menatap balik Lycene dengan tatapan datar . Berapa kali pun Axs melihatnya, mata merah gadis di depannya ini sungguh cantik.

Terlebih, saat sang pemilik netra melihatnya dengan tatapan tajam, penuh dengan nafsu membunuh.

Axs terkekeh pelan. Ah … sepertinya ia benar-benar menyukainya. Netra merah itu. 

Dan pemiliknya.

Lelaki itu menjentikkan jarinya yang secara ajaib langsung membuat rasa sakit Lycene menghilang. Rasa terbakar di tengkuknya hilang, juga sesuatu yang sedari tadi terasa mencekik lehernya lenyap.

Gadis itu langsung menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Mengisi paru-parunya yang hampir kosong kehabisan oksigen. Ia terbatuk-batuk beberapa saat hingga kemudian mendongak menatap pria yang tersenyum remeh ke arahnya.

Dengan kesusahan Lycene melontarkan pertanyaan, “Apa yang sebenarnya kau lakukan padaku?”

Axs mengedikkan bahunya acuh, “Hanya memasangkan tali.”

The Real VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang