Chapter 42

9.8K 1.2K 110
                                    

✯Happy Reading✯

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✯Happy Reading✯



"Lycene! Kau mimisan!"

Zic yang baru masuk ke kamar gadis kecil itu berseru. Ia dengan segera berlari menghampiri adik perempuannya yang masih duduk terdiam di meja belajarnya.

Bahkan meskipun darah dari hidungnya terus menetes ke buku, Lycene masih tidak menghentikan kegiatan menulisnya.

"Haa … tidak apa Zic. Ini akan berhenti sebentar lagi," balas gadis itu lirih seraya menyeka hidungnya menggunakan saputangan.

"Tidak! Kau harus berhenti!" perintah anak lelaki itu langsung merebut pena Lycene paksa. 

Zic menatap wajah adiknya yang pucat pasi, "Kau sakit, Lycene."

"Aku baik-baik saja."

"APANYA YANG BAIK-BAIK SAJA?! WAJAHMU BAHKAN SUDAH SEPERTI MAYAT SEKARANG!"

Mendengar bentakan saudaranya Lycene tersentak. Tanpa diduga, sebulir air mata jatuh ke pipinya, "Tidak … aku baik-baik saja."

"Berhenti terus mengatakan kau baik-baik saja, Lycene. Kau jauh dari kondisi baik sekarang."

Zic yang melihat adiknya mulai menangis melembutkan suaranya. Anak lelaki yang berusia setahun lebih tua dari Lycene itu mendekat, mengusap lembut air mata di pipi saudarinya.

Ia juga dengan telaten membersihkan noda darah di hidung dan tangan Lycene menggunakan saputangan. 

"Lihat! Darah masih terus keluar dari hidungmu. Ini pasti karena kau kelelahan, kau harus berhenti dan istirahat sekarang."

Lycene menggeleng, masih menangis sesenggukan, "Tidak. Aku harus segera menyelesaikannya. Pagi-pagi buta nanti ayah akan kesini dan memeriksanya."

Zic menghela nafas panjang, anak itu menatap prihatin buku Lycene yang penuh dengan noda darah. Bahkan di halaman sebelum-sebelumnya. Yang berarti bukan sekali ini Lycene mimisan.

Sebenarnya seberapa banyak hukuman yang diberikan Ayahnya? Sudah dua hari berturut-turut Lycene menyalin tugas yang diberikan ayahnya tanpa istirahat yang cukup.

"Ma–masih … tu–tujuh buku. A–aku ma–masih … harus menyalin tiga buku lagi," isak Lycene dengan terbata-bata.

"Andai saja aku lebih baik di pelajaran sandi, pasti ayah tidak akan memberikan hukuman ini," lanjut gadis itu semakin menangis kencang. Jujur ia sudah sangat lelah sekarang, mengerjakan hukuman yang diberikan ayahnya benar-benar menyiksa.

Ya, Lycene dihukum ayahnya untuk menyalin abjad dan angka sandi keluarga sampai sepuluh buku. Dengan per bukunya berisi hampir 200 lembar.

Alasannya karena gadis itu terus terbata-bata saat membaca buku yang ditulis menggunakan bahasa sandi Terramort. Daver jadi menghukumnya untuk menyalin seluruh abjad dan angka sandi berulang-ulang hingga mencapai sepuluh buku.

The Real VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang