✯Happy Reading✯
"AYAH!" tanpa gadis itu sadari ia membentak ayahnya. Pikirannya kacau saat ini. Bagaimana bisa ayahnya hanya bereaksi kosong seperti itu?
Daver menghempaskan kasar tangannya. Membuat pegangan Lycene di lengan pria itu terlepas begitu saja.
Plakk
"Kurang ajar! Tidak tahu diri! Apa yang barusan kau katakan pada ayahmu? Hah?!"
Daver menamparnya sangat keras. Pipi Lycene terasa kebas dan linu bukan lain.
"Bukankah ayah sudah pernah bilang sebelumnya kalau hanya akan ada satu penerus keluarga ini? Apa kau tidak pernah mendengarkannya?"
"Bukan hal yang tabu lagi kejadian seperti ini terjadi!"
Lycene mengusap pipinya yang masih terasa mati rasa. Gadis itu mendongak menatap balik ayahnya dengan sorot dingin.
Daver kembali melanjutkan perkataannya, "Saling menyingkirkan satu sama lain itu hal yang wajar. Seharusnya kau sudah terbiasa dengan hal itu! Bukan setahun dua tahun lagi kau hidup dan tumbuh di keluarga ini."
Ah, benar. Kenapa Lycene melupakannya. Seharusnya ia tidak menuntut keadilan pada ayahnya yang seorang psikopat gila. Karena semuanya akan sia-sia.
"Seharusnya kau sudah tahu, Lycene. Ayah juga melakukan hal yang sama seperti yang Zie lakukan saat ini dulu. Untuk naik ke posisi Duke saat ini, dulu ayah juga membunuh saudara ayah sendiri."
Setelah mengatakan kalimat itu Daver lantas berbalik. Melangkahkan kakinya meninggalkan tempat kejadian perkara seolah itu bukanlah apa-apa.
Ia memerintahkan para kesatria dan pelayan untuk membersihkan bekas keributan di koridor. Menyingkirkan mayat, dan membersihkan semua darah yang tergenang dan bercipratan di sana-sini.
Lycene mengepalkan kedua tangannya kuat, tidak ada yang bisa ia lakukan.
Ia kalah.
***
"Maaf, seharusnya waktu itu aku datang lebih cepat."
Itu suara Lycene. Gadis itu berucap lirih dengan nada gemetar. Matanya kembali memanas.
Saat ini ia tengah menatap mayat Zic yang terbaring tenang di dalam peti berwarna putih. Meskipun berwajah pucat, tapi lelaki itu tampak tampan mengenakan setelan hitam dan rambutnya yang tertata rapi.
Lycene buru-buru mengusap bulir air matanya yang kembali jatuh tanpa diperintah. Gadis itu menghirup oksigen dalam-dalam. Berusaha menenangkan hatinya yang kembali terasa nyeri.
Tangannya terulur mengusap lembut rambut coklat saudaranya. Senyum pedih terbit dari sudut bibirnya. Jemarinya lantas turun mengusap lembut pipi dingin lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Real Villain
Fantasy[SLOW UPDATE] Setelah mengalami kecelakaan bus dan tewas, Renna bereinkarnasi menjadi salah satu anak dari tokoh villain psycopat dalam sebuah novel yang pernah ia baca. Parahnya lagi, kelak ia dan seluruh keluarganya akan dihukum mati oleh Male Lea...