Chapter 25

14.4K 1.7K 15
                                    

✯Happy Reading✯

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✯Happy Reading✯


"Pelabuhan? Berarti kita sudah sampai?" Axcel kembali bertanya semakin antusias. Dari wajahnya jelas terlihat kegembiraan.

Melihat reaksi senang berlebihan anaknya Lycene hanya mengangguk seraya tersenyum sebagai balasan. Ikut senang melihat bagaimana antusiasnya Axcel.

Netra merah Axcel kembali menatap gemerlap cahaya kota di kejauhan. Senyum lebar terbit di wajah imutnya. Dalam angan-angannya sudah terbayang bagaimana keindahan dari kekaisaran Wingsrown.

Ia pikir itu akan sangat mengagumkan karena kekaisaran itu termasuk kekaisaran terbesar dan termakmur sepanjang masa.

Meskipun terletak di paling ujung benua, namun hal itu tidak menjadikan kekaisaran Wingsrown sebagai kekaisaran yang tertinggal zaman. Malah justru ia menjadi kekaisaran paling maju sepanjang sejarah.

Dengan sumber daya alam yang melimpah ruah. Wingsrown menjadi pusat perdagangan terbesar di seluruh dunia dan menjadi penghasil permata paling indah yang berkualitas tinggi.

Di bawah pimpinan kaisar yang hebat, Wingsrown menjadi satu-satunya kekaisaran yang mampu memenangkan perang dunia beberapa puluh tahun lalu dan menjadi kekaisaran dengan cakupan wilayah kekuasaan paling luas saat ini.

Sekaligus … menjadi kekaisaran yang paling di takuti oleh kekaisaran maupun kerajaan lain.

***

"Hah … akhirnya Axcel bisa bernafas lagi." Axcel langsung menghirup udara sebanyak-banyaknya begitu kakinya keluar dari kapal.

"Memangnya selama sebulan lebih ini kau tidak bernafas?" tanya Lycene tanpa menoleh. Gadis itu masih sibuk memeriksa tas ajaibnya. Memastikan bahwa benar-benar tidak ada barang yang tertinggal di kapal.

"Ih, Bundaaa! Bukan gitu! Maksud Axcel itu … akhirnya Axcel bisa menghirup udara luar lagi. Bukan bau laut yang begitu-begitu terus." Anak itu mengerutkan keningnya, sedikit kesal dengan ketidakpahaman ibunya.

"Ya, aku tahu."

Axcel melongo, "Lah, terus kok?!"

"Apanya?"

Ada keheningan beberapa detik diantara mereka. Axcel menatap ibunya tak mengerti begitu juga sebaliknya.

"Sudahlah," putus Lycene pada akhirnya menyudahi aksi tatap-tatapan di antara mereka.

"Lebih baik kita cari penginapan di dekat sini dulu. Ayo, Axcel!"

Lycene melangkahkan kakinya terlebih dahulu, di susul oleh Axcel yang membuntutinya lantas mensejajarkan langkah ibunya dengan kaki kecilnya.

Mereka menaiki kereta kuda, meninggalkan pelabuhan yang masih ramai oleh kumpulan massa yang mengevakuasi kapal. Kejadian serangan monster beberapa hari yang lalu masih meninggalkan trauma dan ketakutan yang cukup mendalam untuk mereka.

The Real VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang