Chapter 15

16.6K 1.8K 14
                                    

✯Happy Reading✯

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✯Happy Reading✯


"Sekarang Bunda?" tanya Axcel terkejut.

"Tentu saja kita tunggu saat malam saja, karena saat itu adalah waktu yang paling pas. Monster di perbatasan sebagian besar tertidur saat malam hari."

"Walaupun ada beberapa yang terjaga juga," sambung Lycene bergumam pelan.

***

Di tengah kesunyian malam yang tenang tiba-tiba terdengar suara ledakan yang begitu keras ke seluruh penjuru kastil Terramort. Tanah bahkan sampai bergetar seolah-olah sedang terjadi gempa bersamaan dengan ledakan itu.

Dari tanah, api berkobar hebat merambat ke taman di sekitarnya. Melahap apapun yang ia lewati, menjadikannya abu yang tak berharga.

Dari kepulan asap hitam, keluarlah Hana dengan penampilan berantakannya berlari menuju para ksatria yang berbondong-bondong mendekati arah sumber suara.

"Tolong! Terjadi ledakan di ruang laboratorium Nona Lycene. Beritahu Tuan Duke soal ini, Nona Lycene masih terperangkap di dalam," teriak wanita itu dengan tangis yang tersedu-sedu.

Tapi rupanya saat hendak melaksanakan perintah Hana barusan, orang yang hendak dipanggil sudah keluar duluan. Daver, Luna, Zie, pelayan dan para ksatria Terramort sudah keluar dengan raut panik menghampiri tempat ledakan.

"Apa yang terjadi?" tanya lelaki itu dengan raut wajah kusut yang begitu sulit untuk dijelaskan.

"Tu–tuan, dari tempat ruang laboratorium Nona terjadi ledakan dan Nona masih terperangkap di dalam. Saya tidak bisa masuk menolongnya karena apinya terlalu besar," jelas Hana dengan tergagap dan penuh derai air mata.

"Sialan," umpat pria itu langsung memerintahkan para prajurit segera memadamkan apinya.

Semua orang tampak shock mendengar penjelasan Hana barusan tanpa terkecuali. Bahkan Zie yang pintar mengendalikan ekspresinya kini menampilkan raut shock dengan wajah pucat.

Kericuhan tidak bisa dihindarkan, api terus berkobar besar semakin merambat ke mana-mana. Taman Lycene yang indah penuh dengan bunga dan tanaman langka kini berubah menjadi lautan api.

"Sialan. Cepat padamkan apinya, siram lebih banyak," perintah Daver pada seluruh ksatrianya. Pria itu bahkan turut andil memadamkan apinya juga.

"Apinya berasal dari bawah, buka pintu besi di bawah meja gazebo," titah Daver memberitahu.

"Tidak bisa Tuan, Pintu besi ini sepertinya terkunci dari dalam," teriak salah satu ksatria yang berusaha membuka pintu besi berbentuk persegi di bawahnya.

Pikiran Daver berkecamuk, otaknya hanya dipenuhi dengan kekhawatiran tentang keadaan Lycene saat ini. Apakah putrinya saat ini masih bisa bertahan di sana? Bagaimana jika Lycene saat ini …

The Real VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang