Chapter 58

4.4K 456 52
                                    

✯Happy Reading⁠✯

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✯Happy Reading⁠✯



“Hah?!”

Lycene tak tahu harus bereaksi seperti apa lagi. Ia paham maksud dari Axion barusan, ia sangat mengerti. Namun dari sekian banyaknya reaksi ia malah mengucapkan satu kata singkat itu.

Axion mengerjapkan matanya dua kali, “Kau tak mengerti, mau kujelaskan—”

“Aku mengerti makanya aku bereaksi ‘hah’ seperti itu,” potong gadis itu dengan wajah tak menyenangkan.

Lycene menunduk, kedua tangannya terkepal kuat, “Axion … kapan kau memasangkannya?”

Lelaki itu tampak pura-pura berpikir sejenak, dengan entengnya ia kemudian tersenyum manis, “Hmm, saat kau baru datang ke istana ini.”

“Sialan! Kau benar-benar licik yaa? Kau tahu kalau aku pasti akan kabur dari sini makanya kau memasangkan belenggu padaku.”

Axion menganggukkan kepalanya lalu berujar dengan bangganya, “Hmm, baguslah kalau kau tahu.”

Lycene masih mengepalkan kedua tangannya kuat, gadis itu bahkan tak peduli jika kuku-kukunya mulai menancap dan melukai telapak tangannya sendiri, “Kau tak berniat melepaskannya?”

“Hmm … bagaimana yaa? Masa kulepaskan begitu saja sih. Kau kan milikku sekarang.”

Brengsek! Axion benar-benar brengsek! Lycene ingin sekali membunuhnya. 

Apa setelah semua yang ia lalui akan berakhir seperti ini? Semua usahanya mulai dari kabur dari rumah, menipu Duke Bevatrin hingga ia bisa jadi kaya raya, semuanya akan berakhir seperti ini? Dengan menjadi anjing peliharaan Axion?

Lycene tidak mau, ia tidak mau menjadi budak seperti ini. Padahal ia hanya ingin hidup tenang dengan kekayaan melimpah, apakah sesulit itu?

Padahal Lycene sudah mencapai tujuannya. Tapi kenapa … malah berakhir seperti ini?

Bagaimana semua ini bisa terjadi? Siapa yang bisa Lycene salahkan?

“Kau benar-benar brengsek!”

Pada akhirnya hanya umpatan itulah yang keluar dari mulut Lycene.

“Hmm … kenapa kau memasang ekspresi seperti itu, aku jadi merasa kasihan.” Axion kembali menuangkan wine di gelasnya, meneguk minuman beralkohol itu sebelum kembali berujar, “Bagaimana kalau kuberi satu kesempatan?”

“Begini Lycene … jika kau bisa memenangkan kompetisi berburu lusa hari akan melepaskan ikatan itu, bagaimana?” tawar Axion seraya menggoyangkan gelasnya, membuat wine yang tersisa setengah gelas itu berputar mengikuti arus gerakan tangannya.

“Apa kau serius?” tanya Lycene tak percaya, tapi meskipun begitu ada secuil harapan yang nampak di netra merahnya. Berharap apa yang dikatakan Axion barusan sungguhan.

The Real VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang