Chapter 31

11.7K 1.5K 60
                                    

✯Happy Reading✯

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✯Happy Reading✯



Liana membisu di tempat, tidak menyangka dengan permintaan gadis di hadapannya. Apa ia serius? Itu adalah salah satu aset terbesar milik keluarga Bevatrin.

"Anda dapat menolaknya jika tidak berkenan, saya tidak memaksa Anda untuk memberikannya pada saya." Lycene buru-buru angkat suara sebelum terjadi kesalahpahaman.

"Tunggu, Lycene. Aku tidak menolaknya, sepertinya aku harus berbicara dulu pada Duke tentang keinginanmu itu."

Lycene tersenyum senang, "Benarkah? Terima kasih Duchess."

Setelah berbincang sedikit, Liana pun akhirnya memutuskan untuk pulang. Lycene mengantar wanita itu sampai ke kereta kuda.

Gadis itu melambaikan tangannya seraya tersenyum manis saat kereta Liana bergerak meninggalkan halaman mansion.

Senyum manisnya lantas segera tergantikan dengan seringai saat wujud kereta hilang di belokan jalan. Lycene berbalik, melangkahkan kakinya masuk ke dalam mansion.

Di ruang tengah sudah terlihat Hana duduk manis di sofa menikmati segelas wine nya. Lycene yang baru masuk lantas bergabung mendudukkan diri.

Gadis itu menyilangkan kakinya, menerima segelas wine yang dituangkan Hana.

"Bagaimana, Nona?"

"Sesuai rencana."

Hana terkekeh, meskipun ia tidak tahu pasti apa yang tengah direncanakan oleh nonanya. Tapi ia berharap semua benar-benar berhasil seperti harapan Lycene.

Karena … kebahagiaan Lycene adalah kebahagiaan untuknya juga.

***

Pranggg

Vas bunga besar itu pecah berhamburan di lantai. Pelaku yang barusan menendangnya tidak lain dan tidak bukan adalah Liana.

Nafas wanita itu naik turun menahan murka, kedua tangannya terkepal kuat di sisi tubuhnya. Dalam netra coklatnya jelas tergurat percikan amarah yang besar.

"ARGHH … DASAR WANITA TIDAK TAHU DIRI!"

Para pelayan hanya bisa menunduk takut, mereka tanpa banyak bicara segera membereskan lantai yang penuh dengan pecahan vas. Para kesatria juga hanya bisa diam saat nyonya mereka kembali mengamuk dan melempar semua benda-benda di sekitarnya.

Ruangan seketika berhamburan bak kapal pecah. Sekarang, alih-alih membereskan tempat itu, para pelayan lebih memilih mengundurkan diri, menghindar, takut-takut kalau mereka terkena lemparan brutal Liana.

"Dia pikir dia siapa? BERANI-BERANINYA RAKYAT JELATA SEPERTINYA BERSIKAP KURANG AJAR SEPERTI ITU PADAKU!"

Saat Liana hendak kembali melemparkan barang, detik itu juga Harles datang, "Keributan apa di tengah malam seperti ini? Ada masalah apa Sayang?"

The Real VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang