Chapter 28

12.3K 1.5K 39
                                    

✯Happy Reading✯

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✯Happy Reading✯



Dengan segera Lycene langsung membantu wanita malang itu berdiri. Tubuhnya penuh luka pecahan kaca yang menancap cukup dalam di area kulitnya yang terekspos.

Liana merintih kesakitan, wanita itu memejamkan matanya erat merasakan betapa perihnya luka di area wajah dan lengannya.

Jiana selaku tuan rumah berteriak panik memanggil tabib dan kesatria. Sedangkan wanita-wanita lain mundur selangkah merasa ngeri dengan keadaan Liana saat ini.

Tidak dapat dibayangkan betapa mengenaskannya penampilan wanita malang itu. Lycene, satu-satunya yang berani mendekat—atau bisa dikatakan sosok pertama yang langsung membantu Liana berdiri begitu ia jatuh. Kini memapah wanita itu duduk di salah satu kursi taman.

Gadis itu menatap putranya yang berdiri menunduk tidak jauh darinya, "Axcel, nanti kita bicara."

Axcel yang berdiri membisu hanya mengangguk patuh tanpa mengangkat kepalanya. Anak itu tidak mempunyai nyali sedikitpun untuk menatap ibunya.

Selang dua menit kemudian datanglah seorang tabib berusia paruh baya yang datang tergopoh-gopoh menghampiri mereka. Dengan cekatan ia langsung memberikan pertolongan pertama pada Liana. 

Mulai membersihkan lukanya, mengeluarkan pecahan-pecahan kaca yang menancap di kulitnya.

Tidak diam menjadi penonton, Lycene ikut turun tangan membantu tabib itu. Sedangkan yang lainnya hanya berdiri menonton menatap prihatin, terutama pada Lycene. Mereka sudah bisa menerka nasib buruk apa yang akan menimpa ibu dan anak itu setelah ini.

Liana masih merintih kesakitan disela kegiatan sang tabib membersihkan lukanya. Air matanya terus menitik jatuh membuat keadaan wajahnya tambah kacau. 

"Ducchess, ini mungkin akan terasa perih, tapi tolong Anda tahan. Saya akan mulai mengobati luka Anda." Sang tabib berujar, ia kini mengeluarkan obat-obatannya dari dalam kotak.

"Tunggu." 

Lycene menghentikan gerakan tangan tabib yang hendak menuangkan obat herbal ke kapas. Gadis itu merogoh tasnya, mengeluarkan sebotol kecil cairan berwarna bening dari sana.

"Daripada menggunakan obat itu yang terasa perih untuk luka Duchess, lebih baik Anda menggunakan ini. Dibandingkan memakai obat herbal untuk mengobati luka Duchess satu-persatu tentu akan memakan waktu yang cukup lama. Saya rasa ramuan saya ini lebih mujarab dan efektif untuk menyembuhkan lukanya."

Sang tabib tampak ragu-ragu, "Maaf Nona, tapi itu obat apa? Saya tidak pernah melihat obat seperti itu sebelumnya. Terlebih lagi saya tidak tahu kandungan apa yang ada di dalamnya. Apakah itu aman atau tidak."

Lycene tersenyum, "Tentu saja aman, saya dapat menjaminnya. Karena saya yang membuatnya sendiri."

Gadis itu menyuruh wanita itu untuk mengambilkan setengah gelas air. Ia lantas meneteskan tiga tetes ramuannya. Mengaduknya perlahan dengan sendok lalu menyodorkannya ke tabib.

The Real VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang