[SLOW UPDATE]
Setelah mengalami kecelakaan bus dan tewas, Renna bereinkarnasi menjadi salah satu anak dari tokoh villain psycopat dalam sebuah novel yang pernah ia baca. Parahnya lagi, kelak ia dan seluruh keluarganya akan dihukum mati oleh Male Lea...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
✯Happy Reading✯
Axcel memiringkan kepalanya, keningnya berkerut dalam berusaha mengingat. Ah, sosok di depannya ini adalah pria yang ia temui di kapal. Cukup mengejutkan juga mereka bisa bertemu lagi.
"Ah, Tuan yang di kapal. Senang bisa bertemu dengan Anda lagi," sapa Axcel balik menyunggingkan senyum lebar.
Mereka bertemu dua kali di kapal. Di pertemuan kedua saat malam hari. Axcel ingat saat itu mereka berdua melihat lumba-lumba bersama, lalu setelah itu datanglah serangan monster gurita.
"Yaaa … aku sengaja ke sini juga untuk mengunjungimu."
"Saya?"
"Benar. Ada sesuatu yang ingin kuberikan padamu," ujar lelaki itu seraya mengeluarkan sebuah kotak hitam berukuran sedang dari balik jubahnya.
Dengan posisi sedikit membungkuk, ia menyerahkan benda itu pada Axcel. Membuat anak itu mau tak mau menerimanya meskipun ragu-ragu.
"Ini apa?"
"Hadiah."
"Hadiah? Untuk Axcel? Kenapa?" Axcel sungguh tidak mengerti dengan maksudnya barusan. Anak itu menatap bingung kotak di tangannya dan lelaki itu bergantian.
Pria dewasa itu akhirnya berjongkok di depan Axcel. Menyamakan tingginya dengan anak itu. Kini Axcel dapat melihat dengan jelas bagaimana rupawannya wajah sosok di hadapannya ini.
Semua hal di wajahnya sempurna, mulai dari alis, mata, hidung, bibir dan garis rahang. Tidak ada celah kekurangan sedikitpun. Ia seperti … mahakarya Tuhan yang paling sempurna.
Terutama netra hitamnya yang pekat. Rasanya seolah Axcel merasa tersedot ke dalam pekatnya iris legam itu kala anak itu menatapnya lama.
Dan … rambut coklat gelapnya.
Padahal seingat Axcel saat itu rambutnya berwarna hitam. Tapi rupanya coklat tua. Mungkin karena saat itu malam hari dan minim cahaya, Axcel jadi melihatnya menjadi warna yang lebih gelap.
"Kau ingat saat kita berpisah? Kau langsung berlari begitu saja mencari ibumu saat terjadi serangan monster. Melihatmu selamat dan bisa berdiri sehat seperti ini, membuatku lega. Jadi aku ingin memberikan hadiah padamu."
"Ini juga untuk hubungan baik kita kedepannya," sambungnya seraya tersenyum.
"Hubungan baik?" beo Axcel pelan mengulangi perkataan lelaki itu.
Axcel mengangguk dua kali, "Baiklah, terima kasih Tuan di kapal."
Pria itu terkekeh, merasa lucu dengan panggilan Axcel barusan, "Panggil Axs saja."
"Terima kasih Tuan Axs."
Axs menegakkan tubuhnya, "Nah, kalau begitu aku pamit pergi. Ada sesuatu yang harus kulakukan."