Chapter 13

18.2K 2.1K 16
                                    

✯Happy Reading✯

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✯Happy Reading✯



Lycene mematung di tempat saat mahluk kecil itu merangkak mendekati dirinya. Dia bahkan hanya bisa terdiam di tempat saat anak itu memeluknya menggunakan tangannya yang gempal nan mungil.

"Aem … Bunda!"

Eeeeeehhhhhhh?

Apa katanya tadi? Bunda?

"Non–na?" panggil Hana menyadarkan Lycene dari rasa terkejutnya.

Anak itu beralih menatap Hana, menunjuknya menggunakan jarinya yang mungil, "Bibi Hana."

"EEEEHHHHH?"

Kali ini Hana yang tidak bisa menahan rasa terkejutnya. Sapu yang ia pegang jatuh ke lantai, dengan wajah yang memucat dan mulut menganga lebar detik itu juga ia langsung pingsan di tempat.

Benar-benar pingsan.

Seorang ksatria wanita satu-satunya dan terhebat di Teramort untuk pertama kalinya pingsan dengan cara yang memalukan.

Hanya karena dua kata yang anak itu lontarkan padanya.

Bagi Hana tidak ada yang lebih mengejutkan sekaligus menakutkan dari bayi yang tiba-tiba keluar dari telur dan langsung bisa berbicara bahkan tahu siapa namanya.

"Huh? Pingsan?" Itu suara 'anak Lycene', yang terdengar begitu menggemaskan.

Byurr

Lycene yang mengguyur Hana dengan semangkuk air. Membuat wanita itu langsung terbangun dengan posisi duduk, masih dengan wajahnya yang pucat ketakutan.

"Hah!! Nona … tadi saya bermimpi telur Nona menentas, lalu ada anak yang keluar dari sana dan bisa berbi—" Hana tidak bisa melanjutkan kata-katanya saat melihat seongok mahluk gempal yang dikiranya mimpi tadi kini tengah menatapnya.

"Hah … hah … hah …" Tiba-tiba Hana jadi sesak nafas. Menurutnya sosok yang menatapnya dengan senyum lebar itu lebih mengerikan daripada monster terganas yang pernah ia temui.

Lycene memegang kedua pundak Hana, "Tenangkan dirimu, Hana. Ia hanya seorang anak kecil, kenapa kau sampai sepanik itu?"

"No … Nona?"

"Sudahlah, lebih baik kau bawakan makanan dan pakaian untuknya kemari."

"Baik, Nona." Langsung saja Hana berdiri dan berlari kencang terbirit-birit keluar dari ruang laboratorium Nonanya.

Lycene yang melihat hal itu hanya bisa menggelengkan kepalanya tidak habis pikir, dan 'anaknya' menatap kepergian Hana dengan raut bingung yang menggemaskan. Matanya beberapa kali berkedip lucu mengikuti arah perginya Hana.

"Kenapa dengan Bibi Hana?"

"Entahlah," balas gadis itu seraya menurunkan anaknya.

Lycene memperhatikan anak lelaki di depannya dari atas sampai bawah. Gadis itu terkejut saat melihat sesuatu tanda di dada kanannya.

The Real VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang