Chapter 46

8.5K 994 58
                                    

⁠✯Happy Reading✯

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⁠✯Happy Reading✯



Sudah hampir tiga bulan berlalu sejak hari eksekusi mati Harles dan Liana. Tapi meski waktu telah berlalu, orang-orang masih terus membicarakan mereka. Seolah masih tak percaya bahwa bangsawan yang berstatus Duke dan Duchess itu kini telah tiada.

Seperti keputusan sidang yang lalu, harta murni milik Bevatrin kini disita kekaisaran. Sedangkan harta hasil penjualan ramuan diberikan pada Lycene. Sebagai kompensasi korban yang dipaksa melakukan perjanjian darah.

Meskipun pada kenyataannya gadis itu sendiri yang mengajukan perjanjian darah pada pasangan suami istri yang malang itu.

Mungkin kalian bertanya-tanya kenapa ia merencanakan semua taktik licik itu? Lalu, kenapa juga harus seorang bangsawan yang berstatus setinggi Duke yang menjadi batu pijakannya untuk meraup kekayaaan?

Memang ia tidak takut berurusan dengan orang yang berkuasa dan memiliki status sosial setinggi itu? 

Kalian pasti juga heran, jika ia benar-benar menginginkan uang dengan menjual ramuan, kenapa ia tidak membuka toko sendiri dan menjualnya kepada warga di sekitar?

Bukankah itu lebih mudah dan aman. Kenapa ia mau mengambil resiko sebesar itu? Apa alasannya?

Karena Lycene serakah.

Karena ia begitu terobsesi pada kekayaan.

Baginya menjual ramuan pada rakyat biasa kurang menguntungkan. Penghasilan rakyat biasa tidak seberapa, sangat berbeda dengan para bangsawan yang sejak awal sudah memiliki kekayaan berlimpah.

Dan untuk mewujudkan keinginannya menjual ramuan dengan harga yang mahal, ia harus menggaet seorang bangsawan juga.

Karena Lycene sekarang tidak memiliki status bangsawan, akan sulit baginya untuk masuk ke lingkup pergaulan para bangsawan. Jadi satu-satunya cara adalah dengan memanfaatkan seorang bangsawan untuk menjadi bonekanya.

Lalu, jika seperti itu kenapa ia tidak berbisnis dengan cara yang sehat saja? Alih-alih memanfaatkan orang seperti itu, bukankah hal itu lebih baik karena kedua belah pihak sama-sama mendapatkan keuntungan?

Tapi sekali lagi … Lycene itu serakah.

Ia tidak ingin membagi keuntungan dengan siapapun, barang sepersen pun. Ia hanya ingin semua keuntungan itu menjadi miliknya seorang.

Jahat memang. Tapi seperti itulah kenyataannya.

Baginya yang dibesarkan dan dididik dengan ajaran keras dari keluarganya, Terramort. Lycene sudah menganggap nyawa seseorang seperti sebuah hal yang bukan berarti.

Baginya itu bukan apa-apa. Toh, lagipula ia akan mati juga nanti. Seperti itulah pemikiran yang ditanamkan ayahnya padanya.

Menganggap nyawa seseorang seperti sebuah debu yang tidak berharga.

The Real VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang