Chapter 10

19K 1.9K 7
                                    

✯Happy Reading✯

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✯Happy Reading✯


"Dia berkembang lebih cepat dari perkiraanku," gumam Lycene pada dirinya sendiri.

Saat ini ia tengah mengamati 'calon buah hatinya'. Padahal belum ada dua minggu, tapi saat ini bentuknya sudah benar-benar seperti bayi.

Gadis itu mengusap dagunya berpikir, kenapa bentuknya mirip bayi manusia? Apa karena gen dari dirinya yang lebih dominan?

Atau mungkin wujudnya bisa berubah lagi seiring berjalannya waktu?

Lycene menggelengkan kepalanya pelan, mau berbentuk seperti apapun 'ia' tetaplah 'alat' yang akan sangat Lycene butuhkan kelak.

Lycene kembali meneteskan ramuan pertumbuhan pada 'bayinya'. Ramuan yang membuat pertumbuhan empat kali lipat lebih cepat.

Alasannya agar dalam waktu setahun ini ia bisa menetas di umur empat tahun berkat ramuan pertumbuhan miliknya.

Lycene mengerutkan keningnya, gadis itu mengamati telurnya lamat-lamat, berpikir keras. Sedetik kemudian ia tersenyum, senyum yang jauh dari kata baik dan bagus.

Lebih tepatnya itu adalah seringai yang cukup lebar.

Sebuah ide brilian yang gila terlintas di otaknya. Sepertinya ia akan melakukan eksperimen tambahan lagi untuk 'calon buah hatinya'.

***

"Yena, tolong ambilkan keranjang buah di sana." 

"Baik, Madam."

Yena alias pelayan yang bertugas membantu urusan dapur segera menjalankan perintah yang diberikan Madam Fea selaku kepala koki.

Ia adalah gadis remaja berusia 15 tahun, dengan paras wajah yang terbilang manis, ia termasuk pelayan yang populer baik dikalangan pelayan lainnya ataupun para ksatria.

Dengan kulit putih bersih, rambut pirang alami yang indah dan mata biru memukau serta sifatnya yang lemah lembut, tidak heran jika …

Brakk

Pintu digebrak keras hingga terbuka menampilkan para pelayan dan koki yang serentak memasang wajah kaget.

Di ambang pintu terlihatlah Hana dan para ksatria lain di belakangnya, berjumlah sekitar lima orang lebih.

Dengan nada tegasnya Hana berseru, "Siapa di antara kalian yang bernama Yena? Maju ke sini! Tuan Duke mencarimu!"

Sontak saja dapur menjadi ricuh, orang-orang mulai bergunjing membicarakan masalah apa yang gadis itu lakukan hingga orang yang paling berkuasa di kastil ini memanggilnya.

Sedangkan sang pemilik nama membelalakkan matanya lebar, tubuhnya bergetar ketakutan. Dalam hati ia terus bertanya-tanya kenapa? Ada apa? Mengapa Tuan Duke mencarinya?

Apa kesalahan yang telah ia perbuat?

"CEPAT MAJU KESINI!" teriak Hana menggelegar semakin membuat Yena gemetar ketakutan. Mata gadis itu bahkan sudah berkaca-kaca, hendak menangis.

The Real VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang