Chapter 17

16.5K 1.8K 4
                                    

✯Happy Reading✯

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✯Happy Reading✯

"Apa kau yakin baik-baik saja Hana?"

"Tentu saja Nona, berkat obat yang Tuan Muda berikan saya sudah sepenuhnya pulih," balas Hana mantap.

Saat ini mereka hampir keluar dari zona aman. Zona di mana para monster tidak bisa memasukinya. Karena terdapat sihir pelindung khusus yang dipasang di sekeliling hutan memutari kastil.

Lycene memang berniat membawa Hana ikut kabur juga dari Terramort, tapi gadis itu tidak pernah terpikirkan Hana akan menawarkan diri sebagai tameng saat mereka melewati perbatasan nanti.

Tentu kalian tahu bagaimana kondisinya saat ini? Ia belum benar-benar pulih, bagaimana bisa ia mengangkat pedang disaat tubuhnya lemah hanya untuk melawan monster nanti.

Meskipun Hana adalah ksatria terbaik, tapi tetap saja luka yang ia peroleh dari Daver cukup parah. Luka-luka yang mampu membuat nyawa melayang jika itu orang biasa.

Lycene menghembuskan nafasnya pasrah, ia tidak bisa mencegahnya jika Hana sudah membulatkan tekad seperti ini. Yang bisa Lycene lakukan sekarang hanyalah membiarkan Hana bertindak sesuai kehendaknya.

Saat tiba di wilayah hutan perbatasan, mereka memelankan laju kuda yang mereka tunggangi. Sebisa mungkin berjalan pelan tidak menimbulkan suara yang membuat para monster-monster itu terbangun dari tidurnya.

Axcel bahkan sampai menahan nafasnya saking tegangnya ia saat ini. Anak lelaki itu memegang erat jubah ibunya yang duduk di depan. Keringat dingin bercucuran dari keningnya yang terus berkerut.

Tapi sepertinya Tuhan tidak membiarkan mereka lolos semudah itu, karena saat mereka hampir berhasil melewati kumpulan monster yang tertidur, kuda yang ditunggangi Hana tiba-tiba meringkik keras.

Menimbulkan suara berisik yang membuat monster-monster pun terbangun dari tidur nyenyaknya. Mereka bertiga sontak menegang saat geraman terdengar saling bersaut-sautan memenuhi gendang telinga mereka.

"LARI!" Lycene langsung memberikan perintah untuk memacu kuda berlari kabur dari gerombolan monster yang kelaparan itu.

Gadis itu bak orang kesetanan menerjang apapun rintangan yang ada di depannya. Jantungnya berdegup tak karuan serasa ingin meloncat keluar dari mulutnya.

Hana yang berada di belakang, semakin memacu kudanya berlari kencang menyusul nonanya yang sudah hilang di pandangannya.

Jauh di depannya, tanpa Hana tahu Lycene jatuh terjerembab ke tanah bersama Axcel saat monster yang entah datang dari mana tiba-tiba menyerangnya dari samping.

"Sialan," umpatnya mencoba bangkit dari posisi jatuh tengkurapnya yang menyakitkan.

"Axcel bersiap!" titahnya menarik pedang di pinggangnya.

The Real VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang