Chapter 9

22.2K 2.3K 43
                                        

✯Happy Reading✯

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✯Happy Reading✯


Sudah sebulan berlalu sejak hari kepergian Zic. Lebih dari selama itu pula Hana masih belum kembali dari misi yang Lycene berikan waktu itu.

Apa ia masih belum menemukannya? Ataukah ia ada masalah saat menjalankan misinya? Atau mungkin yang lebih buruknya Hana tidak selamat dari tugasnya kali ini?

Itulah pertanyaan buruk yang terus berputar di kepala Lycene. Gadis itu bahkan kini tidak fokus pada buku-buku tebal di hadapannya.

Buku sejarah keluarga Terramort dan tentunya buku-buku pengetahuan lainnya tentang benua ini. Kerajaan-kerajaan apa saja dan bagaimana latar serta deskripsi dari wilayahnya.

Ditengah kegundahannya, terdengarlah ketukan pintu. Lycene menoleh, mempersilahkan pelaku untuk masuk.

Dan begitu pintu terbuka Lycene tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya saat melihat Hana dari balik pintu.

"Non–"

"Hanaaa," pekik Lycene terkejut sekaligus senang dan langsung berdiri dari duduknya.

"Iya Nona, ini saya." Hana ikut tersenyum melihat nonanya yang tersenyum senang saat melihatnya.

Wanita itu mengeluarkan botol kecil dari balik jubahnya, "Ini benda yang Anda minta waktu itu Nona."

Tanpa banyak kata Lycene langsung menerima pemberian Hana dengan senang hati, "Terima kasih."

"Sudah menjadi tugas saya, Nona."

Dalam hati Hana bertanya-tanya kenapa nonanya tidak menanyakan dari mana ia mendapatkan darah itu? Apakah nonanya benar-benar tidak masalah jika benar itu adalah darah monster?

Yang kelak itu akan menjadi anaknya?

***

Dan disinilah Lycene berada, di dalam ruang laboratoriumnya. Gadis itu dengan kacamata bulat bertengger manis di hidungnya menatap serius pada sebuah tabung di hadapannya.

Di dalamnya ada sebuah selaput tipis transparan seperti di dalam telur yang berukuran kurang lebih segenggaman. 

"Cukup setetes saja," ujarnya meneteskan darah dari jari telunjuknya yang sengaja ia sayat dengan pisau ke selaput telur itu.

Lycene membuka tutup botol pemberian Hana tadi, meneteskan setetes darah di atas selaput transparan itu persis seperti sebelumnya.

"Dan terakhir," gumamnya seraya meneteskan setetes cairan hijau pekat di sana.

Selang lima detik selaput tipis itu mulai bergerak-gerak dan bercahaya kemerahan. Tidak lama kemudian gerakannya mulai teratur seperti jantung yang berdetak.

Atau lebih tepatnya itu memang jantung.

"Berhasil!" pekik Lycene senang mengangkat kedua tangannya.

Gadis itu memandangi tabung kaca di depannya dengan senyum lebar, tangannya mengusap pembatas kaca yang membatasi dirinya dengan 'calon anaknya' kelak itu.

The Real VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang