Chapter 26

13.7K 1.6K 38
                                    

✯Happy Reading✯

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✯Happy Reading✯



"Benar-benar mansion yang bagus, Marchioness." 

Lycene yang sudah selesai melihat-lihat dalam dan sekitaran mansion memuji. Meskipun tidak besar seperti mansion bangsawan pada umumnya. Tapi tempat ini cukup nyaman dan layak untuk di tempati.

Lycene mengusap dagunya berpikir. Mungkin memperkerjakan beberapa pelayan dan pengawal saja cukup jika hanya sebesar ini. 

"Ah, iya Lycene. Jika kau mau aku bisa menempatkan beberapa pelayan dan para kesatriaku ke tempatmu. Kau tidak perlu repot-repot mencari pekerja lagi." Jiana menawarkan. Ia benar-benar dengan tulus ingin membantu ibu satu anak itu.

Lycene tersentak, terkejut dengan perkataan Jiana yang selaras dengan pemikirannya beberapa detik yang lalu, "Apa tidak apa?"

Jiana tersenyum, "Tentu saja, Sayang."

"Terima kasih Marchioness Hellandrie, bantuan Anda sangat berarti. Bagaimana saya bisa membalasnya?"

"Bagaimana jika kau datang ke pesta minum tehku besok siang?" Jiana mengedipkan sebelah matanya seraya mengulas senyum.

Meskipun sudah berumur, tapi kecantikan dan keanggunannya tidak memudar sedikitpun.  Aura positif jelas terpancar dari dirinya. Membuat siapapun yang berada di dekatnya merasa hangat dan aman secara bersamaan.

"Tentu, Marchioness. Dengan senang hati," balas Lycene mencoba tersenyum lembut.

Setelah mengobrol sebentar, Jiana akhirnya pulang. Dan sesuai janjinya tadi, beberapa saat kemudian datanglah beberapa pelayan dan kesatria yang ia kirimkan ke mansion Lycene.

Mereka lantas segera melaksanakan tugas mereka membersihkan dan merenovasi mansion sedemikian rupa sesuai kehendak gadis itu. 

Membuat mansion kini menjadi layak huni seperti rumah kebanyakan.

"Ini kamar Axcel?" 

Axcel yang baru bangun tidur di sofa, terpana saat Lycene menunjukkan kamar untuknya yang sudah ditata sedemikian rupa sesuai kebutuhannya.

"Iya. Apa ada yang kau butuhkan lagi?"

Namun bukannya lekas menjawab, Axcel malah terbengong di tempat. Masih menatap takjub sekaligus tidak percaya dengan pemandangan di depannya saat ini.

Kamar pribadi? Khusus untuknya? Axcel bahkan tidak pernah membayangkan ia akan memiliki hal seperti itu selama ini.

"Axcel!" panggil Lycene lagi karena anaknya masih bergeming di tempat.

"Ya?" sontak Axcel menoleh, tanpa sadar mengeraskan suaranya karena terkejut.

Lycene memiringkan kepalanya, tersenyum. Senyum yang entah apa artinya itu, Axcel tidak tahu. 

Gadis itu mengulangi pertanyaannya, "Apa ada yang kau butuhkan lagi?"

Cepat-cepat Axcel menggeleng memasang wajah cerah bahagia, "Tidak. Axcel suka! Tidak ada lagi yang Axcel inginkan."

The Real VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang