Chapter 45

11K 1.1K 55
                                        

✯Happy Reading✯

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✯Happy Reading✯



Mata Harles dan Liana terbelalak sempurna dengan wajah yang pucat pasi. Apa yang dikatakan Hakim tadi? Hukuman penggal? Mereka tidak salah dengar kan? Bagaimana bisa ….

"ARGHHH … APA MAKSUD ANDA HAKIM? KENAPA SAYA DAN SUAMI SAYA DIJATUHI HUKUMAN SEBERAT ITU. KESALAHAN KAMI BAHKAN—"

"Prajurit, bawa mereka berdua kembali ke sel tahanan. Hukuman penggal akan dilakukan besok tepat siang hari di alun-alun kota," perintah Hakim memotong protesan Liana.

"TIDAK! TIDAK! TUAN HAKIM, TOLONG AMPUNI KAMI! TUAN HAKIM …. TOLONG …," teriak Liana seraya menangis histeris.

"ARGHHH … LEPASKAN AKU SIALAN! BERANI SEKALI KALIAN MENYENTUHKU! AKU INI DUCHESS! DUCHESS BEVATRIN YANG TERHORMAT!!" murka wanita itu memberontak saat para prajurit mulai membawa paksa wanita itu untuk pergi.

Sedangkan Harles, ia masih membeku di tempatnya. Tubuhnya bergeming tak memberontak saat para prajurit menyeret paksa dirinya keluar ruang pengadilan.

Sangat berbanding terbalik dengan istrinya yang memberontak terus berteriak dan menangis seperti orang gila.

Pikiran lelaki itu kosong saat ini. Tidak ada kenyataan yang lebih menyakitkan di hidupnya selain ia menerima hukuman mati seperti ini.

Kenapa?

Padahal Harles sudah berada di puncak kejayaannya. Ia sudah menjadi bangsawan terkaya dengan status tinggi.

Dihormati, disanjung dan dipuji-puji dengan kekayaan yang memeluk dirinya. Semua orang bahkan sangat iri padanya.

Tapi bagaimana bisa semua hasil usahanya itu hancur dalam sekejap. Perasaan sakit dan hancur ini … Harles bahkan sudah tidak tahu lagi bagaimana ia mendeskripsikannya.

Hilang dalam sekejap, semuanya. Kekayaannya, martabatnya, status bangsawannya dan bahkan nyawanya.

Semuanya hilang, hanya dalam satu kedipan mata … karena Lycene.

Lelaki itu menitikkan air matanya, ia dengan sorot penuh keputusasaan hanya bisa pasrah saat para prajurit menyeret tubuhnya yang dekil masuk ke dalam sel penjara.

Istrinya Liana, sepanjang perjalanan hingga dirinya masuk ke dalam sel, bahkan hingga di detik ini. Masih meraung-raung histeris, tidak terima dengan nasib sial yang menimpanya hari ini.

Tangisannya terdengar begitu memilukan. Wanita itu terus menggedor-gedor jeruji besi yang mengurung dirinya. Tidak peduli meski kini tangannya terluka dan berdarah karena ulahnya sendiri.

"LEPASKAN AKU! LEPASKAN AKU! AKU TIDAK MAU MATI!" teriaknya yang terdengar sangat putus asa.

"AKU TIDAK MAU MATI! JALANG ITU YANG SEHARUSNYA MATI! INI SEMUA TIPUANNYA! IA YANG MELAKUKAN SEMUA KEJAHATAN KOTOR ITU," raung Liana dengan suara serak yang nyaris habis. Mungkin ia bisa memutuskan pita suaranya jika ia berteriak lebih banyak lagi.

The Real VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang