Chapter 48

7.1K 892 27
                                    

✯Happy Reading⁠✯

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✯Happy Reading⁠✯



Seperti yang Lycene janjikan pada Axcel beberapa hari yang lalu, kini tibalah saatnya hari mereka jalan-jalan ke ibu kota. Lycene tidak bisa langsung menepati janjinya karena masalah pekerjaan.

Meskipun renovasi penginapan dan kasino sudah selesai, tapi tetap saja Lycene sibuk. Karena pembangunan pabrik pembuatan senjata yang ia bangun hampir selesai.

Setelah ini Lycene pasti akan disibukkan untuk mengurus ini itu lagi. Seperti mensurvei pabrik, mencari pekerja dan menjalin hubungan bisnis dengan seseorang yang memiliki tambang besi.

Sebenarnya tidak ada motif khusus di balik idenya untuk membuat pabrik senjata ini. Ia melakukannya karena ingin saja. Lycene hanya merasa sepertinya akan berguna untuk kedepannya nanti.

Firasatnya mengatakan seperti itu.

"Ada yang kau inginkan lagi?"

"Hmmm … sepertinya sudah semua," balas Axcel melihat kertas kecil catatannya.

"Wah, ternyata kau mencatatnya?" gumam Lycene melirik daftar list barang Axcel.

"Tentu saja, Axcel bisa kerepotan kalau sampai ada barang yang tidak kebeli," jawab anak itu mengantongi kembali kertasnya.

"Padahal tidak sampai sepuluh barang. Lagipula jika ada yang terlupa kan bisa menyuruh pelayan untuk membelinya."

Axcel menggeleng, "Em … em … em. Tidak Bunda! Axcel ingin datang dan memilih barangnya sendiri. Jarang-jarang tahu Axcel punya waktu jalan-jalan sama Bunda."

"Oh iya Bunda, ada satu tempat lagi yang ingin Axcel lihat," seru anak itu antusias.

"Apa itu?"

"Istana kekaisaran. Axcel ingin lihat! Walaupun cuma bisa lihat bangunan luarnya saja, ayo kita pergi ke jalanan depan istana."

Lycene mengangguk, "Baiklah, tapi setelah itu kita pulang karena sebentar lagi sore."

"Iyaaa!"

Axcel yang kegirangan langsung melompat masuk ke dalam kereta. Alat transportasi itu bahkan sampai bergoyang karena ulah bar-barnya barusan.

Sang kusir tampak terkejut bukan main mengira ada gempa karena guncangan yang mendadak tadi.

"Jangan melompat-lompat di dalam kereta Axcel," tegur Lycene melihat keaktifan putranya.

"Hehe … iya Bunda. Maaf," ujarnya lalu duduk tenang di sebelah ibunya.

Axcel tidak bisa berhenti menyunggingkan senyum senang. Bahkan beberapa kali ia juga bersenandung gembira sepanjang perjalanan, tidak bisa mengalihkan pandangannya pada jalanan ibu kota yang ramai.

"Apa istana kekaisaran Wingsrown lebih besar dari Georgia Bunda?"

Lycene yang tengah melamun mengerjapkan matanya saat sebuah pertanyaan itu terlontar dari Axcel. Gadis itu terdiam beberapa detik, "Entahlah, aku tidak pernah melihatnya."

The Real VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang