Chapter 20

16.1K 1.8K 7
                                    

✯Happy Reading✯

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✯Happy Reading✯



"Seseorang ada yang dengan sengaja menulis tipuan itu untuk memperdaya para tahanan. Mereka jadi merasa memiliki harapan dan mengambil keputusan bodoh yang membawa maut untuk mereka sendiri."

Lycene kembali melanjutkan, "Gua, dan para Troll itu pasti merupakan salah satu bagian dari rencana."

"Jadi maksud Anda orang itu sengaja menjebak para tahanan untuk kabur dan berakhir mati dimakan Troll atau jatuh ke dalam lumpur hisab itu?"

Gadis itu mengangguk, membenarkan pertanyaan Hana, "Walaupun kebanyakan dari mereka sudah mati duluan menjadi santapan Minotaour sebelum tiba di gua ini."

"Tapi siapa yang melakukannya?"

Lycene tersenyum miring, "Tentu saja kau tahu siapa itu, seseorang yang paling berkuasa di Terramort."

"Tuan Duke?"

Melihat Lycene yang tidak menyanggah dan malah hanya tersenyum membuat Hana menarik kesimpulan bahwa tebakannya benar.

Tetapi, di detik itu juga Hana langsung berubah menjadi panik saat menyadari sesuatu, "Nona! Jadi sekarang ini kita mengambil jalan yang salah? Kita tidak bisa keluar dari Hutan ini?"

Lycene mengerutkan kening tak suka atas pertanyaan bodoh Hana barusan, "Tentu saja tidak. Kita memang terperangkap dalam jebakan iblis itu, tapi bukan berarti kita akan terjebak di hutan ini selamanya."

"Kau lihat? Di depan sana sudah ada desa para penduduk Irich, wilayah paling barat kekaisaran Georga. Karena kita berjalan ke arah selatan dari Terramort kita akhirnya bisa sampai ke desa itu yang artinya kita keluar dari perbatasan Terramort," jelas Lycene dengan wajah datar.

Sedangkan Hana hanya ber-oh baru mengerti tanpa rasa bersalah karena membuat nonanya kesal. 

"Bundaa! Kenapa kita masih berdiri diam di sini?" Axcel akhirnya merengek seraya mengucek matanya di tengah-tengah pembicaraan Hana dan Lycene.

Anak itu benar-benar mengantuk, hal itu terlihat dari matanya yang memerah dan berair karena terus menguap. 

***

"Apa aku membangunkanmu?"

Axcel yang matanya masih setengah terpejam langsung terbuka lebar saat menyadari dirinya berada di ruangan dominan putih yang luas.

"Bunda kita di mana?" tanya anak itu merubah posisinya menjadi duduk. Kepalanya celingukan memperhatikan kamar luas yang ia tempati.

Dari kaca jendela kamar terlihat hari masih gelap menandakan waktu masih malam.

"Di penginapan."

"Hah?!"

Lycene yang sudah selesai dengan luka-luka di tangannya menutup kotak kayu berisi ramuan-ramuannya. Menyimpannya ke tempat aman di dalam lemari tidak jauh dari tempat tidur mereka.

The Real VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang