Chapter 55

5.1K 588 118
                                    

✯Happy Reading✯

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✯Happy Reading✯



Lycene yang mendapat ciuman paksa pun memberontak, membuat sebagian wine yang diberikan Axs tumpah mengaliri pipinya. Gadis itu terbatuk-batuk sesaat karena tersedak.

Melihat hal itu Axs kemudian menjauhkan bibirnya, berdecak kesal. Sedangkan Lycene, kini ia merasa pandangannya mulai berputar-putar.

Hah sial! Apa ia sudah mulai mabuk? Padahal Lycene hanya meminum wine itu sedikit. 

Axs mengusap pipi Lycene yang basah karena wine dengan hati agak kesal, “Tidak bisakah kau menjadi gadis penurut sebentar? Kau selalu memberontak setiap saat.”

“Kepalaku … pusing,” rengek gadis itu menatap wajah Axs yang kini menjadi dua di pandangannya.

“Tidak akan terasa pusing jika kau menutup matamu.” Axs mengusap kelopak mata Lycene, membuat gadis itu refleks menutup matanya karena belaian lembut lelaki itu.

Pria itu mendekatkan wajahnya lalu berbisik tepat di samping telinga Lycene, “Kau harus menikmatinya Lycene, hadiah yang kuberikan padamu karna kau mencoba kabur dariku.”

Axs meneguk sisa wine di gelasnya, meletakkan benda kosong itu ke atas nakas sebelum kembali mencium gadis di depannya. 

Kali ini Lycene tak memberontak, ia tak melawan saat Axs membuka bibirnya untuk memberikan wine di mulutnya. Lycene meneguk minuman itu dengan senang hati.

Rasa manis dari wine yang diberikan Axs menyebar ke seluruh lidah Lycene. Baru kali ini gadis itu merasakan wine seenak dan semanis ini.

Lelaki itu mulai menggerakkan bibirnya di atas bibir Lycene, melumat bibir gadis itu lembut. Lycene yang sudah setengah mabuk, mengikuti instingnya membalas setiap pagutan lelaki itu.

Meskipun masih kaku, namun lama-kelamaan Lycene mampu mengimbangi gerakan Axs yang kini berubah menjadi ciuman yang menuntut.

Dapat Lycene rasakan bagaimana panasnya ciuman itu, saat bibir Axs yang basah dan hangat melumat bibirnya dengan rakus. Hingga menimbulkan bunyi kecapan yang cukup nyaring.

Sesekali lelaki itu menggigit bibir tipis Lycene pelan di antara pagutannya. Lidahnya yang terasa panas dan agak kasar serasa pasir yang meleleh di mulutnya.

Rasa manis dari wine yang tersisa di bibirnya serasa memabukkan gadis itu. Ah tidak, bahkan wine itu tidak sebanding dengan bagaimana memabukkannya ciuman Axs.

Setiap lumatan dan belitan lidahnya benar-benar memabukkan Lycene. Membuat kepalanya yang semula pening kini menjadi kosong. Di tambah, dengan rasa geli luar biasa di perutnya, seolah ada ribuan kupu-kupu yang hinggap di sana.

Ah, bahkan badan Lycene kini pun terasa panas. Di tengah malam yang cukup dingin gadis itu malah banjir keringat karena ulah pria di hadapannya ini.

Axs melepas tautan ciuman mereka, menciptakan sebuah benang saliva tipis di antara bibir keduanya. Netra hitam legamnya menatap lekat wajah Lycene yang kini berubah menjadi merah padam. 

The Real VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang