Hangat

2.2K 96 2
                                    

"Aku laper bangeeettttt. Nungguin pak Aksara rapat ga selesai - selesaiii hih"

Suara pengaman helm terkunci rapat. Dia segera naik keatas jok vespanya. Ia sedang berada di parkiran kantor Aksara.

Sejak pulang sekolah, dirinya menunggu Aksara di ruangannya. Aksara meminta Lingga untuk menunggunya karena mereka akan makan malam dirumah Aksara.

"Kan sekarang udah selesai"

"Tapi lama banget pak, huhu" rengek Lingga.

Aksara turun lagi dari motor. Dia membalikkan badan seraya menatap dalam mata Lingga.

"Kok turun lagi siih. Ayok cepetan aku laper pak. Hiks" Lingga menyebikkan bibirnya. Memelas pada aksara agar segera mengendarai motor.

Aksara tertawa melihat wajah Lingga yang seperti itu. Dia sangat menggemaskan saat ini.

"Lingga?" Panggil Aksara.

"Hmm" Lingga yang mulai bete dengan Aksara, menjawab pendek.

"Ish kok marah sih." Aksara berbicara dengan senyuman yang manis di bibirnya.

"Hiiiiihhhh.. pak aksara saya kan laper bangeeettttt.. terus kenapa sekarang ga buru - buru ke rumah sii?? Aaaaakkkhhh bapak nih yang saya makan sekarang!"

Lingga berucap dengan marah. Baru kali ini dirinya ingin memakan orang hidup - hidup karena perutnya benar - benar keroncongan.

"Karena ini ulang tahun kamu, saya mau minta satu hal. Boleh?" Ujarnya lemah lembut.

"Minta apa?" Tanyanya ketus.

"Jangan panggil saya pak aksara dan jangan bicara pake 'saya'."

Lingga menseriuskan wajahnya. Dia menatap lekat mata Aksara yang tidak pernah lepas memandangnya.

"Hanya boleh pake, 'aku' dan 'kamu'."

"Terus saya- eh aku manggil kamu apa? Kalo ga boleh panggil pak Aksara?" Tanyanya.

"Terserah kamu aja."

"Sugar daddy boleh?"

"Khusus untuk itu, aku ga mau"

"Bagus lo itu. Keren."

"Kalau kamu tetap manggil aku kayak gitu, aku bakal bungkam mulut kamu pake bibir ku."

Seketika Lingga mengatupkan bibirnya. Dia menarik bibirnya sendiri sampai masuk kedalam rongga mulut pribadinya. Bibirnya merona merah menahan malu.

Kini keduanya telah berada di garasi rumah Aksara. Lingga yang sudah tak tahan menahan lapar, tergesa - gesa masuk kedalam rumah. Namun aksara mencegah gadis itu. Ia ingin bergandengan dengan gadisnya itu.

Lingga hanya menurut saja. Karena dirinya tahu disini mereka adalah pasangan.

Dorrr

Suara petasan kertas mengangetkan Lingga saat memasuki ruang makan. Ruangan ini sudah didekorasi seperti hari ulang tahun yang selalu Lingga temui. Kini dirinya merasakan hal itu lagi setelah bertahun - tahun tidak pernah merasakannya.

"Happy birthday to you. Happy birthday to you, happy birthday, happy birthday. Happy birthday Lingga!!"

Mamah Papah Aksara, ketiga Adik Aksara- Raras, Oca dan banyu-, kedua sahabatnya- Hani dan Shenna-, beserta pacar mereka-Sandy dan Zico.

"Selamat ulang tahun Lingga sayang. Mamah harap kamu bisa beneran jadi menantu mamah suatu hari nanti."
Ucap Mamah Aksara. Lingga langsung mendapatkan ciuman di pipi kanan dan kirinya.

Lingga memeluk lama Mamah Aksara. Dia merindukan sosok seorang ibu dalam hidupnya. Ibu telah pergi meninggalkannya. Lebih memilih dengan keluarga barunya. Dan Eyang Putri memilih untuk menyusul Eyang kakung menuju tempat keabadian.

Lingga kehilangan sosok ibu dalam hidupnya. Dan kini, ia bertemu dengan mamah Aksara. Sosok yang selalu digambarkan penuh kehangan didalam pikiran Lingga. Kini nyata adanya, meski itu adalah orang lain.

"Mm-ma-ma hiks hiks- makasih mama hiks hiks Huuuaaaaaaaaaaa hiksss.. ngga bisa ngomong. Hiks hiks."

Karena menangis begitu dalam, Lingga sampai terisak. Saat berbicara bahkan tangisnya meluncur begitu saja.

"Itu bisa!" Ucap Zico yang mampu menghadirkan gelar tawa diantara mereka semua. Zico tahu, perempuan ini sangatlah kuat. Bahkan dia tidak permah gentar melawan apapun. Tapi kini, dia melihat gadis itu menangis sejadi jadinya.

Lingga cukup berjasa padanya, selain meninggalkan banyak cerita, gadis ini jugalah yang mampu mendekatkan Zico kepada Shenna sehingga dapat menjalin hubungan.

"Hiks. Hiks. Iya juga yaa. Hiks"
Mereka semua tertawa mendengar ocehan Lingga.

"Makasih ya mah hiks hiks, mama udah nerima Lingga di sini. Hiks. Iya mah nanti aku minta mas Aksara nikahin aku tahun depan. Hiks. Hiks"

Lingga berucap dengan Isakan di bibirnya.

"Selamat Ulang Tahun ya Lingga. Nanti kalau aksara ga mau nikahin kamu, kita seret aja langsung ke KUA." Ucap papah aksara.

"Makasih pah, iya aku setuju. Diiket yang kuat biar ga kabur."

"Selamat ulang tahun ya kakak ipaaarr. Jangan berantem - berantem terus sama mas Aksa. Emang orangnya cemburuan si" ucap Raras

"Heem hiks. Hiks. Makasi yaa. Hiks. Hiks. Tapi nanti kalau aku ngobrol sama mas aksara kamu jangan suka ngintip yaaaa. Hiks. Hiks. Aku tahu aku bucin sama kakak mu, tp aku malu kalo orang lain tahu. Hiks"

"Hehe. Peace. Cuman kepo aja sih" ucapnya seraya membentuk jari berbentuk V.

Kini Lingga menuju kepada kedua sahabatnya. Yang masih memakai seragam yang sama dengannya.

"Uluh uluh uluh. Selamat ulang tahun ya Ling, maaf seharian kita ga ngucapin ke elo" ucap Hani.

"Iya ling, kita disuruh pak Aksara. Suer" ucap Shenna.

Lingga hanya Manggut - manggut saja.

"Gini dong ling, lo bisa nangis. Ga diem diem aja." Ucap shenna mengelus lengan Lingga.

"Gw ga nangis" ia berkata seolah benar begitu adanya. Akan tetapi air matanya tidak bisa membohongi siapapun. Tetiba mata sebelah kirinya meneteskan air.

Seketika mereka bertiga berpelukkan dan saling melepaskan emosi satu sama lain.

"Selamat ya ling!" Ucap Sandy.

"Selamat mba broww!" Ucap Zico.

"Nih dia pa pelakunya, yang ngajarin Lingga nyapa bahasa jawa pake kalimat 'cok yok opo kabare?'." Ucap Lingga menyebikkan bibir.

Lingga melaporkan zico pada papah Aksara. Yang beberapa waktu lalu dia bercerita tentang pengalaman berbahasa jawanya.

"Hehe.. engga om. Emang Lingga kadang kalo di ajari suka lemot. Makanya salah presepsi terus" ucap Zico berbohong.

Zico yang kesal, hanya menatap tajam pada gadis ini. Tahu begitu, dia menyesali keterharuannya tadi.

"Selamat ulang tahun ya Lingga." Ucap Aksara manis.

"Makasih ya. Makasih udah ngasih aku semua ini"

Aksara tersenyum melihat mata gadisnya yang begitu tulus. Dia mengelus puncak kepala lingga lalu mencium dahinya. Mendapatkan perilaku itu, Lingga memeluk pria dewasa ini. Menutup wajahnya kedalam dada bidangnya.

Setelah prosesi selamat per selamatan, kini mereka makan bersama. Mamah Aksara membuatkan bakso sesuai permintaan Aksara.

Aksara tahu, jika gadis itu beberapa hari menginginkannya namun tidak kesampaian. Alhasil kini ia meminta ibu tercintanya untuk membuatkan khusus di hari Ulang tahun Lingga.

Bagi Lingga, hari ini adalah saat teristimewa dalam hidupnya. bahagia? Jelas! doanya semalam akhirnya terkabulkan di hari yang sama.

Semua berkat Aksara.

****


Aksara LinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang