Ibu

2K 81 0
                                    

Lingga menyernyitkan dahi, tatkala melihat wajah gusar milik Aksara. Pria itu menutup matanya, namun menampilkan wajah yang ketakutan.

"Pak? Pak Aksara. Pak Aksara."

Dari sisi pintu kiri, ia membangunkan Aksara dari mimpi buruknya. Dia menepuk - nepuk dada Aksara.

Tak lama pria itu membuka matanya. Nafasnya memburu. Dia menatap mata Lingga dalam. "Lingga?"

"Pak Aksara mimpi buruk?" Tanya Lingga yang sudah menyadari bahwa Aksara telah terbangun.

Dia memejamkan mata lagi saat mengingat mimpinya. Terlalu nyata pikirnya.

"Mau makan apa? Saya pesankan." Tanya Lingga lagi karena Aksara tidak menjawab pertanyaannya.

"Samain kayak kamu aja"

Akhirnya Aksara menjawab. Mendapati jawaban demikian, Lingga berjalan lagi masuk kedalam Rumah Makan sunda.

Mereka berdua makan tanpa adanya pembicaraan. Lingga yang biasa cerewet, kini menjadi diam. Mood nya buruk saat ini. Di tambah lagi, Aksara yang membuntutinya.

"Sini biar saya aja yang nyetir"

Tawar Aksara.

"Ngga usah"

"Udah biar saya aja"

Aksara memaksakan diri. Ia ketakutan jika mimpinya menjadi kenyataan. Lingga saat ini sedang di penuhi banyak pertanyaan, sehingga dirinya tidak mau mengambil resiko.

****

Kini keduanya telah sampai di sebuah rumah yang memiliki lahan yang besar. Terdapat tumpukan hasil kebun yang lumayan banyak. Serta para pekerja yang hilir mudik.

Ibu Lingga memiliki lahan perkebunan. Beliau juga menerima hasil tani dari kebun warga sekitar.

Lingga mengetuk pintu rumah dari jati. Berharap pemilik rumah ada didalamnya. Mengingat saat ini telah pukul 4 sore.

"Iya?"

Seorang gadis kecil berumur 12 tahun, membukakan pintu. Ia tahu namanya Aina. Dia adalah adik Lingga.

"Teteh Lingga. Ibu lagi di kebun. Teteh masuk dulu. Biar Ai panggil."

"Ga usah Ai, biar sepulangnya ibu aja." Ucap Lingga

Aina masuk kedalam rumah. Sedangkan Lingga dan Aksara menunggu di ruang tamu.

"Ini rumah ibu kamu?" Tanya Aksara.

"Iya"

Aksara mengedarkan pandangannya. Ia melihat kesegala penjuru ruangan. Pada dinding tersemat banyak foto. Foto keluarga tentunya. Namun Aksara tidak melihat adanya Lingga di sana.

"Di minum, teh a'." Aina datang membawakan 2 gelas minuman untuk mereka.

Lingga tersenyum manis pada adiknya itu. "Ibu biasanya pulang jam berapa?"

"Harusnya ini sudah pulang, tapi aku ga tahu kok tumben belum pulang."

Aina sangat sopan. Sejak dulu, setiap Lingga mengunjungi rumah ini, Aina selalu tahu cara menempatkan dirinya.

"Assalammualaikum" suara seorang wanita yang sekilas wajahnya mirip dengan Lingga.

Ibu Lingga sangat cantik sepertinya. Meski sering ke kebun untuk mengawasi para pekerja, ibu Lingga masih memiliki kulit yang putih bersih.

Sedangkan pria yang berada di belakang Lingga tampak mirip dengan Aina.

"Wa'alaikummussalam bu, ayak teh Lingga."

Aksara LinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang