"Akhh"
Aksara mengaduh sampai ia ikut terduduk di lantai menyentuk hidungnya yang ngeri.
Lingga yang memiliki riwayat darah rendah, merintih kesakitan juga. Antara pusing karena darah rendahnya atau bahkan karena terbentur oleh hidung aksara tidak ada bedanya.
Ia memejamkan mata beberapa kali. Dirinya melihat darah segar keluar dari hidung Aksara.
"Darah.. darah. Aakhh"
Lingga mencoba mengontrol dirinya sendiri. Mencoba menyesuaikan dirinya agar pusing itu tak berkelanjutan. Setelah dirasa sedikit Berkurang dirinya bangkit dari kasur lalu menarik lengan aksara menuju kamar mandi didalam kamarnya.
Lingga memberikan pertolongan pertama pada pria itu agar darah yang mengalir dihidungnya segera mampet.
Aksara diminta untuk sedikit mencondongkan badan, kemudian Lingga mengambil air pada tangannya di washtafel. Dirinya menepuk halus ubun - ubun aksara. Sedangkan tangan yang lainnya memencet pangkal hidung aksara.
"Kamu ngapain saya?" Tanya aksara dengan nada tinggi. Meski suaranya seperti orang yang marah, aksara tidak mencoba menghentikan gadis itu. Hal itu terjadi karena ia masih merasakan nyeri pada hidungnya
Lingga mengabaikan ucapan aksara dan mengambil tisu untuk membersihkan sisa - sisa darah pada bawah hidung Aksara. Dia mengusap lembut dengan kehati - hatian.
"Masih keluar ga darahnya? Sakit banget ya pak? Maaf"
Aksara melihat kepanikan pada mata Lingga. Untuk pertama kalinya, aksara melihat wajah Lingga sedekat ini. Matanya coklat gelap. Bulu mata yang tidak panjang, wajah nya putih bersih tidak ada bekas jerawat atau apapun, dan bibir nya yang kecil dan merah membuat aksara tertegun dengan kecantikan yang Lingga punya.
Jantung aksara berdetak tak biasanya. Ini seperti perasaan ketika Aksara jatuh cinta untuk pertama kalinya dahulu.
"Pak? Masih sakit kah?"
Aksara mengerjap sadar dari lamunannya, "ee udah. Udah ga terlalu sakit." Ia mengaca pada kaca yang terpasang di atas washtafel. Melihat bahwa darah itu sudah tidak mengalir.
"Lagian Bapak ngapain bisa masuk ke kamar saya? Haa?" Sentak Lingga setelah terbangun dari alam bawah sadar.
"Maaf mba Lingga, saya yang minta mas aksara buat ke atas. Soalnya saya takut mba Lingga kenapa - kenapa. Dari tadi saya sudah gedor - gedor pintu tapi mba Lingga ga bangun" jawab mbok surti yang sejak tadi sudah berada di depan kamar mandi.
"Aassshh. Terus kenapa bapak sepagi ini datang ke rumah saya?"
"Mamah saya nyuruh buat ngajak kamu jalan"
"Jalan kemana sepagi ini???" Tanya lingga semakin melotot.
"Jogging!" Jawabnya singkat. Aksara masih mengamati kecantikan Lingga. Otaknya tidak dapat sinkron karena hatinya terus berdebar di samping gadis ini. "Mamah saya protes, setiap malam minggu saya selalu kerja dan melupakan kamu sebagai pacar saya"
"Assshhh.. kan pak Aksara bisa jogging sendiri trus bilang sama mamahnya Pak Aksara kalau tadi udah sama saya. Kenapa saya juga harus terlibat lebih lagi sih?"
"Mamah minta foto kita jogging. Itu yang saya tidak bisa manipulasi."
Lingga tak habis pikir dengan perjanjian ini. Tidak ia sangka akan menjadi serumit ini.
"Ya udah deh sana - sana keluar. Saya siap - siap dulu"
Lingga mendorong keluar Aksara dari dalam kamar mandi. Aksara tersadar jika kaos yang dirinya pakai telah basah kuyup.
Ia berpikir untuk meminjam baju ayahnya Lingga. Kemudian meminta bantuan pada pekerja rumah Lingga itu. Dirinya melihat pekerja itu tengah membersihkan Tisu bekas yang berserakan.
"Mbok saya boleh pinjam kaos milik ayahnya Lingga kah? Baju saya basah"
"Maaf mas, disini hanya ada bajunya mba Lingga aja. Soalnya Ayahnya mba Lingga ndak tinggal disini. Nanti coba pinjam mbak Lingga saja. Saya sering mencucikan kaos mba Lingga yang sepertinya bisa di pakai cowo atau cewe" tutur pekerja itu.
Berbarengan dengan keluarnya mbok surti, Lingga masih mendapati Aksara ada pada kamarnya. Dia menatap pria itu heran. Untuk apa tetap disini. Sepersekian detik dirinya menyadari baju Aksara basah dan mencoba menawari baju padanya.
"Ini aja yaa. Ini udah yang paling besar baju saya. Masih ok di pake cowo pun"
Aksara menerimanya. Dia segera membuka baju miliknya tanpa menyuruh Lingga keluar dari kamar itu. Lingga tertegun melihat perut sispack milik Aksara. Dia menelan ludahnya sendiri.
"Aaaaaaaakkkkhhhh! Pak aksara mesum!! Masa ganti baju di depan saya siiii!!!" Seketika Lingga sadar akan pemandangan yang indah namun horor itu. Dirinya menutup mata dengan kedua tangannya. Dirinya merayap pada dinding membelakangi Aksara.
"Cuman atasannya doang. Di tempat GYM biasa kayak gini"
Lingga segera keluar dan tidak meperdulikan pemakluman dari Aksara. Meskipun dirinya sering ke club, Lingga masih menghargai tubuhnya. Dan tentu menghargai tubuh orang lain juga.
Setelah selesai mengganti baju, aksara mencari tempat baju kotor Milik Lingga. Dirinya tidak berkenan membawa baju itu dan sengaja ia tinggal di rumah Lingga. Saat menuju keranjang kotor, aksara melihat pada nakas terdapat obat berserakan diatasnya.
Aksara membaca lebel pada botol itu.
"OBAT PENENANG"
Timbul rasa penasaran pada diri Aksara. Ia sangat ingin mencari tahu tentang gadis itu. Potongan - potongan puzzel yang ia rasa janggal tentang gadis ini semakin banyak. Namun aksara merasa dirinya tidak perlu terlalu jauh untuk tahu pribadi gadis ini. Alangkah baiknya jika dia tidak tahu sama sekali.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Lingga
Teen Fiction"masa iya anak SMA ngacak - ngacak pikiran gue?" ..... "Tolong saya sekali lagi dong pak, penguntit gila itu masih ngikutin saya. Please pak" tangannya mengatup dengan memohon agar pria itu membantunya lagi. "Oke! Sini ikut saya" Pria dewasa itu m...