Setelah membawa Lingga bertemu keluarganya, Aksara kini tidak pernah lagi mendapatkan paksaan untuk dijodohkan dengan siapapun. Baik dari rekan kerjanya, atau bahkan oleh keluarganya sendiri.
Aksara merasa dirinya terbebas dari pertanyaan - pertanyaan bodoh seperti,
Lo suka cewe ga si?
Homo ya?
Ga laku kah?
Kapan nikah?
Pertanyaan itu kini hanya perlu dijawab oleh aksara bahwa pacarnya sedang menempuh pendidikan menengah atas. Kini dirinya dapat bekerja tanpa merasakan beban apapun.
Seperti saat ini. Dirinya bekerja di meja makan mengamati Laptopnya. Menyeruput kopi Americano racikannya sendiri.
"Mas? Kerja mulu sih mamah lihat - lihat" mamah aksara datang dan mengecup pipi anaknya itu. Kini beliau menarik kursi di samping Aksara dan ikut menonton layar Laptopnya.
"Ini proyek buat bulan depan sih mah. Doain supaya berhasil ya mah" ucap Aksara lembut.
"Aamiin. Mamah selalu doain yang terbaik buat anak - anak mamah." Beliau mengusap kepala anaknya itu. "Tapi, jangan lupa juga buat bahagia. Cari kebahagiaan kamu juga mas." Lanjut mamah Aksara.
"Aku bahagia kok kalau orang - orang yang Aku cinta, juga bahagia. Bisa wujudin apapun yang mereka inginkan. Termasuk mamah" senyum aksara mengembang sempurna.
"Termasuk pacar kamu kan?" Tanya mamah Aksara.
Aksara menyernyit bingung.
"Lingga. Udah berapa lama kamu ga ajak dia jalan - jalan? Mamah lihat - lihat kamu kok ga pernah keluar sama dia ya?" Jawab mamah aksara menyadarkan aksara.
"Lingga juga butuh waktu kamu, butuh perhatian kamu. Jangan egois gini dong mas. Kasihan Lingga" Lanjut Mamah Aksara.
"Ya kan, jalan - jalannya cuma malam minggu doang mah"
"Lah iyaaa.. 2 minggu yang lalu kamu kerja keluar kota. Terus minggu kemarin kamu ada acara kantor juga. Sekarang kamu ga kemana - mana kok ga keluar sama Lingga? Kamu jadi cowok kok ngga peka banget."
"Iya mah, aksara tahu. Tapi kan kita keluarnya setiap malam minggu."
"Besok hari minggu mas. Artinya sekarang malam minggu."
Shit!
Aksara teringat bahwa hari ini hari sabtu. Tidak dapat di pungkiri bahwa ceramah mamahnya hari ini dikarenakan dirinya yang tidak berkencan dengan Lingga.
"I-itu aksara besok pagi mau jogging bareng sama Lingga. Malam ini Lingga keluar gitu, k-katanya ada janji sama teman - temannya. Gitu" Aksara berbohong mengeni Lingga.
"Syukur deh kalo kamu masih ingat punya pacar. Kerja terus sampe lupa punya ayang."
"Iya mah"
Setelah selesai dengan kebutuhannya, mamah aksara meninggalkan anak nya itu untuk lanjut bekerja. Aksara membuang nafas lega. Ia segera membuat janji dengan Lingga untuk mengajaknya jogging.
Lingga / Lenggana
Lingga
Ling
Penting!
Bsk jogging ya? Bisa kan?
Mamah yang nyuruh
Bsk saya jmput
Jam 6Sayangnya Lingga sedang tidak memegang handphonenya. Ia sedang tenggelam oleh pemikirannya sendiri. Ia sedang menonton Televisi. Hanya saja lamunannya terbang entah kemana.
****
Lingga / Lenggana
Lingga
Ling
Penting!
Bsk jogging ya? Bisa kan?
Mamah yang nyuruh
Bsk saya jmput
Jam 6Dipagi hari Aksara masih tetap tidak mendapatkan jawaban dari Lingga. Beberapa kali Aksara menelfonya hanya saja gadis itu tidak segera menjawab. Sedangkan saat ini telah pukul 5.40.
Aksara memutuskan untuk menjemput gadis itu dan langsung saja mendatanginya. Ia melaju di jalanan yang sepi karena ini masih terlalu pagi. Sesampainya di depan rumah, Aksara menekan tombol bel.
Seorang paruh baya membukakan gerbang.
"Iya mas, nyari siapa ya?" Ucapnya.
"Lingga nya adakah mbok?"
"Ada mas. Tapi masih belum bangun. Silahkan masuk dulu. Biar saya bangunkan."
Aksara di tuntun menuju ruang tamu. Ruang tamu yang luas dengan sofa yang besar. Rumah ini berkesan putih dan polos. Berbeda dengan rumah Aksara yang dipenuhi oleh foto. Dirumah ini bahkan tidak ada pajangan foto sama sekali di ruang tamu.
Hanya hiasan berupa lukisan maupun ukiran saja.
"Mas mas! Mba lingga kamarnya sudah saya ketuk - ketuk tetap ndak di buka! Tolong mas bantuin saya takut mba Lingga coba bunuh diri lagi!" Ucap pekerja itu sambil tergupuh - gupuh wajahnya sangat panik sekali.
"Mungkin dia masih ngantuk mbok, atau pake headset sambil tidur."
"Mba Lingga ga pernah bangun tidur lebih dari jam 6 mas. Ini sudah setengah 7 mas. Saya beneran takut mas."
Melihat kepanikan itu, Tiba - tiba dalam hati Aksara timbul kepanikan juga. Dirinya segera meminta pekerja itu untuk mengantarkan dimana letak kamar Lingga berada.
Toktoktok...
Toktoktok...
Cklek ceklek ceklek
Ceklek ceklek ceklek
"Lingga? Lingga?"
Aksara menggedor pintu lebih keras dari sebelumnya namun tetap tidak mendapatkan jawaban apapun. Seketika jantung Aksara berpacu lebih cepat dari biasanya.
"Ada kunci cadangan kah mbok?" Tanya aksara masih dengan mencoba menggedor pintu.
"Ndak ada mas. Semua kuncinya dibawa mba Lingga"
Alhasil tidak ada pilihan lain, aksara mendobrak pintu bertuliskan "Lingga Comel" itu.
Brraaakk
Pintu itu terbuka sempurna. Pekerja itu langsung lari memastikan keadaan Lingga di dalam. Kamar Lingga berserakan tisu bekas. Kamar yang bersih namun alat make up disana jatuh berserakan.
Posisi tidur Lingga yang kepalanya menjuntai melewati batas Kasur.
"Mba Lingga! Mas ini mba Lingga pingsan atau tidur ya?" Pekerja itu tak berani memegang Lingga karena posisi tidurnya membuat pekerja itu berpikir bahwa Lingga telah mengakhiri hidupnya.
"Lingga" aksara memanggil gadis itu dengan pelan. Dia mengecek nadi pada leher gadis itu. Aksara masih merasakan ada detak pada nadi itu. Pertanda bahwa Lingga masih hidup.
Mata Lingga mengerjap ketika ia merasakan kehangatan di lehernya. Matanya melihat wajah Aksara tampak begitu nyata.
"Pak Aksara" ucapnya setengah sadar.
"Lingga? Ka-" belum selesai berbicara Lingga langsung membangunkan diri. Alhasil dahinya bertabrakan dengan hidung Aksara sangat keras.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Lingga
Teen Fiction"masa iya anak SMA ngacak - ngacak pikiran gue?" ..... "Tolong saya sekali lagi dong pak, penguntit gila itu masih ngikutin saya. Please pak" tangannya mengatup dengan memohon agar pria itu membantunya lagi. "Oke! Sini ikut saya" Pria dewasa itu m...