Malam itu Lingga menidurkan dirinya diatas ranjang. Ia sedang berpikir bagaimana hidupnya setelah ini. Hidup harus tetap bersandar pada ayahnya yang tidak pernah memikirkan dirinya.
Bahkan saat ini ia telah melalui ujian nasional pun, Ayahnya sudah mengatakan beberapa kali akan mengirim Lingga ke Inggris. Untuk melanjutkan Kuliah disana.
Sedangkan Lingga saat ini hanya ingin kuliah di Indonesia. Tapi apa yang bisa dirinya lakukan, jika ayahnya lebih dominan.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Lingga. Ia melirik pintunya. Berpikir siapa semalam ini mengetuk pintu kamarnya.
"Kenapa?" Tanya Lingga saat mendapati Dea sebagai pelaku pengetukan pintu.
"Gw mau ngomong sama elo"
Tanpa Lingga perilahkan, Dea langsung masuk kedalam kamarnya. Dirinya duduk di sofa milik Lingga.
"Kenapa?"
Tanya Lingga lagi yang memposisikan diri untuk duduk di kasurnya.
"Aksara beneran tetap mau sama perjodohan itu?"
Lingga menghembuskan nafasnya kasar. Dia sendiri juga sudah lelah harus terlibat dalam permasalahan ini.
"Dia susah kak, gue udah bantu sebisanya. Dan jawaban dia tetap. Ya lo relakan aja lah cinta lo itu. Toh juga Aksara bisa buat lo jatuh cinta nanti."
Jawab Lingga yang mulai jengah.
Sedangkan Dea, meremas ujung bajunya. Wajahnya muram. Bahkan lebih dari itu.
"Lo ga tidur semalem?"
Dia mengangguk. Kantung mata miliknya tidak dapat membohongi.
"Gue hamil Ling"
Jawabnya memecah keheningan.
Lingga mendengar itu bagai tersengah listrik tegangan tinggi. Dia menatap dalam mata milik kakaknya itu. Mencoba mencari dimana letak kebohongan itu.
"Gue ga bohong Ling. Ini...."
Dia menyodorkan sebuah test pack. Dimana terdapat dua garis merah. Lingga lemas melihat itu. Matanya berkaca - kaca. Siap menumpahkan lahar air mata.
"Hiks. Hiks. Gue udah bener - bener frustasi Ling. Hiks hiks. Gue ngelakuin itu supaya Aksara mau ninggalin gue. Hiks."
"Terus bapaknya anak itu siapa kak?" Tanya Lingga bergetar.
"Dia pacar gue Ling. Hiks"
"Terus kenapa dia ga dateng ke ayah sekarang juga?"
"Hiks hiks. Dia ga akan di terima sama ayah Ling. Hiks. Hiks. Dia karyawan gue sendiri. Hiks hiks."
Lingga ikut menangis setelah mendengar siapa pria yang menghamilinya. Sudah jelas, ayah tidak akan menerima pria itu. Jangankan ayah, bahkan ibu kandungnya pun juga tidak akan mau menerima.
"Kenapa lo kegabah banget sih kak? Hiks hiks"
"Gue bodoh Ling, hiks hiks. Tolong bantu gue, hiks hiks"
Ia menangis histeris. Sedangkan Lingga sudah kehabisan cara untuk menyelesaikan ini semua. Ia mengacak acak rambutnya. Dia tidak tega melihat kakaknya seperti ini, sedangkan dia juga sudah lelah dengan segalanya yang ada.
"Gue bakal bantu elo, sebisa gue"
Jawab Lingga berusaha menenangkan kakaknya.
****
"Ya jadi gitu yang gue alami selama ini"
Pungkas Cerita Lingga di hadapan kedua sahabatnya.
Saat ini mereka sedang berdiam diri di dalam ruang musik. Meski ujian Nasional telah dilaksanakan, mereka masih harus tetap ke sekolah untuk mengurus beberapa keperluan.
"Kisah hidup lo miris banget sih Ling. Gue sampe ga tega banget deeeh" ucap Hani.
"Terus lo gimana? Maksut gue ibu lo kan udah ga mau lagi lo temui, terus bokap lo juga pemaksa kek gitu, masih harus ketiban masalahnya dea juga." Tanya Shenna.
"Huufftt. Gue juga ga tahu harus gimana." Ucap Lingga pasrah. Seraya menyandarkan dirinya ke tembok.
"Tapi yang perlu gue lakuin sekarang, gimana caranya supaya Dea bisa di nikahi sama pacarnya yang udah ngehamilin dia." Lanjutnya.
"Caranya?" Tanya Shenna.
"Nah itu yang gue belum tahu." Jawab Lingga lagi.
"Mana lo di ikutin sama bodyguard lo jugaa. Susah mau nyusun rencana" ujar Hani.
Mereka diam memikirkan cerita tentang Lingga.
"Gue punya ide!" Ucap Hani.
Mereka membicarakan tentang rencana mereka. Saat itu juga mereka akan melaksanakannya. Karena disana mereka akan memanfaatkan keadaan.
Lingga melarikan diri setelah mengganti pakaiannya menjadi seragam olahraga. Dia mengenakan masker beserta wig yang membuatnya berbeda.
"TOLONG! TOLONG!" Teriak Shenna dan Hani bersamaan. Mereka berdua membuat skenario agar kedua Bodyguard Lingga memperhatikannya.
Memang Lingga gadis yang cerdas. Ia memanfaatkan situasi disaat bodyguard perempuannya sedang meliburkan diri. Tersisa 2 pria saat ini.
"LINGGA! LINGGA! BUKAK PINTUNYAAA. LO KENAPA??" teriak Hani.
"Pak pak pak! Ling-Linggaaaa. Ga buka pintu kamar ganti dari tadi" panggil shenna kepada kedua bodyguard itu.
Mereka melaksanakan aksinya diruang ganti olahraga. Satu pintu di tutup dengan kunci yang di pegang oleh Hani. Sedangkan Lingga telah pergi disaat kegaduhan itu terjadi.
Beruntungnya kedya bodyguard Lingga pecah konsentrasi sehingga tidak memperhatikan siapapun yang lewat. Mereka berusaha membuka pintu Ruang ganti.
BRRUUUAAAKK
Shenna dan Hani berpura - pura tercengang karena ruangan terbuka tanpa ada sesosok Lingga.
"Loh kok kosong? Lingga kemana?" Tanya Hani
"Sepertinya mba Lingga kabur. Dan kalian berdua pasti terlibat." Ucap Johan.
"Loh kok kita?? Kita juga sama ngga tahunya."
"Ruangan ini luas, kalau kalian benar - benar tidak terlibat, harusnya kalian berada di ruangan yang sama dengan Lingga. Di tambah lagi kalian bahkan tidak mengganti baju kalian"
Shenna dan Hani membeku seketika. Kapasitas mereka berbohong tidak sesempurna Lingga.
"K-kita ga tahu apa - apa"
Saat mereka meronta karena akan di bawa ke rumah Lingga untuk di desak, kunci ruangan terjatuh begitu saja. Dapat dipastikan, pernyataan Johan adalah kebenaran.
Alhasil keduanya harus merelakan diri untuk dibawa.
Sedangkan Lingga telah dibonceng oleh Zico. Iya, mereka melibatkan Zico disini.
Pasalnya mereka tidak mungkin menggunakan kendaraan pribadi mereka untuk membantu Lingga. Sudah jelas mereka akan ditemukan dengan mudah jika begitu.Maka dari itu, Zico di libatkan.
"Nanti, lo setelah selesai sama Pak Aksara, lo turun lewat tangga darurat. Itu jalan Aman buat kabur. Gue yakin, temen lo bedua itu udah ketangkep sama bodyguard elo" tutur Zico pada Lingga.
"Gue rasa juga gitu" ucap Lingga.
"Gue Tunggu Lo di seberang, kalo elo ternyata papasan di bawah sama mereka, lo lari lawan Arus. Terus nyebrang. Oke?"
Lingga mengangguk Antusias. Keduanya saat ini masih diatas motor. Menuju kantor Aksara untuk melancarkan Aksinya.
"Sebenernya gue males terlibat drama lo ini Ling" ucap Zico saat berhenti di perempatan lampu merah.
"Inget lo-" ucapan Lingga terhenti karen Zico menyela.
"Gue bisa pacaran sama Shenna berkat elo. Iya gue tahu itu. Ya cuma males aja. Bapak lu terlalu banyak duit anjing!"
"Husstt! Diem udah mau nyampe tuh!"
Ketus Lingga.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Lingga
Jugendliteratur"masa iya anak SMA ngacak - ngacak pikiran gue?" ..... "Tolong saya sekali lagi dong pak, penguntit gila itu masih ngikutin saya. Please pak" tangannya mengatup dengan memohon agar pria itu membantunya lagi. "Oke! Sini ikut saya" Pria dewasa itu m...