Gagal Ngedrama

1.9K 70 0
                                    

Lingga menaiki motor Zico, mengendarai dengan kecepatan lumayan tinggi. Dia melewati gang - gang kecil untuk menghindari kejaran mobil bodyguardnya yang lain.

Dia kini akan menuju sebuah kantor. Kantor milik orang tuanya yang di kepalai oleh Dea.

Saat di perjalanan, Lingga tidak sengaja terpeleset oleh pasir. Menyebabkan dirinya terjatuh bersama dengan motornya. Karena saking kerasnya saat terjatuh, spion sisi kiri patah. Dan meninggalkan goresan yang besar pada body motor.

Motor kesayangan Zico menjadi bobrok berkat di kendari oleh Lingga.

Luka lecet pada tubuh Lingga tidak dia hiraukan, dia menaiki lift dan menuju lantai dimana dia mencari seseorang.

Seorang pria yang sangat Dea Cintai. Iya dia yang menghamilinya. Lingga berlarian, sesekali meringis akibat darah pada lututnya mengalir.

"Devisi Artistik" gumam Lingga mendapati ruangan yang dia cari.

Matanya mengedar pada seluruh karyawan. Semua orang yang berada disana, pecah konsentrasi karena kehadiran Lingga.

Beberapa dari mereka tidak mengetahui, siapa gadis yang tengah berada di ambang pintu itu. Wajahmya lusuh, celana panjangnya robek di bagian lutut. Dan tatapannya yang menajam itu.

Lingga berjalan, tanpa memperdulikan tatapan aneh dari mereka. Ia memperhatikan nama pada setiap meja. Menjari sosok pria yang bernama "Faris"

Lingga mengulang - ulang nama itu agar tertancap jelas di ingatannya. Dia melihat, papan nama itu berada di tengah. Dia tak memperhatikan kedatangan Lingga. Dia fokus pada pekerjaan di depannya.

Lingga berlari kearah pria itu. Menanyakan apakah benar dia bernama faris.

"Iya saya faris. Ada apa ya?" Jawabnya.

"Gue Lingga. Lenggana Primaningtyas Jatmiko. Ga perlu gue jelasin gue siapa, sekarang lo ikut gue!"

Sedangkan pria itu menurut saja. Ia tahu siapa gadis yang ada didepannya saat ini. Anak pemilik perusahaan dirinya bekerja.

Sedangkan semua karyawan memperhatikan setiap adegan dengan seksama. Berharap menemukan jawaban atas pertanyaan mereka sendiri.

"Lo harus tanggung jawab sama kakak gue!" Jawab Lingga saat berada di ruangan sepi.

"Lo tahu kan, kak Dea Hamil?" Lanjutnya.

"Saya ngga mungkin nikahin dia. Jelas keluarga kamu akan menolak saya" jawab nya menatap manik mata milik Lingga.

"Dan lo lebih membiarkan kakak gue nikah sama orang lain? Dan anak lo akan diakui sebagai anaknya orang lain? Lo lebih suka yang kaya gitu?"

"Saya ngga punya apa - apa untuk saya meyakinkan Pak Wiratama bahwa saya benar - benar mencintai dea"

"Lo cukup bawa diri lo sendiri! Lo bilang ke bokap gue kalo lo ngga akan nyakitin dia dan tetap bertanggung jawab sama dia, itu udah cukup!"

"Itu aja ngga cukup bagi pak Wiratama."

Lingga frustasi mendapatkan jawaban dari pria ini. Sejujurnya dia juga tidak tahu harus membantu Dea bagaimana.

"Cowok yang akan nikah sama Kak Dea, itu cowok yang gue cintai. Selain untuk ngebela kak dea, gue ngelakuin ini juga buat dia. Kalaupun akhirnya gue ngga sama dia, seenggaknya dia ngga harus gantikan elo sebagai ayah dari anak lo itu. Dia ga perlu nutupi kelakuan biadab lo itu!"

"Semuanya sudah terlanjur. Dan memang dari awal saya mengatakan bahwa saya mencintai Dea, adalah hal yang salah. Saya dari keluarga yang sederhana dan dea dari keluarga konglomerat. Kita sulit akan menyatu. Apa yang perlu saya lakukan? Tidak ada. Ayah kamu terlalu materialistis."

"Lo cinta sama kak Dea? Be gantleman bro! Gue tunggu malam ini di rumah gue, paling lambat jam 8 malam. Gue akan bantu elo, gue pastikan lo akan direstui sama bokap gue. Tapi kalau lo ga datang, gue akan pastikan elo jadi orang yang menderita seumur hidup elo!"

Lingga sudah pasrah dengan apa - apa yang akan terjadi. Dia meninggalkan pria itu termenung dengan segala pikiran yang mengawang.

Lingga menangis tersedu - sedu, mengapa kehidupannya memiliki permasalahan yang rumit. Terlalu pelik. Dari segala sisi, dia mendapatkan ujian. Perihal keluarga yang tak seberuntung orang lain, pula juga dengan kisah percintaan. Lingga merasa menjadi satu - satunya orang yang paling sial di muka bumi ini. Untuk mencari kebahagiaan saja sulit sekali rasanya. 

Kedua body guard Lingga menemukan Lingga dalam keadaan lemah. Keduanya memegangi lengan kanan kiri, berjaga agar Lingga tidak kabur lagi.

Plak!

Suara nyaring tamparan pada pipi kiri Lingga. Sampai ia menengok kearah kanan.

Semua anggota keluarganya menyaksikan hal itu. Ayah menampar anaknya. Anak yang selalu membuatnya tersenyum sekaligus mengecewakan hatinya. Lingga hanya tersenyum miris mendapati dirinya seperti ini.

Shenna, dan Hanni sudah menangis sejak kedatangan Lingga. Lingga tampak setengah Gila saat ini. Terlihat dari sorot matanya, lelah dan tidak ada harapan sama sekali.

"MAU JADI APA KAMU? KALAU KAMU MAU JADI BERANDALAN CUKUP KAMU SAJA! JANGAN AJAK TEMAN - TEMAN MU!"

"Maaf om, ini inisiatif dari kami sendiri untuk membantu Lingga." Jawab Zico. Dia mewakili kedua teman perempuannya yang sudah ketakutan sejak dia dibawa paksa oleh body guard yang menangkapnya tadi.

Di sofa sisi lain, Aksara terdiam. Hatinya sangat sakit saat melihat Lingga seperti ini. Dia juga tidak membenarkan kelakuan Lingga yang sudah terlewat batas.

"Diam kamu!" Bentak Wiratama.

"Pria itu akan datang, paling lambat jam 8 malam. Dia akan bertanggung jawab dengan kak Dea. Kalau dia tidak datang...."

Ucap Lingga menggantung. Dia tak memperdulikan ocehan ayahnya. Air Matanya sudah menumpuk dipelupuk mata. Dia melirik dimana Dea berada. Dia sesenggukkan dari tadi. Matanya masih berharap pada Keajaiban yang akan Lingga bawa.

"Kalau dia tidak datang, sebaiknya Kak dea segera di nikahkan dengan Pak Aksara. Sebelum janin itu semakin besar. Dan aku juga akan mengikuti apapun yang ayah katakan. Sekalipun aku harus kuliah di Inggris sekalipun."

Air mata itu lolos begitu saja. Sedangkan Dea semakin menangis mendapat jawaban dari Lingga.

"Baik, kita tunggu pria itu datang. Kalau tidak, kamu siap menikahi Dea dalam waktu dekat, Aksara?" Ucap ayah.

"Saya,, siap pak" jawab Aksara.

Lingga mendudukan dirinya ditengah kedua sahabatnya yang menangisinya. Ia mengusap kasar wajahnya yang lesu. Menanti pada keajaiban yang akan Tuhan berikan. Di detik terakhir, ia meyakinkan diri untuk terus hidup atau tidak. 

***

Aksara LinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang