Lingga memasuki Ruangan Aksara paksa. Meski dia sudah di berhentikan oleh sekretaris Aksara, dia tetap memaksa masuk.
Anton yang merasa tidak dapat menghadang Lingga meminta maaf pada Aksara. Sedang sang pemilik Ruangan mengizinkan hal itu.
"Batalkan pertunangan kalian!" Ucap Aksara disaat mereka sudah berdua.
"Saya sudah bilang, kalau sa-"
"Dea hamil" pungkas Lingga menyela saat Aksara akan membual.
"Dia hamil dengan pria yang dia cintai. Dan anda, tidak memiliki sedikit pun celah untuk menempati hatinya!" Lanjut Lingga.
"Saya yang akan bertanggung jawab padanya"
Lingga berkacak pinggang. Mendengar pria yang dulunya mengatakan bahwa kebahagiaan orang lain lebih penting atas dirinya sendiri. Dan kini, dia berdiri dengan kaki serta kepala yang besar.
"Kak Dea berhak bahagia, dengan pria pilihannya!"
"Dia akan lebih bahagia, jika bersama saya. Dan saya akan pastikan hidup dea beserta anaknya akan terjamin"
"Haha." Tawa Lingga renyah. "Aksara yang pernah saya kenal, bukan orang yang mementingkan utusan pribadinya, di banding kepentingan orang lain. Saya tahu, anda menerima perjodohan itu untuk memenuhi keinginan anda dalam membalas budi terhadap ayah saya, dan anda merelakan semua orang menderita. Itu bukan Aksara yang saya kenal."
Aksara tertegun atas pernyataan gadis itu. Lingga benar saat ini. Kepuasan batin Aksara saat ini tengah menguasai jalan pikirnya.
"Anda masih punya otak kan? Pikirkan bagaimana keluarga anda dapat menerima Kak Dea beserta jabang bayinya, pikirkan bagaimana menderitanya Kak Dea yang tidak bisa menikah dengan pria yang dicintainya, pikirkan bagaimana anak itu akan tumbuh dengan tidak merasakan kasih sayang dari ayah kandungnya, dan pikirkan bagaimana keluarga anda berpikir tentang keluarga saya yang tidak bisa menjaga anak perempuannya sampai hamil dan masih harus dinikahi oleh orang lain, yang jelas mereka akan berpikir bahwa kekuasaan ayah sayalah yang mengharuskan anda untuk menikahi Kak Dea."
"Saya tetap akan menikahi dea. Apapun yang terjadi, saya akan tetap menikahinya."
Tatapan keduanya masih sama - sama tajam. Bak elang yang akan bertengkar.
"Untuk apa kamu melakukan ini semua? Kabur dari bodyguard mu, kemudian meminta saya untuk membatalkan pertunangan ini, datang kerumah saya dan mengatakan saya sudah memiliki pengganti kamu yang akan saya nikahi. Kamu pikir saya bodoh?" Tanya Aksara mencengkram lengan Lingga sisi kiri.
"Kamu melakukan ini semua untuk mendapatkan saya kan? Bualan kamu itu tidak akan berjalan untuk saya. Kamu itu masih anak kecil." Lanjutnya.
"Saya tidak menyangka, kamu semurah ini Lingga."
Kalimat terakhir Aksara, membuat hatinya nyeri tak karuan. Apakah telingga Lingga tidak salah barusan? Dia direndahkan oleh pria yang dirinya cintai.
"Gue ngelakuin ini bukan buat elo anjing! Gue cuma pingin lihat Dea ngga menderita, dia bukan boneka. Gue ngga akan ganggu hidup lo meskipun pada akhirnya lo ngga jadi nikah sama dea! Itu yang ada di otak gue akhir - akhir ini."
"Gue emang murahan, bahkan untuk siapapun pria di dunia ini. Jadi, Lo ngga perlu capek - capek ngerendahin gw, karena itu tugas gue sendiri."
"Emang pantes kalo gue mati! Saat di Bandung itu, seharusnya gue udah mati. Dan gue hutang budi sama elo, karena sepanjang jalan lo yang nyetir. Gue sangat menginginkan elo kemarin, sampai gue berpikir mati berdua dalam mobil yang sama bukankah hal yang sangat romantis? Sayangnya elo ngga minat untuk itu."
Mimpi Aksara saat itu benar adanya, Lingga memiliki keinginan untuk mengakhiri hidup mereka berdua. Untung saja saat itu Aksara memahami kondisi Lingga. Sehingga hal itu tidak pernah terjadi.
"Lepasin tangan gue!"
"Saya tidak akan melepaskan kamu sampai bodyguard kamu sampai di sini"
Tatapan Lingga semakin menajam, karena Aksara membuat rencana diluar keinginannya.
"LEPAS!"
Lingga meronta, sampai Aksara kehilangan keseimbangan. Kedua nya jatuh terduduk di lantai. Lingga sangat mencintai pria ini. Entah, perasaan Lingga selalu tak karuan jika berdekatan dengan Aksara.
Dia menginginkan Aksara. Namun apa boleh buat jika Aksara tidak pernah menginginkan kehadirannya.
Mata mereka bertemu. Aksara merindukan gadis yang sudah lama dia tidak temui ini. Tanpa aba - aba Aksara merasakan bibirnya bertemu dengan Lingga. Menyatu dalam perasaan yang sulit di gambarkan.
Cupp
Lingga mencium cukup lama. Dia memejamkan matanya. Menikmati waktu sebelum keduanya kehilangan waktu untuk selamanya. Aksara menerima ciuman itu. Dia membalas dengan lembut. Terbawa suasana sampai juga ikut menutup matanya.
Tersadar akan kejadian tersebut, Lingga mengambil kesempatan untuk melarikan diri. Dia bangkit dari duduknya. Melirik pada Aksara yang terkejut atas aktivitas Lingga yang ia berhentikan.
Aksara menyaksikan gadis itu tidak mengatakan apapun. Punggungnya menghilang dibalik pintu. Perasaan di dadanya semakin sesak.
Dia menyukai Lingga, tapi harus rela kehilangan gadis itu. Menolaknya mati - matian dan kemudian dia menikmati ciuman itu.
Aksara merutuki dirinya. Membayangkan di masa depan, dia akan menjadi pria yang sangat mengenaskan. Menikah dan memiliki anak yang bukan darah dagingnya.
Lingga yang lupa mengingat perkataan Zico, hampir saja tertanggap oleh kedua bodyguardnya yang sudah berada di kantor itu. Dirinya bersembunyi di dekat gudang. Meski tangga darurat berada di depan matanya, ia tidak bisa langsung menuruni anak tangga itu. Pasalnya, kedua bodyguard nya sedang berada di tempat yang sama.
Tumpukan kardus yang menjulang, berhasil menutupi tubuhnya yang mungil.
Ting!
Ting!
Ting!
Suara notifikasi pesan dari ponsel yang Lingga bawa, mengganggunya bersembunyi. Tertera nama Sandy pada layarnya. Memang bucin betul dia.
Pesannya sudah menumpuk 78. Dan panggilan telfon juga jangan di lupakan.
Tiktuktiktuk
Tiktuktikruk
📞Mybeloved Sandy♥️
"Jangan telfon dulu san, gue lagi ngumpet" jawab Lingga dengan suara yang lirih.
"Ini Lingga? Hani mana? Kenapa hp nya ada di elo? Li-"
Lingga mematikan sambungan telfon itu. Karena sepertinya kedua body guardnya mencurigai dirinya berada disana. Lingga lantas melarikan diri melalui tangga, dia berlari sebisa mungkin.
Ponsel yang berada di tangannya terus mengeluarkan suara panggilan. Sudah jelas suara itu pasti menggema sampai kedua bodyguardnya mendengar.
Karena Lingga mendengar suara seseorang berlari menuruni anak tangga seperti dirinya. Lingga merasa kesal karena Sandy yang tidak memahami kondisinya yang terus saja memanggil telfon Hani yang dia bawa.
Lingga membanting telfon itu.
Dia melanjutkan acara berlarinya. Bak seperti film mafia yang mengejar musuh, Lingga berperan menjadi musuh yang harus menghindari mafia.
Ia menengok kebelakang, dan menemukan kedua pria itu baru saja keluar dari pintu darurat. Ia lantas berlari, namun ia terjatuh.
"Siaaaall! Drama banget sih pake acara jatoh segalaaaa!" Batin Lingga.
"LARI LING! CEPAT! BIAR GUE TAHAN MEREKA DISINI. NIH KUNCI MOTOR GUE!"
Tetiba Zico berlari dari seberang, menghadang kedua body guard Lingga dengan caranya sendiri.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Lingga
Fiksi Remaja"masa iya anak SMA ngacak - ngacak pikiran gue?" ..... "Tolong saya sekali lagi dong pak, penguntit gila itu masih ngikutin saya. Please pak" tangannya mengatup dengan memohon agar pria itu membantunya lagi. "Oke! Sini ikut saya" Pria dewasa itu m...