Salah Target

2.9K 95 0
                                    

Hasil foto kamera handphone nya tidak di ragukan. Sangat jernih. Ia mengamati fotonya. Ia menemukan secara random ada yang janggal.

"Sean?"

Di ujung lantai mall ia melihat ada sean yang tengah memperhatikannya dari kejauhan. Dia melihat lagi arah dimana Sean berdiri. Ia melihat Pria itu melambaikan tangan dan mulai bergerak kearahnya.

Karena panik, Lingga masuk kedalam sembarang toko. Dia mencoba mencari tempat persembunyian yang bisa menyelamatkannya dari sean. Ia mematikan telephone miliknya untuk mencegah sean menelfon saat dirinya bersembunyi.

Lingga terus berjalan mengitari toko baju ini. Ia berpikir akan bersembunyi di dalam ruang ganti, namun itu hal yang mustahil karena sangat mudah untuk di tebak.

Ia bersembunyi di balik pria berjas hitam yang sedang berdiri memilih baju. Dia mengekor di balik punggungnya.

Pria itu tidak membalikkan badan namun hanya memutar kepalanya ke kiri dan menemukan Lingga di belakangnya. Lingga yang sadar pria itu mengetahui dirinya ia menengok ke atas . Pria itu sangat tinggi di bandingkan dengan Lingga.

'Sialan, orang ini lagi' batin Lingga yang menyadari bahwa pria ini yang membantunya di Gramedia waktu itu.

"Kamu lagi, ngapain kamu ngekor saya?" Jawabnya dengan suara bariton yang menakutkan itu. Matanya bak elang yang akan membunuh mangsanya.

"Eh bapak, ketemu lagi" gigi putih Lingga terjajar rapih cengengesan.

"Minggir dari belakang saya" ucapnya sangat tegas.

"Tolong saya sekali lagi dong pak, penguntit gila itu masih ngikutin saya. Please pak" tangannya mengatup dengan memohon agar pria itu membantunya lagi.

Pria dewasa itu diam cukup lama, ia menerawang entah kemana.

"Oke! Sini ikut saya" Pria dewasa itu menyambar tangan baju panjang dan lengan Lingga dan memepetkannya di tembok dekat ruang ganti.

"Kamu diam ikuti saya" katanya dengan tegas.

Tak lama setelah itu, Lingga mendengar derap langkah seseorang di balik punggung Pria dewasa yang sudah menguncinya di pojok. Lingga benar - benar ketakutan jika ketahuan.

"Kamu ngga boleh pake baju kebuka kayak gini!" Suara pria dewasa ini naik entah berapa oktaf. Dia hanya memberikan tanda pada lingga untuk diam.

Sean yang berdiri di depan ruang ganti yang tertutup dua duanya, menatap heran pada pria itu. Namun dia tak mau mengambil pusing dengan apa yang orang itu lakukan.

Sean hanya fokus untuk menebak bahwa Lingga berada di salah satu ruang ganti ini. Dia hanya menunggu seberapa kuat Lingga mampu bersembunyi dari balik pintu itu. Sean tersenyum miring seakan penuh kemenangan.

"Kamu harus pake baju yang Tertutup! Saya ngga mau tahu! Kamu harus tutup badan kamu. Karena badan kamu cuma buat saya!"

Ceklek

Satu pintu terbuka dan tidak menampilkan Lingga di baliknya. Sean semakin sumringah, dia yakin betul jika gadis itu masuk kedalam ruang ganti yang satunya. Sean telah memastikan di toko ini Lingga tidak ada, padahal dia melihat Lingga masuk kedalamnya. Sudah bisa di pastikan, Lingga ada di dalam.

"Saya yang akan bayar semua baju - baju yang kamu sentuh, tapi tidak yang terbuka! Paham!"

Ceklek

Tadaaa..
Bukan juga Lingga di balik pintu yang satunya. Sean terheran. Tebakkannya sangat meleset. Ia berlari keluar dan mencoba mencari sebelum kehilangan jejaknya. Dia sempat menelfon gadis itu, hanya saja telephone milik gadis itu mati.

"Aaaahhh.. akhirnyaaaa" nafas Lingga lega.

Pria dewasa itu juga mengembalikan baju yang ia gunakan menutupi Lingga. Dirinya menatap lega juga setelah menantang maut melakukan sandiwara.

"Terimakasih banyak pak sudah membantu saya lagi. Saya sangat sangat sangat berterimakasih" ucap lingga dengan sangat menghormati.

"Hmm" balasnya singkat padat dan jelas.

Mendengar itu, Lingga segera berpamitan dan mencari teman - temannya.

Sebelum gadis itu benar - benar meninggalkan pintu toko, Pria dewasa ini segera menarik lengan Lingga.

"Jangan ke arah sana, tadi saya melihat orang itu kearah sana." Ia menarik Lingga untuk cepat cepat Pergi menjauh dari Pria yang selalu Lingga hindari.

"T-tapi teman - teman saya ada disana pak" Lingga gagap seketika mendapatkan perlakuan seperti ini.

"Saya ngga menerima ucapan Terimakasih kamu. Jadi kamu harus ikut saya."

Mata Lingga melolot mendapatkan pernyataan tersebut. Dia sangat terkejut. Dia tidak menyangka pria dewasa ini bukanlah orang yang tepat untuk membantunya.

"Pak! pak! saya masih SMA. Hiks. S-saya masih mau kuliah bapak" jawabnya sedikit mengada - ada isakan. Dia memasang wajah memelas. Berharap pria itu mengurungkan niat busuknya terhadap Lingga.

"Saya sudah bantu kamu 2 kali, jadi kamu harus nurut sama saya."

"Pak sa-" ucapan Lingga terhenti setelah mendengar suara yang tidak asing. Sean.

"Lingga?"

Bagaimana bisa sean datang begitu cepat. Dari mana dirinya berasal? Kok bisa dia sampai disini dan. menemukannya.

Lingga dan Pria dewasa itu sama - sama membalikkan badan disaat seseorang yang dihindari justru datang secara tak terduga.

"S-sean? Lo kok di sini?"

Lingga menelan ludahnya sendiri. Dia berpikir bagaimana nanti dia mencari alasan supaya Sean mau melepaskannya.

"Dia siapa?" Tanya sean tanpa berkeinginan menjawab pertanyaan dari Lingga. Sean melirik sebentar lalu menatap Lingga lagi.

"D-dia pacar gw." Lingga benar - benar bodoh. Sudah tahu pria dewasa ini adalah monster namun dia tetap bersikukuh untuk meminta bantuan kepadanya.

"Akhirnya kamu punya pacar juga ling, jadi aku bisa lepasin kamu" jawab sean dengan senyum manis khas miliknya.

"I-iyaa.. hehe" jawab Lingga mengeratkan gandengannya kepada pria dewasa ini.

"Ya udah. Lo bahagia ya sama dia. Gw pergi dulu"

Lingga sangat lega mendengar pernyataan itu. Itu kalimat yang dia tunggu - tunggu dari beberapa bulan lalu. Akhirnya sean mengatakannya juga.

"Iya sean, hati - hati ya.. semoga lo cepet - cepet dapet pacar lagi deh. Hehe" jawab Lingga mengakrabkan diri.

"Yang psikopat juga ngga papa" suara Lingga sangat lirih yang tidak mampu di dengar oleh sean.

"3 kali. 3 kali saya bantu kamu. Jadi kamu harus ikut saya" lift di depan mereka terbuka dan di dalamnya kosong. Pria dewasa itu menarik Lingga untuk masuk ke dalam.

Lingga merasa ketakutan. Dia berharap bertemu dengan siapapun yang bisa dia mintai pertolongan.

"Linggaaaaa!!"
Suara lantang dan cempreng khas milik hani menyadarkan Lingga dari lamunan di dalam lift. Lift terbuka dan menampilkan 2 sosok wanita yang mengenakan seragam yang sama dengannya.

Hani berteriak dengan lantang saat melihat batang hidung Lingga di dalam lift. Mereka berdua mencari Lingga ternyata sejak tadi.

****

Aksara LinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang