Sudah 1 jam berlalu, namun pria dewasa itu tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Lingga yang sejak tadi bermain gawai, kini sudah lelah menunggu. Kepalanya sudah dia sandarkan ke punggung soffa.
Perut Lingga pun sudah berdemo. Ingin sekali dimasuki makanan.
Drttt
Drttt
Handphone Lingga bergetar saat dia letakkan di meja. Ia segera melihat siapakah yang mentelfonya.
📞+62...(calling)
"Pucuk di cinta, ulan pun tibaa" gumam Lingga kemudian langsung mengangkatnya.
"Ha-" belum juga lingga menyapa orang doseberang sana, kini suara pria itu seakan membidik lingga dengan berbagai pertanyaan dan pernyataan.
"Dimana kamu? Mau berusaha kabur dari saya? Cepat balik ke kantor saya lagi. Jangan coba - coba mau kabur dari saya. Kamu masih ingatkan, saya sudah bantu kamu 3 kali? Kamu harus balas budi dengan saya! Cepat balik ke sini! Atau saya yang akan seret kamu kesini"
Pria diseberang sana terus saja mengoceh tanpa memberikan kesempatan pada Lingga untuk menjawab.
"Udah pak ngomelnya? Bapak mau denger saya ngomong ngga?" Remeh Lingga.
Terdengar hembusan nafas kasar dari kejauhan sana. Nampaknya pria itu memberikan kesempatan Lingga untuk menjelaskan.
"Saya masih di loby kantor bapak, dari 1 jam yang lalu. So-" lagi lagi pernyataannya terpotong oleh sautan pria itu.
"KAMU KAN BISA TANYA KE RESEPSIONIS? DIMANA RUANGAN SAYAA! SAYA KESAL YA LAMA - LAMA SAMA KAMU!"
Phonsel milik Lingga ia jauhkan dari telinga. Pria itu berteriak sampai membuat pengeras suara phonsel milik lingga yang tidak dinyalakan pun, seperti telah berada pada volume paling tinggi.
"Orang gila!" Umpat lingga.
"Siapa yang gila?!"
"Hehe. Ngga ada pak."
"Dalam 5 menit kamu harus udah di sini. Titik"
"Pak, gimana saya bisa tahu ruangan bapak, saya aja ngga tahu nama bapak siapa? Ya makanya saya nunggu di sini. Darip-"
Tut..tut..
"Emang sakit beneran sih ini orang" alis lingga terpaut. Keheranan dengan pria yang dia temui secara random ini.
"Permisi mohon maaf, dengan Kak Lingga?"
Seorang wanita yang Lingga tahu, dirinya bertugas di Resepsionis. Wanita dewasa itu menyapa Lingga dengan sangat sopan. Senyumnya merekah menunjukkan deretan giginya yang rapih dan bersih.
"Iya saya sendiri"
"Sudah di tunggu oleh Pak Aksara di ruangannya kak"
Kini Lingga tahu nama pria dewasa itu. Aksara.
"T-tapi saya ngga tahu ruangannya dimana. Hehe"
"Baik kak, mari saya antar sampai ke ruangan Pak Aksara"
Lingga mengikuti langkah wanita dewasa itu menuju ke tempat yang akan mereka datangi. Tak sampai 5 menit mereka sudah sampai di depan pintu ruangan milik Pak aksara. Setelah sampai Lingga mengucapkan terima kasih banyak kepada wanita dewasa itu karena telah mengantarkannya.
Lingga mengetuk pintu dan mendapati persetujuan dari sang empunya ruangan. Lingga masuk dengan cengengesan dan mendapati aksara duduk meja kerjanya.
Wajah datarnya tidak bersahabat dengan wajah Lingga yang tanpa dosa. Dirinya melirik pada papan nama yang ada dimeja kerjanya.
AKSARA PRAMBUDI LAKSONO
Tanpa dipersilahkan duduk, Lingga langsung mendudukan dirinya di sofa pada ruangan tersebut. Dia mengerjap beberapa kali agar pria itu tidak terus menatapnya dengan nyalang.
"Sepertinya saya salah buat minta bantuan ke kamu"
"Ahaahahaha. Iya pak saya juga rasa gitu. Hehe" Lingga menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Tapi saya butuh kamu" jawabnya dengan ringan.
"Saya juga pak. Hehe"
Pak Aksara bangkit dari kursi miliknya. Seraya menyodorkan beberapa Lembar kertas ketika sudah berhadapan dengan Lingga.
"Ini profile saya. Kamu pelajari. Ada beberapa sekenario yang sudah saya buat. Itu rencana saya."
Lingga membaca lembaran kertas tadi. Mata lingga tertuju pada tahun kelahiran Pak Aksara.
"Tempat tanggal lahir, Surabaya 9 Oktober 1992"
Mata lingga mengawang pada langit langit. Mencoba menghitung berapa umur pak aksara saat ini. Jika tahun ini 2022 dan Pak Aksara lahir pada tahun 1992, maka umur pak aksara.....
"30 tahun?" Lingga terkejut dengan sendirinya. Sepertinya rencana ini akan gagal.
"Pak Aksara yakin? Mau pura - pura pacaran sama saya? Dan bawa saya ke acara reuni bapak, yang pasti teman - teman bapak semua umurnya kisaran segitu? Saya kelahiran 2004 loh pak?"
Pria itu tampak menimbang - nimbang. Namun dirinya seperti tidak keberatan dengan hal itu. Justru ini akan menjadi ide cemerlang baginya.
"Ngga apa - apa. Justru itu bagus." Jawab aksara. "Kamu ngga perlu jadi orang lain. Cukup jadi diri kamu sendiri. Saya yakin, kamu pasti bisa bantu saya." Lanjutnya.
"Memang cewe yang ngejar Pak Aksara juga satu sekolah dengan Pak Aksara dulu?"
Aksara menganggukkan kepalanya. Lingga melanjutkan untuk membaca lagi kertas yang ada di tangannya. Tiba - tiba terlintas pertanyaan konyol di dalam otaknya.
"Berati cewe itu, umurnya juga 30 tahun dong pak?"
"Hmm" jawab aksara singkat.
"Yah kasian, udah ngejar dari masih remaja sampe dewasa gini masih di tolak. Mana udah 30 lagi. Ck." Lingga melanjutkan aktivitas membacanya.
"Sama kek kakak ku dong. Udah 30 belum laku juga. Haha" Tawa lingga seperti mengejek. Lingga sedikit tidak akur dengan kakak tirinya itu.
"Okeh saya paham." Titah Lingga lalu meletakkan kertas itu diatas meja.
"Bagus, ayo kita kebutik buat fitting baju." Aksara meraih kunci mobil diatas meja. Kemudian di susul oleh Lingga.
"Kenapa harus fitting baju?"
"Jarak umur saya dan kamu terlalu jauh, saya khawatir kalau kamu ngga bisa sesuaikan pakaian kamu nanti"
Lingga merasa di remehkan. Dirinya tahu jika reuni pakaian seperti apa yang harus di kenakan. Diri nya berjalan mendahului Aksara dan menghadap pria itu. Lingga berjalan mundur.
"Saya ada baju kok pak, saya juga tahu pakaian apanyang harus di pake waktu acara reuni kayak gitu!"
"Bukan itu aja, saya mau kita kelihatan serasi. Meski jarak umur kita jauh, kamu dan saya harus kompak. Saya juga ngga mau dianggap ngga laku sampai - sampai harus memacari gadis SMA seperti kamu." Jawab aksara dan mendahului dirinya.
"Ahaah. Kan emang ngga laku? Kalo laku ngga mungkin juga nyuruh saya pura - pura jadi pacar bapak. Hehehe" Lingga kini menyulut emosi Aksara. Jawabannya sangat menyakitkan hati Aksara.
Aksara berhenti dan membalikkan badan mendadak. Lingga yang tingginya berada di bawah Aksara menabrak dada bidang miliknya.
"Saya bukan ngga laku! Tapi memang saya belum tertarik untuk mencari pasangan!" Aksara berbicara dengan tegas.
"Belum apa ngga tertarik sama cewe pak??" Goda lingga. Alis nya naik turun dan senyum ejekan itu tercipta begitu saja.
Aksara jengkel dengan kelakuan anak kecil ini. Dia langsung mengangkat tas ransel milik Lingga seperti induk kucing menggendong bayinya. Dia menyeret gadis ini agar tak banyak bicara.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Lingga
Teen Fiction"masa iya anak SMA ngacak - ngacak pikiran gue?" ..... "Tolong saya sekali lagi dong pak, penguntit gila itu masih ngikutin saya. Please pak" tangannya mengatup dengan memohon agar pria itu membantunya lagi. "Oke! Sini ikut saya" Pria dewasa itu m...