Bahagia

2K 78 0
                                    

"Maaf han, tadi hp lo gue banting. Soalnya Sandy telfon terus pas gue lagi sembunyi" ucap Lingga kepada Hani.

Hani yang mendengar itu cukup tercengang, pasalnya ponselnya itu belum genap 1 tahun. Sudah di banting oleh Lingga. Bagaimana nasib pacarnya yang mencari dirinya.

"Maaf juga Co, motor lu spionnya ilang satu. Sama body motornya baret."

Zico melongo, tak percaya motor kesayangannya menjadi tak berbentuk. Namun dia tetap menganggukkan kepalanya "iya ga papa Ling, pokoknya lo harus ganti aja si"

"Gue bakal ganti kok, tenang aja" jawabnya lemah.

"Maaf juga ya Shen, gue ga ngerusakin barang elo sama sekali" ucap Lingga pada shenna.

Shenna yang tahu saat ini Lingga tidak dapat mengontrol pikirannya, hanya mengangguk saja.

Kini pandangan mata Lingga kosong. Pikirannya terlalu penuh. Tak terasa waktu akhirnya menunjukkan pukul 8 malam.

"Ling? Gue ngga salah kan, berharap sama elo kali ini? Hiks hiks. Jawab gue ling! Hiks" Dea membuka suaranya yang menyadari bahwa waktu yang di janjikan oleh Lingga sudah tiba.

"Hiks hiks, gue udah berusaha semaksimal mungkin kak. Hiks hiks"

"Dia pasti dateng kan?"

"Lo akan lebih bahagia sama pak Aksara. Lo dan calon anak lo nanti pasti akan dapat keluarga yang sempurna. Mamah Papah nya Pak Aksara baik kok, dia juga punya adik 3. 2 cewe 1 cowo. Lo pasti beruntung kalo ada di tengah - tengah mereka. Gue janji sama elo, lo ga akan menderita lagi. Hiks"

Lingga meyakinkan Dea dengan menggenggam erat tangannya. Mereka berdua terduduk di lantai.

"Iya kan pak Aksara, kamu pasti akan membahagiakan Kak Dea kan? Iya kan?" Tanya Lingga menuntut pada pria itu yang sejak tadi hanya menjadi pengamat.

"Iya" ucapnya berat.

"Lo dengar sendiri kan kak, lo pasti bakal bahagia. Percaya sama gue"

"Gimana elo bisa ngeyakinin gue kalo gue akan bahagia dengan kehidupan yang baru itu Ling? Sedangkan elo sendiri ngga bisa ngeyakinin diri elo sendiri akan bahagia sama keadaan yang akan lo hadapi ini ling. Hiks hiks"

Lingga mengedarkan pandangannya, berharap air matanya tak menetes.

"Lo akan jauh dari semua sahabat lo ini, lo akan semakin jauh sama Ayah. Dan lo kehilangan orang yang lo cintai. Yang paling parah, orang itu nikah sama gue Ling. Gue, gue orang yang udah buat elo di depak dari rumah ini dari dulu!"

Lingga menutup matanya menggunakan tangan kiri. Hatinya seakan hancur. Bahkan untuk tetap hidup sepertinya dia enggan. Tangisan keduanya memenuhi ruangan. Menyisakan banyak kisah yang menyedihkan. Bukti nyata jika Tuhan tidak pernah berpihak sedikit pun dengan Lingga.

Dea menangis semakin menjadi - jadi. Isakan Lingga bahkan sudah tidak tertahan. Siapapun yang terlibat disana, juga merasakan atmosfer yang berubah.

Haru. Hani dan Shenna tak luput menangis. Zico tak sadar meneteskan air matanya juga. Berat sekali kehidupan Lingga.

Aksara masih setia memandangi mereka. Meski sesak, sudah tidak tahan.

"Dia tidak datang Lingga?"

Tanya Ayah yang di ikuti oleh istri beserta kedua anaknya yang lain. Deon dan zia.

Lingga masih mempertahankan posisinya. Ia tak dapat melakukan hal apapun. Ia sangat ingin mati saat ini.

"Aksara, saya minta kamu persiapkan diri kamu untuk pernikahan ini. Pastikan orang tua kamu mengetahui kejadian ini semua. Saya tidak mau ada kebohongan." Ucapnya.

"Baik pak, saya akan persiapkan semaksimal mungkin" ujar Aksara lemah.

"Kalian bertiga, silahkan pulang. Biar Kalian diantar oleh supir." Pungkas Ayah kemudian meninggalkan tempat itu.

"LINGGAAAAA. BANTU GUE LING, BANTU GUE. HIKS HIKS"

Dea mengguncangkan tubuh Lingga yang masih tak bergeming. Dirinya juga frustasi dengan keadaan yang seperti ini. Pria yang dia kira juga mencintainya, kini justru membuat keadaan semakin sulit.

Lingga bangkit dan membiarkan Dea sendiri. Ia tak memperdulikannya. Rasa sakit diantara keduanya sangat membuncah. Sampai Lingga juga ingin pergi jauh dari tempat ini. Menghilang akan ada baiknya. Ketiga temannya berpamitan pada Lingga.

"Makasi ya udah bantu gue" ucap Lingga lemah.

"Hiks hiks. Iya. Lo tidur yang nyenyak ya. Lo pasti bisa, ada kita" ucap Shenna.

Lingga menanggapi dengan senyuman. Ia tahu, harapan kawan - kawannya hanya ada pada anganan saja. Bisa dikatakan, keputusan Lingga sudah bulat. Ia akan terima jika akan di kirim ke Inggris saat itu juga oleh ayahnya.

Mereka bertiga berpelukan kecuali zico. Setelahnya mereka melenggang pergi. Lingga menjalankan kakinya keatas. Ia melewati dua insan yang menjadi korban atas permasalahan yang sangat rumit ini.

Aksara berusaha menenangkan Dea yang histeris. Ia meyakinkan pasanya, bahkan permasalahan ini akan selesai.

****

Tok tok tok

Suara pintu terketuk. Sudah 10 menit berlalu, pelayan itu mengetuk pintu. Namun tetap tidak ada jawaban.

Pelayan itu memutuskan untuk mengambil kunci ganda. Membuka paksa kamar Milik Lingga, seperti perintah Sang majikan.

"Aaaaaaa!!!"

Pekerja perempuan itu tersentak mendapati Lingga tergeletak dengan mata yang melotot. Busa dalam mulutnya meluber memenuhi mulut.

"Kenapa?"

Seorang pelayan pria melintas dan tidak sengaja mendengar teriakan. Lantas dia masuk tanpa permisi.

"Ya Tuhan!" Pekik pekerja itu.

Pria itu memastikan apakah Lingga masih bernyawa atau tidak. Syukur, detak jantungnya masih ada meski tidak teratur. Obat - obatan berhamburan di sekitar tubuh Lingga.

Mereka lantas meminta bantuan kepada pekerja lain serta memberikan kabar kepada keluarga Lingga akan kondisinya.

Gadis itu dilarikan ke rumah sakit secepat mungkin. Ia mendapatkan penanganan khusus dikarenakan overdosis obat.

Dokter Rio dan Renita bahkan terlibat dalam penanganan itu. Pasalnya, merekalah yang bertanggung jawab atas obat yang di konsumsi oleh Lingga.

"Bagaimana keadaan anak saya dok?" Tanya Ayah.

Untuk pertama kalinya, Ayah mengkhawatirkan anaknya. Ia tidak pernah tahu jika anaknya memiliki gangguan psikologis. Hari inilah beliau mengetahuinya.

"Kondisi pasien sangat lemah, kami juga telah melakukan yang terbaik. Semua keputusan ada ditangan Tuhan. Lebih baik bapak banyak - banyak berdoa untuk kesembuhan putri bapak. Saya permisi" papar dokter.

"Bapak Wiratama?" Sapa Renita.

"Iya saya?"

"Putri bapak anak yang kuat, kejadian yang seperti ini tidak hanya sekali dua kali ia lakukan. Tapi baru kali ini dia senekat ini. Semoga ini bukan akhir dari perjuangan dia untuk sembuh."

"Ada apa dengan Lingga, kalau boleh saya tahu?"

Renita memberikan map berisi semua dokumen mengenai Lingga. Diagnosa, serta therapi yang selalu dijalaninya. Semua catatan mengenai kondisi mentalnya ada didalam sana.

Ini menyalahi kode etik, tapi Ayah Lingga perlu mengetahui akan kondisi anaknya.

Renita berpamitan setelah memberikan map itu.

***

Aksara LinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang