Cinta

2.5K 96 0
                                    

Sejak siang, Lingga yang berpamitan untuk pulang selalu saja di cegah oleh Aksara. Pria itu mendadak bucin padanya. Memeluk gadis itu, menciuminya, dan bahkan membuntutinya meskipun hanya untuk mengambil minum.

Sampai orang tua Aksara bergeleng - geleng dibuatnya. Meski umurnya kini sudah 32 tahun, Aksara seperti remaja yang sedang kasmaran.

Orang tua Aksara bersyukur, kini Anak nya telah memiliki semangat untuk hidup lagi. Keduanya sempat berpikir, bahwa Aksara tidak akan menikah. Oleh karena itu, Raras di izinkan untuk menikah terlebih dahulu. Tapi kini, rasa ragu itu hilang. Pasalnya, Lingga mengembalikan kehidupan Aksara lagi.

Mereka kini sedang berada di ruang televisi. Aksara terus memeluk lengan Lingga. Menciumi lengan atas lingga, seakan obsesi terbesarnya kini adalah Lingga.

"Iiihh. Jangan ngendus gituu, aku belom mandi, bau ketiak tahuu!" Lingga mulai risih.

"Engga, ngga bau kok. Ga usah mandi. Kamu tetap harum" ujarnya.

"Diihh.. itu mah namanya jorok." Lingga berusaha menyingkirkan lengannya dari Aksara. Tapi kini justru badannya yang di peluk olehnya.

"Maaaaaahh! Anak mu ini loh, kelewatan bucin, aku mau pulang, ganti baju. Hiks" teriak Lingga meminta bantuan pada mamah Aksara.

"Masss! Jangan nempel terus, belom halal!" Peringat Mamah Aksara.

"Ayolah udah halalin aja lah mas, biar sahhh" canda Raras.

"Papaaaaahh. Anaknya papah nih! Aku ga di bolehin pulang!" Adu Lingga pada papah Aksara.

"Wesss bocah! Ga usah mikir weton, ayok kapan kamu siap nikahin Lingga. Anak orang itu." Papah Aksara membidik Aksara.

"Aku mah siap, sekarang juga siap" ucapnya masih memeluk Lingga.

"Tahu gitu dari siang tadi, KUA nya tutup kalo malam. Haha" Tambah Egan yang sejak tadi berada di samping Raras.

"Penghulunya aja yang di suruh kesini" ucapan Enteng Aksara membuat yang lain tertawa.

"Ih ih maaaaassss!! Kamu ga malu apa, lihat tuh kamu aja udah punya keponakan, masa tingkahnya begini sih!!!!!!" Ucap Lingga gemas.

"Biarin. Siapa suruh kamu ninggalin aku 2 tahun" ucapnya malah menyenderkan kepalanya pada ceruk leher Lingga.

"Aku mau pulaaaannggg. Hiks. Risih pake baju ini terus!"

"Jangan pulang dulu, aku masih kangen. Mau aku kasih pinjam baju ku? Ada tuh kaos kamu dulu yang pernah aku pinjam. Aku simpan di kamar." Ucapnya menegakkan kepala.

"Tapi kan kamu ga punya BEHA!"

"Mau aku belikan sekarang? Bisa mereka deliveri kesini."

Lingga mengacak - acak rambutnya dengan tangan kiri. Sungguh Aksara benar - benar bucin saat ini. Sedangkan semua anghota keluarga yang berada di sini tertawa melihat kelakuan mereka berdua.

Malam itu Aksara memperbolehkan Lingga pulang setelah pukul 10 malam. Saat Lingga benar - benar sudah mengantuk. Pria itu gemas melihat gadisnya. Sangat ingin sekali ia tinggal satu rumah dengan gadis itu.

***

Lingga saat ini tengah terduduk di sofa ruangan Aksara. Pagi tadi ia memberondong Lingga dengan pesan dan telfon. Meminta ia untuk membawa Laptop yang dia pinjam kemarin ke kantor.

Padahal ketika Lingga memintan izin untuk meminjam kemarin, pria itu dengan suka rela meminjamkannya. Tapi Lingga lupa, bahwa pria itu kini sudah bucin setengah hidup dengannya.

Itu hanyalah alibi semata. Sesampainya di kantor, Aksara bahkan tidak memakai Laptop yang di pinjam Lingga. Ia hanya ingin di temani kerja seharian.

Lihat saja raut mukanya, mencuri - curi pandang sejak tadi. Tak berhenti tersenyum.

Bukankan mengerikan, bayangkan pria berambut gondrong yang di kuncir rapih beserta brewok yang sudah lebat, tersenyum - senyum sendiri melihat Lingga yang sibuk dengan Laptop.

"Apa sih senyum - senyum gitu. Ngeri tahu!" Sengap Lingga.

"Apa sih?" Tanyanya polos.

"Bucin banget, malu tuh sama jenggot"

Aksara berdiri dari singgah sananya. Kemudian berjalan kearah Lingga berada. Ia menerjang dengan memeluk gadisnya itu. Dia benar - benar tidak tahan melihat kecantikan Lingga.

"Ini bukan sembarang jenggot, ini tuh lambang maskulin ku" jawabnya.

"Alah maskulin apaan, kurus krempeng gini" cibir Lingga.

"Aku gemas banget lihat kamu, pengen buat anak sama kamu" bisiknya pelan yang mendengar hanya mereka berdua.

"Aaaaaaa!!! Mesuuuummm!!!"

Teriak Lingga tak percaya. Aksara menggodanya dengan menuju area dewasa. Ia geli mendengar suara Aksara yang terdengar mendesis di telinganya.

"Nikah yuk!" Ajaknya seperti mengajak membeli permen di warung.

"Ayok!" Jawab Lingga antusias.

Mereka berdua lantas tertawa bersama.

"Tapi ada syaratnyaaa!" Ucap Lingga

"Syarat mulu sih!" Jengah Aksara pada Lingga yang tidak berhenti memberikan syarat pada Aksara.

"Huuusstt. Gampang kok, kamu harus punya otot kayak dulu, baru kita nikah"

"Gampang! Ga ada yang lebih susah?"

****

"Kenapa rambut kamu potong pendek?" Tanya Aksara saat keduanya berada di rumah Aksara.

Posisi mereka berada di ruang tamu saat ini. Masih seperti biasanya, aksara memeluk gadisnya. Sedangkan yang di peluk, memposisikan seenak mungkin bersandar pada dadanya.

"Pusing, soalnya ngejar kamu ga dapet - dapet!" Ucap Lingga jujur.

"Jelek ya kalo pendek?" Tanyanya menambahkan.

"Engga. Kamu selalu cantik mau gimana pun. Botak juga pasti tetap cantik." Pujinya.

Lingga merasa terbang ke awan. Aksara yang sulit mengatakan isi hatinya, saat ini mengatakan sejujurnya pada gadis di pelukannya itu.

"Kamu belajar gombal kayak gitu dari siapa si?" Tanyanya.

"Egan"

"Masa??" Tanya Lingga tak percaya.

"Beneran. Awal nikah aku sering dengar Egan ngegombalin Raras kayak gitu. Mana Raras malu - malu lagi. Sama kaya kamu barusan."

"Iiisshh." Lingga menarik brewok aksara yang sudah panjang. "Besok antar aku ke barber shop ya?" Tanya Aksara.

"Mau ngapain kesana?"

"Berantem sama doraemon." Jawab Aksara sekenanya.

"Isssshh. Pen ku pukul, tapi terlalu ganteng. Haha" aksara tersenyum lebar. Ia tak tahan mendengar pujian Lingga. Yang menyebutnya ganteng.

"Sekalian nih jenggotnya di potong, kepanjangan tahu. Kayak bapak - bapak!"

"Ini tuh fashion."

"Ga adaa. Kalo kita jalan, nanti di kira kamu bapak ku! Haha"

Aksara menangkup kedua pipi Lingga hanya dengan satu tangannya. Gadis ini membuatnya mabuk kepayang.

Entah bagaimana jadinya jika Lingga tidak kembali. Pasti aksara menjadi gila betulan.

****

Aksara LinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang