2 menit kemudian, tampak bayangan kaki Raras meninggalkan pintu itu. Alhasil Aksara melepaskan pelukannya. Dia berdehem kecil untuk melepas canggung di dalam dirinya.
"Kemana aja kamu 3 minggu hilang kabar? Mau kabur dari saya?" Tanya Aksara to the point.
"Hussstt! Ada yang lebih penting dari itu yang mau saya tanyain ke bapak!" Sengit Lingga.
"Apa?"
Lingga menyipitkan matanya. "Bapak mulai suka sama saya ya?"
"Maksutnya?" Aksara menyernyitkan dahinya.
"Suara debaran jantung bapak kedengeran sampe telinga saya! Hayooo ngaku! Suka ya sama saya?"
Aksara merasa tenggorokannya tercekat berkat pernyataan Lingga. Iya dia merasa jantungnya berdebar tidak semestinya ketika berada sangat dekat dengan Lingga.
"Saya laki - laki normal. Coba lihat lutut kamu ada di mana?"
Lingga melihat ke bawah. Lutut kanannya tertekuk dan berada tepat di bawah pusar Aksara. Dimana itu adalah letak sensitif semua pria.
Mendapati itu, Lingga langsung berjingkat. Ia berdiri dan merapihkan rambutnya. Jujur saja dia malu saat ini. Sudah menuduh, ternyata sumber permasalahan adalah dirinya.
"Ayo ikut saya. Biar bisa ngobrol lebih banyak. Saya mau sidak kamu!"
Kini keduanya telah berada di rooftop rumah Aksara. Disini suasananya nyaman. Beberapa tanaman tumbuh dengan subur. Aksara mengajak Lingga untuk duduk lesehan di atas papan kayu yang memang disediakan.
"Keren juga rumah bapak ada rooftopnya. Anginnya hmmmm. Huuuuuffftt" Lingga menghirup udara malam hari. Sedikit dingin, namun masih bisa di nikmati.
Tanpa ada keinginan membahas topik yang Lingga bicarakan, Aksara segera mempertanyakan pertanyaan yang belum Lingga jawab tadi. "Jadi ngilang 3 minggu kemana aja kamu?"
"Baru juga 3 minggu. Belum berbulan - bulan bapak udah kangen aja"
Lingga terkekeh pada ucapannya sendiri.
"Saya di rumah orang tua saya. Kalo disana saya emng jarang megang hp"
"Terus kenapa kamu kesini sekarang?"
"Kan bapak nyariin saya. Makanya saya inisiatif kesini"
Aksara sedikit lega jika gadis ini baik - baik saja. Melihat batang hidungnya setelah berminggu - minggu hilang, membuat hatinya kembali hidup.
"Bapak bilang ke mamah kalo kita berantem?"
"Ya iya lah! Kamu kira ngilang 3 minggu, saya bakal jawab apa kalo di tanya? Mana orang tua saya setuju sama hubungan kita juga!"
"Hehehe. Untung insting saya kuat. Tadi saya pura - pura nangis didepan mamah."
Nafas aksara lagi - lagi berhembus kasar.
"Kapan ya saya harus ngeakiri ini semua? Saya cape kejar - jejaran terus sama mamah."
Lingga menengokkan kepalanya. Dia melihat kegelisahan pada raut wajah Aksara. Pria ini terlalu banyak di tuntut. Sampai lupa memikirkan dirinya sendiri.
"Gimana kalo kita coba buat serius aja? Siapa tahu cocok hehe" tawar Lingga meski tahu jawaban apa yang bakal didapat.
Aksara merebahkan dirinya. Menggunakan 1 tangannya menjadi tumpuan.
"Saya dulu pernah pacaran, ga tahu berapa kali. Yang jelas, dari semua hubungan, saya ga pernah kepikiran untuk mengajak mereka ke jenjang yang lebih serius. Malah saya yang di selingkuhin"
Lingga tercengang mendengar fakta dari Aksara. "Jadi yang jalan sama cowok di mall itu mantannya bapak??"
Aksara mengangguk. Dan tertawa mengingat kebidohannya kala itu. "Kalo saya jadi bapak, uuuuu. Udah deh langsung saya maki - maki tuh disana. Malu aja sekalian. Tampar kanan kiri, plash plash plash! Putusin saat itu juga! PUASSSS!"
Lanjut Lingga seraya mengibas - ngibaskan tangan seperti orang yang sedang menampar seseorang.
"Saya mau terima perjodohan dari seseorang." Ucap Aksara.
"WOOOEEYY! 3 minggu saya ga ketemu bapak, gas pol aja bapak ini!"
Tak berhenti tercengang, Lingga terheran - heran atas penuturan aksara.
"Sama siapa?" Tanya Lingga memastikan.
"Adalah pokoknya, kamu ga perlu tahu"
"Dih. Saya sukanya tempe"
Aksara menyentil lengan lingga. Karena disaat dia serius, masih bisa - bisanya gadis ini membuat candaan yang garing.
"Mending jangan bapak terima."
"Kenapa gitu?"
"Soalnyaaaaa.. kayaknya saya mulai suka sama pak Aksara"
Aksara membulatkan matanya. Apakah pendengaran Akasara tidak salah? Gadis yang selalu mengatakan bahwa Aksara tidak laku? Menyukainya?
"Bercanda pak. Pokoknya pak Aksara jangan mau deh terima perjodohan kayak gitu."
"Kasih saya alasan yang logis. Kenapa saya ga boleh nerima semua perjodohan itu?"
"Ya pak Aksara emang ga mau apa nyari sendiri? Yang sesuai sama kemauan pak Aksara sendiri?"
"Nyari yang sesuai itu ga gampang Ling, apalagi buat di ajak nikah."
"Kenapa ga coba buat balik ke mantan aja pak? Pasti ga semua mantannya pak Aksara putus dengan cara yang ga baik kan? Kalau sama orang lama, jadinya pak Aksara ga perlu susah - susah buat memulai lagi dari awal."
"Nikah itu ga semudah di film romance atau dunia wattapad. Yang kalau dia mau sama kita, kita mau sama dia terus nikah. Engga Ling. Berat."
Lingga bingung dengan pernyataan Aksara. Mendengar itu, seperti penjelasan bahwa aksara lah yang tidak memiliki kepercayaan terhadap pernikahan.
"Saya bingung sama jawaban pak Aksara, pak Aksara itu ga percaya sama perempuan, pernikahan atau cinta si?"
"Ngga gitu Ling. Perempuan, pernikahan dan cinta itu berkaitan. Tapi ga semua perempuan bisa saya nikahi, dan ga semua pernikahan itu ada cinta. Karena pernikahan itu ada tanggung jawab, kewajiban, hak dan lain - lain. Yang itu akan terwujud kalau semuanya bisa dilaksanakan oleh kedua orang itu. Dan saya ngerasa semua belum bisa saya lakukan dalam satu waktu sekaligus."
"Berati pak Aksara belum siap nikah dong kalau kayak gitu?"
"Mungkin." Jawabnya singkat.
Lingga pusing mendengar permasalahan yang berputar - putar disana. Baru kali ini, Aksara mau menceritakan apa yang ada di dalam pemikirannya.
"Ngga tahu deh pak, saya pusing dengarnya. Otak saya ngga nyampe mikirin masalah orang dewasa."
Cletak
Lingga mengusap kepalanya yang di sentil oleh Aksara. Pria itu sepertinya masih menaruh dendam pada Lingga karena sudah menghilang selama 3 minggu.
"Otak kamu isinya cuma clubbing aja sih! Makanya ga nyape kalo di ajak ngomong!"
"Clubbing enak tahu pak. Nanti kapan - kapan saya ajakin kesana"
"Buang - buang waktu!"
"Heh gitu -gitu enak tahu. Masalah apapun kalo dibuat happy mah bakal ilang. Diajeb - ajeb in aja, ntar juga ilang sendiri masalahnya. Hahaha"
"Dih. Ditawar om - om hidung belang, baru tahu rasa kamu!"
"Kalo ada beneran, itu pasti Pak Aksara"
Aksara menyentil kepala Lingga berkali - kali karena menyebutnya sebagai Om - om hidung belang. Lingga menutupi kepalanya dengan tas yang dia bawa.
"Sakit pak!!! Saya bilangin mamah ni!"
"MA-pphhhmmm" tangan Aksara berhasil membekap mulut Lingga lagi sebelum berteriak memanggil ibundanya.
Namun sial, Lingga justru menggigit tangan Aksara. Membuatnya harus menahan kesakitan karena ulah gadis itu. Sedangkan pelaku tertawa terbahak - bahak sampai sakit perut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Lingga
Jugendliteratur"masa iya anak SMA ngacak - ngacak pikiran gue?" ..... "Tolong saya sekali lagi dong pak, penguntit gila itu masih ngikutin saya. Please pak" tangannya mengatup dengan memohon agar pria itu membantunya lagi. "Oke! Sini ikut saya" Pria dewasa itu m...