Penguntit

11.3K 206 2
                                    

Langkah gontai Lingga memasuki rumah tidak pernah berubah. Malamnya selalu diiringi kesenduan. Perkara rumah yang luas dan isinya hanyalah dirinya dan 1 pekerja rumah.

Menyeduh teh hijau dan mengambil beberapa cemilan di dapur sepertinya sangatlah nikmat. "Hmm.. harum dan menenangkan" ia segera membawanya di ruang televisi. Mencoba untuk istirahat sejenak atas segala pemikiran yang tidak pernah henti setiap harinya.

"Mba Lingga, mbok balik dulu ya. Makanannya sudah saya panaskan tadi. Masih hanggat monggo di makan" mbok Surti berpamitan kepada Lingga yang notabene baru saja pulang ke rumah.

"Mbok, makanannya di bawa aja semua. Saya tadi udah makan di luar." Ucap lingga.

"Baik mba"

Tak berselang lama, mbok surti benar - benar meninggalkan rumah. Keheningan pun dimulai. Semakin larut dan hanyalah televisi yang menemani keheningan ini. Lingga benci sekali dengan keadaan tak baik dalam dirinya selama malam datang. Hiruk pikuk jalanan pun mulai berkurang, telinganya semakin kesepian. Temaram lampu rumah - rumah juga mulai meredup dan mati. Larut sudah malam ini sepertinya.

Lingga, menikmati hari yang seperti ini. Setiap harinya. Dengan rasa gundah yang membuncah entah apa maunya. Lingga yang lelah mulai tertidur pulas di depan televisi yang masih menyala. Harinya berganti esok dan melakukan kegiatan yang sama seperti kemarin.

****

Seperti biasa setelah bersiap - siap, Lingga duduk bersantai dan menikmati makan yang telah mbok surti sediakan. Sayur, lauk dan buah. Terjajar rapih di meja makan. Tak terlalu banyak sebetulnya masakan yang mbok surti hidangkan, hanya saja sering kali makanan itu selalu tersisa. Kalau mbok surti tidak membawanya pulang, sudah pasti itu makanan akan membusuk di atas meja.

Bagaiamana tidak! Di rumah ini hanya ada Lingga. Tak ada yang lain. Wajar saja setiap makanan yang di hidangkan selalu tersisa. Kecuali tatkala sahabat - sahabat Lingga datang. Hani san Shenna. Sudah di pastikan akan habis sekejab.

Lingga menggunakan motor Vespa matic kemanapun dia pergi. Vespa berwarna Hijau tosca. Sebelum mengendarainya, ia memanaskan motor tersebut dan diam duduk di atas motor yang menyala tersebut.

"Selamat pagi nona cantik"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat pagi nona cantik"

Seorang perempuan berkisar umur 30 - 40 tahunan membawa nampan berisi makanan. Lingga baru saja melihat perempuan tersebut. Nampaknya beliau merupakan pembantu di rumah depan. Keluarga baru yang membeli rumah tersebut.

"Ini nona ada sedikit makanan, sebagai ucapan perkenalan dari bu Andin" katanya seraya menyodorkan nampan tersebut pada lingga.

"Oalah, iya mba terimakasih ya. Salam kenal buat keluarganya bu Andin" lingga mengatakan dengan gayanya yang humble. Senyumnya selalu merekah setiap bertemu dengan orang. Baik di kenal maupun tidak.

Aksara LinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang