"Club?" Tanya Aksara memastikan. "Kalian masih SMA udah ke club?"
Lingga dan Shenna secara bersamaan memelototkan mata pada Hani. Memberi pertanda bahwa apa yang dia katakan adalah sebuah kesalahan.
"E-ee.." Hani yang tersadar pun langsung gagap seketika.
"Kita kan cuma cari pelarian aja pak. Sekalian cari pengalaman. Ehe" Lingga mencoba menjawab seadanya.
"Pengalaman apa yang kalian cari disana?"
"Yaa.. apa aja pak" jawab shenna.
"Minum - minum? Nyari pria hidung belang? Atau apa?" Tanya Aksara mengintimidasi.
"K-kita ga minum alkohol pak. Air putih aja kita ga berani beli disana" Hani menjawab dengan sedikit dengan nada meninggi.
"Iya pak, meskipun kita nakal kayak giini kita juga masih tahu batas kok pak. Kita juga ga semurahan itu" Shenna memaparkan apa yang mereka rasakan.
"Kalau kalian punya batas, justru harusnya kalian ga kesana! Kalian bilang cari pengalaman tapi yang kalian cari itu ga jelas!" Jawab Aksara menggebu - gebu.
"Pengalaman bisa kalian cari pake uang yang kalian punya. Kalian bisa ikut apapun yang kalian mau. Karena kalian punya previlage itu. Beda sama orang yang seumuran kalian di luar sana. Bahkan mereka harus membangun previlage itu dari diri mereka sendiri"
Terdapat semburat kekecewaan pada mata aksara melihat kelakuan anak remaja zaman sekarang. "Kalian sudah kelas 12. Lebih baik fokus sekolah dan belakar untuk masuk perguruan tinggi. Bukan jalan - jalan ga guna kayak gitu."
"Mampus ga lo di ceramahin" bisik Lingga dengan suara pelan yang hamya bisa terdengar oleh Sehnna dan Hani.
Aksara tampak frustasi. Dia menopang kepalanya dan menunduk. Aksara saat ini merasa menyesal karena telah memperkenalkan Lingga kepada orang tuanya tanpa mencari tahu mengenai gadis itu.
Aksara khawatir jika kebohongannya pada akhirnya akan terbongkar dan menyebabkan kedua orang tuanya kecewa terhadap aksara. Dirinya benar - benar tidak menyangka bahwa gadis yang ia temui ini melakukan hal seburuk ini.
"Hmm.. pak Aksara menyesal ya udah pura - pura pacaran sama saya setelah tahu kelakuan saya kaya gini?" Tanya Lingga dengan kehati - hatian.
Lingga merasa Pak Aksara sedang tidak baik - baik saja hari ini. Ia merasa bersalah padanya karena tidak segera memberi tahu keburukan dirinya yang itu membuat Aksara keberatan atau tidak. Ia hanya menerima perjanjian itu tanpa memberi tahukan apapun.
Aksara menengadahkan kepalanya. Dia menegarkan diri mencoba menyelesaikan semua yang sudah dirinya pilih.
"Itu bukan masalah" jawabnya singkat.
Lingga mencoba tak menghiraukan wajah aksara yang terlihat penuh ketegaran itu.
"Pak Aksara Pernah dugem?" mata lingga menatap Aksara menyelidik. mencoba mencari jawaban pada manik mata miliknya.
"Engga, buang - buang waktu" jawab Aksara Singkat.
"Mau coba kesana pak? Asik loh" goda Lingga kepada Aksara.
"Enggak." Aksara bangkit dari duduknya. Dia menyambar kunci pada meja disisinya.
"Saya pulang duluan" tanpa ada kata yang dijawab oleh Lingga, Aksara melenggang pergi begitu saja.
Punggungnya semakin jauh dari pandangan mata. Aksara meninggalkan mereka bertiga di sana.
"Huft.."
Nafas Lingga keluar dengan kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Lingga
Fiksi Remaja"masa iya anak SMA ngacak - ngacak pikiran gue?" ..... "Tolong saya sekali lagi dong pak, penguntit gila itu masih ngikutin saya. Please pak" tangannya mengatup dengan memohon agar pria itu membantunya lagi. "Oke! Sini ikut saya" Pria dewasa itu m...