Pingsan

1.9K 78 0
                                    

Langit cerah tanpa awan hitam yang menutupi. Langit terlihat indah di pandang. Sinar surya bahkan tidak malu untuk menampakkan dirinya.

Meski keadaan cuaca yang cerah, tidak dapat membuat kehidupan Aksara secerah biasanya. Dia tak memiliki gairah hidup layaknya biasanya.

Bahkan seseorang yang biasanya membuat harinya berwarna kini tidak mampu mengembalikan senyumnya lagi. Kemarin, terakhir kali Lingga membuat Story. Menampakkan separuh dirinya yang sedang belajar.

Bahkan nama itu saat ini belum muncul lagi.

"Ling, apa boleh gw bilang nyesel udah milih jalan ini?" Gumam Aksara pada dirinya sendiri.

****

Kepala milik Lingga sejak tadi tidak kuat berdiri tegak. Dia meletakkan kepalanya di atas meja. Kantung mata di bawah matanya saat ini terlihat jelas.

"Ling, gw anter ke UKS yuk. Kayak nya lo sakit deh" bisik Shenna ditengah pelajaran.

"Engga usah. Ga papa kok."

"Tapi badan lo anget Ling. Ayok gw anter." Paksa Shenna.

"Husst! Kenapa?" Panggil Hani dari belakang meja mereka.

Shenna melirik kebelakang, dan menjawab "Lingga sakit."

Hani tampak terkejut. Pasalnya Lingga seperti baik - baik saja tadi pagi.

"Kita anterin ya Ling! Ga ada penolakan!" Paksa Hani.

Karena merasa dirinya sudah tidak sanggup lagi menahan rasa sakit di tubuhnya, Lingga mengangguk pelan.

"Mohon maaf pak, saya dan Shenna izin hendak mengantarkan Lingga ke UKS. Dia sakit." Izin Hani kepada guru kelas.

Lantas mereka berdua segera membopong badan Lingga yang lemas. Ketika keluar dari pintu, Lingga limbung tak kuat menahan dirinya sendiri. Kesadarannya hilang.

Mulut Lingga sibuk meracau karena kesadarannya tidak penuh. Tangannya telah terpasang infus. Dia masih berada di ruang UGD. Setelah pingsan di sekolah dan tidak kunjung sadar, mereka memutuskan untuk membawa Lingga ke rumah sakit.

Agar mendapatkan layanan yang lebih tepat. Pasalnya panas tubuh Lingga sangat tinggi. Sehingga dia tak berhenti meracau. Untung Lingga tidak memiliki riwayat step. Sehingga dia tidak kejang.

"Ayah kenapa si?"

"Kenapa kok gw?"

"Ibu kok pergi."

"Kenapa semua pergi?"

"Gw ga tahu di untung"

"Gw ga tahu diri"

"Ayah ibu ga mau gw ada"

"Suntik mati aja dok, biar cepat mati."

"Saya cape hidup"

"Kenapa papah Shenna nikah lagi? Tante Sani baik kok"

"Mamahnya hani selalu sayang hani."

Racau Lingga terus berlanjut. Saat di pindah ke ruang rawat inap pun, dia masih melontarkan makian terhadap dirinya sendiri. Hani dan Shenna sudah menangis melihat keadaan terpuruk Lingga.

"Lo ada apa si sebenarnya Ling? Lo kenapa sampe jadi kayak gini lagi?. Hiks hiks" tangis Hani sudah tidak dapat di bendung.

Dulu Lingga pernah dalam keadaan seperti ini. Disaat nenek meninggal, keadaannya persis seperti ini. Itu membuat trauma pada diri Hani.

Pasalnya, Hani merasa Lingga adalah sahabat terbaik yang dia punya selain Shenna. Dia selalu percaya dengan Hani meski dirinya tahu, Hani sering membuat kehidupannya menjadi sulit.

Aksara LinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang