Freak!

2.4K 84 0
                                    

"Lingga?"

Suara Sean setengah yakin menyadari jika Handphone milik Lingga di bawa oleh Pria yang diperkenalkan sebagai pacarnya. Pria yang kini tengah berdiri tegap menatap kearahnya. Mata mereka beradu tanpa ada yang mau melepaskan pandang.

"Jangan ikuti Lingga lagi!"

Aksara berkata dengan penuh penekanan. Suara aksara bahkan dapat terdengar oleh Sean sekalipun tanpa menggunaakan bantuan Handphone yang mereka pegang.

"Dia milik saya! Paham?"

Sedikit gertakan, sean tersenyum sinis menatap pria dewasa di depannya itu. Kini sean menjauhkan benda gepeng itu dari telinganya dan memutus sambungan telfon.

"Mas? Kenapa?" Raras kembali dengan membawa benda yang ia sempat lupakan tadi. Raras begitu khawatir karena terdapat amarah di mata kakaknya itu.

Aksara hanya menggeleng. "Udah?"

Raras mengangguk kecil dan membiarkan kakaknya itu. Raras rasa kakaknya akan berbicara jujur jika memang sudah saatnya.

"Loh mas ini kita kemana? Kok kesini?" Tanya Raras disaat kakaknya mengendari mobil tidak sejalan dengan arah mereka seharusnya pulang.

"Kerumah teman mas sebentar."

Mereka berdua berada didalam mobil dengan kecepatan sedang. Aksara hendak mengembalikan handphone milik Lingga karena ia takut gadis itu mencarinya. Sesampainya di depan rumah Lingga terburu - buru keluar dan memencet bel rumah tersebut.

Adiknya bingung dengan tingkah kakaknya ini. Alhasil dirinya ikut keluar dan menemani kakaknya disana.

"Mas aksa? Ini rumah siapa? Mas mau namu malem - malem?" Tanya raras

"Engga ras. Mas cuma mau balikin hp ini ke yang punya."

"Emang siapa yan-" raras berhenti berbicara ketika mendengar ada seseorang menyapa mereka berdua.

"Raras?" Ucap seseorang itu.

"Loh Mas egan?" Raras mengenali pria itu. Mereka bekerja dalam satu team. Tak heran dia sangat kenal dengan pria ini.

"Raras? mau cari siapa ras?" Tanya Egan sopan.

"Ng-ngga tahu nih. Mas saya nyari yang punya rumah. Siapa mas aksa?" Dia melempar pertanyaan kepada kakaknya.

"Lingga. Hp nya kebawa saya. Ini makanya saya mau ngembaliin" jawab aksara dengan jujur.

"Lingga di rumah sendiri, mungkin dia udah tidur jadi ga denger ada bell" papar Egan.

"Oh.. syukur deh kalau dia udah di rumah. Hpnya biar saya kembalikan besok aja." Aksara memasukkan hp milik Lingga kedalam saku Jasnya lagi.

"Terimakasih atas informasinya ya mas. Saya pergi dulu" Aksara dan Raras memasuki mobil. Sebelum benar - benar masuk, Egan menghentikan Aksara.

"Mas ini pacarnya Lingga?" Tanya Egan penuh selidik.

Egan sangat berani bertanya seperti itu. Untuk memastikan apakah dia akan lanjut mendekati Lingga atau tidak.

"Iya"

Egan manggut - manggut saja dengan penegasan itu. Dirinya memasuki mobil lebih dahulu ketimbang Raras.

"Duluan ya mas egan, makasih sebelumnya" raras berbicara sopan.

Egan hanya mengangguk saja. Seperti ada sesuatu yang tidak mengenakkan di hatinya. Entah apa ini. Apa iya Egan sempat menaruh hati pada Lingga?

Tak lama setelah kepergian kedua kakak beradik itu, Lingga datang mengendarai motor vespanya. Sedang Egan yang tahu, mengurungkan niat masuk kedalam rumah.

"Baru pulang Ling?" Tanya Egan saat melihat gadis itu begitu lusuh. Matanya bengkak tidak karu - karuan. "Lo kenapa ling?" Tanyanya dengan mengusap wajah lingga.

Lingga yang diperlakukan seperti itu mendadak gugup. Dia menepis tangan Egan karena malu ditatap seperti itu.

"Eee.. gw .. apa-" jawabnya sangat gugup.

"Kamu nyariin hp kamu?"

"Ah? Aaaa.. iya hiks. Hp ku ilang kak. Hiks" dia baru ingat Hpnya tertinggal di kantor Aksara. Ia memanfaatkan itu untuk menutupi alasan kenapa matanya sembab.

"Udah ga usah nangis. Hp mu di bawa pacar mu. Dia barusan kesini, gw kira lo udah tidur." Ia mengusap lengan Lingga perhatian.

"Ah iya kah?" Lingga mengusap sisa air matanya mencoba berbinar. Yang padahal dia tahu betul dimana terakhir kali ia meletakkan hp nya.

Egan hanya mengangguk dan tersenyum.

"Udah sana masuk, udah hampir setengah 12 loh. Bersih - bersih terus tidur. Besok kamu kan sekolah"

"Makasi ya kak egan"

Lingga segera memasukkan motornya kedalam Rumah. Berdua - duaan di tengah malam bersama pria itu sungguh tidak baik untuk jantungnya.

Dirinya meletakkan tangan di dadanya dan merasakan jantungnya berdebar tak biasa.

"Apa ini pertanda kak egan ada rasa sama gw ya?"

"Ah jadi maluuu" dirinya menutup wajahnya membayangkan betapa bahagia dirinya jika benar Egan menaruh rasa Padanya.

Lingga tak mau lama - lama berhayal. Dirinya segera pergi ke kamar dan melakukan apa yang di perintahkan egan tadi.

****
Dering ponsel Milik Lingga tak berhenti sejak tadi. Itu mengganggu waktu tidur Aksara. Ia melihat pada layar jika panggilan dari grub paling banyak

📞Cutie Boob🍑 (is calling)

Aksara segera mengangkatnya sebelum mereka terus - terusan menerrornya.

"Heh anak monyet! Kemana aja lo? Udah kagak masuk bisa -bisanya lo ngga angkat telfon dari kita!"

"BABI BANGET ANJENG! LO NGAPAIN AJA BEGOOO!! LO BIKIN KITA BEDUA PANIK AJA!! DICARI DI RUMAH JUGA KAGAK ADAAAA! MONYET BETUL KAU! PANTEK!"

"HEH! Linggaaaaaa!!! Monyet jawab!"

"Wah beralih ke budek ni anak. Emang babi betul sudah."

Aksara menjauhkan telfon dari telinganya. Meski sudah jauh begitu aksara masih dengar cacian dan umpatan mereka. Sudah sejak tadi mereka mencari Lingga, namun Aksara tidak memiliki hak akses untuk melihat secara detail mengenai chat pribadi Lingga.

"Halo?"

"Heh babi, kok suara lu jadi maco gini?"

"Sama siapa lo heh! Tobat! Dosa kita banyak, tapi jangan jadi murahan nyet!"

"Ini saya aksara."

"Loh pak aksara ngapain kok bawa hp nya Lingga?"

"Wah jangan macem - macem ya pak sama Lingga!"

"Tobat pak, situ udah tua lingga masih bocah!"

"Kalian ngomong apa? Hp nya lingga ada sama saya, tapi dia ada di rumahnya. Hp nya ketinggalan di saya."

"Oh macam tu ternyate. Dengar tu hani, hayolo udah ngomong kasar. Shenna ga ikut - ikut lo ya hani"

"Hehe.. gitu pak ternyata. Ya udah deh pak kalau gitu kita putus aja ya. Maksutnya sambungan telfonnya."

Tut..tut..

Sambungan telfon itu terputus. Aksara teringat jika dirinya ingin memeriksa handphone milik Lingga. Apakah pelacakan yang dilakukan oleh Sean hanya sebatas tracking lokasi saja atau bahkan lebih dari itu.

Ia membuka laptop khusus yang dia gunakan hanya untuk hal - hal penting saja. Entah apa yang dilakukannya, Aksara menatap marah melihat laptopnya. "BAJINGAN! FREAK!"

****

Aksara LinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang