Barber Shop

3.9K 138 13
                                    

Lingga menepati janjinya untuk mengantar Aksara potong rambut. Kini ia sedang duduk di kursi tunggu dengan memperhatikan prianya yang sedang berdiskusi dengan Aksara mengenai model potongan yang akan ia pilih.

"Jangan mas, saya udah pernah jatohnya aneh" ucap Aksara.

"Yang kayak gini mas? Agak panjang dikit tapi nanti masih bisah rapih kalau di arah ke belakang" ucap mas - mas barber.

"Bagus. Boleh juga" ucapnya menganggukkan kepala. Namun dia ingin Lingga juga terlibat dalam pemilihan bentuk rambutnya.

"sayang gimana? Yang kaya gini ya?" Tanyanya pada Lingga.

Pegawai barber shop yang akan bertugas memotong rambut Aksara, menunjukkan gambar yang sempat ditunjukkan kepada Aksara.

"Issh. Kayak anak muda banget" Lingga menyipitkan mata kirinya. Seperti geli wajahnya.

Aksara tidak menengok, karena ia memperhatikan wajah gadisnya di dalam cermin di depannya.

"Kamu kan udah om - om" lanjut Lingga.

"Lingga!"

Aksara memutar kursinya sampai melihat kearah Lingga. Sungguh wanitanya ini tidak pernah berubah.

Sedangkan yang di tatap Mendapat panggilan tegas, hanya cengengesan. Ternyata Aksara masih tidak suka jika di sebut seperti itu. Padahal dia memang sudah menjadi Om saat ini.

"Cepak aja lah!" Putus Lingga asal. Ia tidak begitu mengerti tentang bentuk potongan Rambut pria.

"Oke mas, cepak aja"

Aksara mengiyakan permintaan Lingga. Padahal, Lingga hanya bercanda mengatakan demikian. Ia akan mengiyakan apapun permintaan Lingga agar wanitanya tidak meninggalkannya lagi.

Lingga menyadari, bahwa Aksara sudah bucin tingkat akut. Bahkan dia mengiyakan apapun permintaan Lingga. Bukan Aksara yang seperti dulu. Harus berdebat untuk meyakinkannya.

"Eh, jangan - jangan! Kamu tuh, iya - iya aja" cegah Lingga.

"Apa yang engga buat kamu?" Kemudian Aksara terkekeh dengan ucapannya sendiri.

Lingga berdiri kemudian mendekat kearah Aksara yang masih menatap kaca. Tangan kiri Lingga menangkup wajah Aksara dengan hanya tangan kirinya. Tepat pada brewok kesayangannya itu.

"Berati, jenggotnya juga harus di cukur. Wlee" Lingga menjulurkan Lidahnya menang.

Aksara tidak akan menolaknya kali ini karena ucapannya baru saja. Meski mata Aksara melirik pada gadisnya tajam. Seperti tidak Rela namun apalah daya.

"Yang kaya gini aja mas potongnya, biar bisa formal dan non formal juga" Lingga menunjukkan foto dari teleponnya.

Sang barber, mengangguk kemudian menjalankan sesuai yang Lingga inginkan.

Setelah sekian entah berapa lama, akhirnya selesai juga. Brewok milik Aksara juga sudah Rapih. Tidak di cukur habis namun menambah sisi maskulinnya.

Lingga tak berhenti menatap Aksara dari cermin.

"Gimana? Pantes ga?" Tanya Aksara yang sudah berdiri dari kursi.

Lingga pun mengangguk antusias. Senyumnya lebar. Terpesona akan pria yang sudah mencuri hatinya itu.

"Ganteng!" Pekik Lingga.

Sedangkan Mas barber tersipu mendengar pekikkan Lingga. Meskinyang di puji bukan dia, dirinya tetap merasakan getaran dari Aksara yang menembus jantungnya.

Aksara mengusap rambut Lingga. Melampiaskan rasa cintanya melalui sentuhan.

"Kok masnya yang salting?" Tanya Lingga yang menyadari perubahan Mas Barber.

Aksara LinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang