Perjodohan

2.3K 81 0
                                    

Denting piring dan sendok memenuhi ruangan bernuansa keemasan. Keluarga ini tengah makan malam bersama. Para pelayan rumah mengenakan pakaian yang sama, berdiri menunggu keluarga ini selama makan.

"Dea? Apakah kamu sudah mendengar rencana perjodohan yang ayah buat untuk kamu?"

Seorang kepala keluarga yang duduk dimeja makan tepat di tengah - tengah, memulai perbincangan disela makan malam ini.

"Sudah yah" jawab wanita usia 30 tahun itu.

"Bagus. Persiapkan diri kamu baik -baik. Sebentar lagi akan ada Anniversary Jatmiko Corp, terpasuk pria itu akan ada. Ayah yakin, pria itu yang terbaik untuk kamu"

Lingga mengamati setiap ekspresi yang di keluarkan oleh kakak tirinya itu. Sendu dan pasrah. Tipis sekali bahkan dapat mengecoh semua orang di ruangan ini.

"Kenapa kak Dea harus di jodohkan? Ayolah yah, beri kakak kesempatan." Lingga menyela pembicaran itu.

Lingga sadar betul, bahwa Perjodohan itu hanyalah tipuan semata untuk menemukan cinta sejati. Buktinya, ayah dan ibunya bercerai. Perjodohan tidak akan membuat kedua belah pihak yang menjadi objek bahagia. Bahkan mereka akan cenderung tidak bahagia.

Lalu bagaimana jika perjodohan antara kakaknya itu dengan pria pilihan ayah pada akhirnya menjadi rentetan kisah yang sama dengan dirinya? Bukankah hal ini akan membuat Ayah dan Tante Vinda menderita disisa hidupnya? Iyaa.. sama seperti Eyang putri dan Eyang kakung.

"Seusia Dea, sulit akan menemukan pria yang pas untuknya. Apalagi ketika melihat latar belakang keluarganya. Pasti akan banyak pria yang hanya akan mencari keuntungan semata"

Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu, mengemukakan pendapat.

"Oowwhh.. hufftt. Bukankah pria yang di maksut ayah mengiyakan tawaran ayah juga karena pangkat ayah? Aku rasa sih gitu ya tante. Apa tante lupa sama fakta itu?"

Lingga ingin mencegah perjodohan ini. Dirinya tahu, bahwa kakak nya itu tidak berkenan atas perjodohan yang akan dilaksanakan ini. Beberapa kali dirinya menginap di rumah ini, dia sering mendengar perempuan menangis dibalkon rumah.

Kuntilanak Lingga fikir, namun kenyataannya adalah Dea. Ya. Kakakmya menangis sepanjang malam. Kamar mereka yang bersebelahan, menjadikan Lingga mudah sekali mendengar suara tangisan itu.

Sama halnya dengan Dea, Setiap malam Lingga juga tidak pernah bisa tidur nyenyak. Hidup dengan bergelimang harta, maka akan bahagia? Nyatanya Lingga dan Dea harus berjuang untuk tetap waras di tengah keluarga yang gila uang, jabatan dan Kekuasaan.

"Daripada kakak di jodohkan, bagaimana kalau Ayah dan Tante Vinda memberikan kebebasan atas hidup Kak Dea?"

Dea melirik keberadaan Lingga. Semburat kesenangan ada pada hatinya. Gadis ini selalu menolongnya ketika Dea tidak dapat menolak apapun perintah Ayahnya.

Menjadi anak tiri dari seorang pengusaha kaya raya, adalah bukan keinginan dirinya. Akan tetapi, hidup dengan serba kekurangan adalah hal yang dia benci.

Sadar akan posisinya di keluarga ini, Dea tidak dapat menolak segala perintah Ayah tirinya itu. Dea selalu saja iri dengan Lingga. Hidupnya tidak semiris Dea. Dirinya memiliki kuasa yang kuat di dalam rumah ini.

"Bagaimana kalau 2 hari dalam 1 minggu menjadi hari khusus untuk kencan kak Dea?" Cerca Lingga terus menerus.

"Itu sulit Lingga, karena Dea harus tetap fokus dengan kantor. Masih banyak projek yang harus di kerjakan"

Ayah menjawab usulan yang Lingga ajukan.

"Aaassshhh. Projek, projek, projek terus. Aku aja yang ga ikut ngerjain pusing dengarnya."

Aksara LinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang