Bahasa Jawa

2.1K 85 0
                                    

Mereka ber-6 kini sudah berada di Restoran. Mereka duduk berdampingan. Memesan beberapa makanan utama dan pendamping.

"Seru ya kalo triple date gini" ucap Hani.

"Meskipun yang ono tipu - tipu. Hahaha" ejek Sandy.

Sontak seseorang yang di bicarakan pun memanyunkan bibirnya. Justru semakin membuat mereka ingin mengejek kejombloan Lingga.

"Iya sih emang seru. Vibesnya tuh kayak apa ya? Hmm.. kayak guru yang ngajak muridnya study tour gitu. Ya ga pak?"

Saat tangan Aksara akan menyentil kepala Lingga, segera dirinya mengacungkan jari telunjuk dan juga tengah. Membentuk huruf V.

"Pak Aksara katanya Shenna orang Sursbaya ya? Surabaya mana pak?" Tanya Zico seraya membuka air mineral yang dirinya beli.

"Surabaya Kota. Yang benar - benar di kotanya. Lo juga orang Surabaya?" Aksara mencoba untuk lebih kenal debgan teman - teman Lingga.

"Iya, gw juga Surabaya. Cuma Surabaya pinggiran."

Jelasnya. Yang di jawab anggukan kepala oleh Aksara. "Bisa bahasa jawa kan pak tapi?" Lanjut Zico.

"Jelas bisa dong. Bokap gw dari kecil ngajarin bahasa jawa sih. Logatnya aja yang ga bisa sempurna kayak orang surabaya. Medoknya kurang"

"Gw juga orang jawa" Lingga menyela pembicaraan.

"Elo mah jawa engga, sunda juga engga. Ga jelas emang lo!" Cerca Shenna.

"Gara - gara elo, setiap gw ketemu sama orang yang ngaku jawa, gw tanyain bisa bahasa jawa apa engga bego! Bikin gw meragukan orang jawa aja lu!" Geram Zico.

Lingga hanya tertawa - tawa saja mendengar cacian Zico. Dirinya tahu mengapa hal itu bisa terjadi.

"Lah emang cucurunguk satu tuh ngapain elo co?" Tanya Hani disela - sela makannya.

"Gw dulu kan awal kelas 10 gw ga punya teman. Apalagi gw pindahan dari Surabaya. Kebanyakan anak - anak di kelas itu dulunya emang sekolah disana dari TK SD SMP SMA. Otomatis mereka punya sohib masing - masing doooonnnnggg . Nah kebetulan, gw sekelas plus sebangku sama dia. Sama - sama baru ngerasain sekolah di Gloria. Gw memperkenalkan diri gw dari Surabaya. Dia bilang, dari Jawa tengah. Semarang."

Lingga terkekeh mendengar cerita itu. Jujur saja pada saat itu Lingga mengatakan dirinya dari Semarang, karena dia juga takut tidak memiliki teman.

"Wah gw seneng nih ada teman sesama jawa. Bisa gw ajak ngobrol pake bahasa jawa. Ga perlu kagok ngomong indo terus."

Tawa Lingga membuat yang lain ikut tertawa, padahal belum ada cerita yang lucu.

"Gw ajak ngomong bahasa jawa nih dia ceritanya. Tapi dia kok ngang ngong ngang ngong aja. Jadi gw kalo ngomong tuh ke dia ga cukup satu kali, berkali - kali tapi dia tetap ga paham sama bahasa gw. Gw pikir nih anak kayaknya bahass jawanya beda sama gw. Meskipun gw udah curiga sampe sebegitunya, bodohnya tetap gw ajak ngomong pake bahasa jawa."

Kini mereka akhirnya tertawa. Sedangkan Lingga terus menyeka air di sudut matanya. Terlalu banyak tertawa membuatnya menangis.

"Akhirnya gw tanya kan, 'bahasa jawa di Semarang sama di Surabaya emangnya beda ya?' Terus dia dengan wajah polosnya ngejawab 'engga tahu'. Gw bales lagi dong. Saking gw udah gondok sama ni anak gegara ngulang -ngulang omongan, 'emang selama ini aku pake bahasa jawa, sama kayak bahasa jawa kamu di semarang engga?'. Lu semua tahu dia jawab apa?? Dia jawab 'iya soalnya aku orang jawa yang ga bisa bahasa jawa'. Uhhhhh"

Karena mengingat cerita yang membuat naik pitam, Zico melempar gulungan tisu kepada Lingga yang tertawa sampai tak ada suara lagi.

"KENAPA GA LU NGOMONG AJA LU GA BISA BAHASA JAWA ANJENG! Kesel ga lu punya teman kelakuannya kek gini haaa?" Nafas Zico dibuat naik turun sehingga tampak seperti orang yang siap menghancurkan bumi.

Aksara LinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang