Hani dan Shenna saat ini terbantu berkat adanya Aksara. Dia menawarkan diri untuk merawat Lingga di rumah sakit. Ia merelakan diri bekerja di rumah sakit dan meminta karyawannya untuk mengirim file melalui Emailnya.
Entah sudah keberapa kali setelah kepulangan mereka berdua, Lingga mondar mandir dari toilet. Ia memuntahkan semua yang dirinya makan.
Aksara yang melihat itu benar - benar tidak tega. Gadisnya begitu lemah saat ini. Ia tertidur dengan posisi yang setengah duduk.
"Hiks hiks"
Aksara terbangun mendapati Lingga yang sudah menangis tersedu - sedu. Ia pikir gadis itu sedang mengigau. Namun kesadarannya masih 100%.
Kebiasaan yang ada pada diri Lingga, jika sedang sakit maka dia akan merintih serta menangis. Ia merasakan sakit pada sekujur tubuhnya.
"Kenapa?" Tanya Aksara dengan suara serak khas bangun tidur.
"Sakit. Hiks hiks hiks" ucapnya lemah.
"Bagian mana?" Aksara naik keatas brangkar. Dia duduk tepat di samping Lingga.
"Seluruh badan ku. Hiks hiks"
Aksara memeluk gadis itu. Mencoba untuk meredakan sakitnya dengan pelukan yang ia berikan. Tangan Aksara mengusap punggung gadis ini.
"Pak Aksara, apa kamu mencintai saya? Hiks hiks." Tanyanya disaat mulai mereda rasa sakitnya.
"Iya, saya mencintai kamu. Lingga" ucap Aksara jujur.
Entah keberanian apa yang ada di dalam dirinya, sampai ia bisa mengatakan isi hatinya.
"Maka tetaplah bersama saya" ucapnya memohon.
"Apapun itu, saya akan tetap di sini Ling."
Lingga mengeratkan pelukannya. Hatinya merasa lebih tenang saat ini. Aksara selalu berhasil menenangkan hatinya. Bahkan saat ini Lingga sampai tertidur di pelukan Aksara.
****
"Selamat pagi anak cantik"
Seorang wanita paruh baya masuk kedalam ruangan Lingga. Wanita yang sudah lama juga tidak bertemu dengannya.
"Mamah? Papah"
"Kangen banget sama anak ku satu ini. Gimana udah mendingan belum?" Ucap mamah Aksara.
"Di jenguk sama mamah papah langsung sembuh. Ehehe"
"Di jenguk mama papa apa karena di tungguin sama Aksara? Hayo?" Gurau papah Aksara.
"Dua dua nyaaaa."
Lingga tersipu karena kedua orang tua Aksara. Memang benar kata Renita, sebaiknya Lingga mengejar kehangatan keluarga ini di banding mengejar Aksara.
Tapi setelah mendengar dari mulut aksara langsung, Lingga fikir mengejarnya juga tidak ada salahnya.
"Mama tadi bawa bubur, kamu pasti ga doyan sama makanan rumah sakit kan?" Tebak Mama Aksara.
Lingga hanya tersenyum. Kemudian Aksara menyipkan meja di atas brangkar Lingga. Dan meletakkan makanan yang di bawa mamanya disana.
Saat menyendokkan kedalam mulut, tangan kanannya yang terpasang infus, terasa sangat nyeri.
"Aww.. " rengek Lingga.
"Kenapa?" Tanya Aksara panik.
"Ini tangan Aku sakit banget." Ucapnya.
"Itu jangan banyak di gerakin. Darahnya naik keatas itu" ucap papa Aksara.
"Sini biar mama suapin" mamah Aksara menyendokkan kedalam mulut Lingga. Meski Lingga belum menyetujuinya.
Dengan halus, Lingga mendapatkan perhatian dari beliau. Saat ini hati Lingga tidak mudah untuk dipahaminya sendiri.
Senang dan sedih. Tercampur menjadi satu.
Lingga memakan bubur sangat lahap. Dia berpikir bahwa kini sosok ibu dalam kehidupannya kembali. Menjelma menjadi seseorang lain.
Selama 1 jam, orang tua Aksara menjenguknya. Mereka meninggalkan Lingga disaat sebelum papah Aksara mengajar.
Sepeninggal mereka, Lingga merasa tubuhny semakin baik. Aksara bahkan yang beberapa hari sebelum ini, dingin kepadanya, menjadi lebih hangat.
Sudah hampir 5 hari Lingga opname di rumah sakit. Kini ia telah diperbolehkan untuk pulang.
"Setelah ini, apa kamu akan menolak perjodohan itu?" Tanya Lingga.
"Saya tetap akan menerima perjodohan itu." Ucap Aksara mantap.
"Bukan kah kamu mencintai ku?"
"Tidak"
Aksara merapihkan beberapa baju yang Lingga bawa selama di rumah Sakit. Siang ini, dia telah boleh kembali ke rumah. Dia telah sembuh.
"Dua hari yang lalu kamu mengatakan bahwa kamu mencintai ku. Aku masih ingat itu."
Nafas Aksara berhembus kasar. Dia menghentikan Aktifitasnya lalu menatap manik mata Lingga yang masih sayu.
"Saya melakukan itu agar kamu cepat sembuh. Saya yakin, dengan saya mengatakan hal itu kamu akan memiliki semangat untuk sembuh lagi"
Kalimat yang Aksara sampaikan menghujam hati Lingga. "Apakah kamu ngga bisa jujur sama diri kamu sendiri? Saya tahu kamu mencintai saya juga!"
"Kalaupun saya bisa jujur, seperti apa yang pernah saya sampaikan. Bahwa perempuan cinta dan pernikahan itu tidak akan selaras. Kamu orang yang saya cintai, tapi kamu bukan perempuan yang tepat untuk saya nikahi. Dea orang yang tepat untuk membangun pernikahan dengan saya. Bukan kamu" jawabnya bertubi -tubi.
"Kalau kamu cinta sama aku dan aku bukan orang yang tepat buat kamu, kenapa kamu tetap memperdulikan aku?" Tanya Lingga menahan tangisnya.
"Saya sudah katakan berkali - kali kan. Saya hanya kasihan sama kamu. Lihat betapa kamu menderitanya seperti ini?"
Lingga terdiam dan menggigit bibir bawahnya. Ia merasa saat ini kondisinya semakin memburuk.
"Bisa ga kamu ga usah peduliin aku? Aku semakin sakit kalo kamu tetap seperti ini. Kamu cinta sama aku, tapi aku bukan orang yang tepat, tapi kamu selalu peduli sama aku, tapi kamu dingin sama aku, .. semua, semua yang kamu lakukan seperti menabur garam diatas Luka." Ucap Lingga mencoba untuk tegar.
Tanpe menjawab pertanyaan dari Lingga, Aksara hanya menulikan telinganya. Dia meletakkan koper Lingga di samping sofa.
"Saya antarkan kamu pulang, saya akan urus kepulangan kamu sebentar."
Ia melenggang pergi entah kemana.
Lingga kini menangis histeris setelah melihat perlakuan Aksara. Dia berhasil membuatnya berharap kembali, setelahnya ia menjatuhkan Lingga sampai ke dasar.
25 menit Aksara meninggalkan Lingga di dalam kamarnya untuk mengurus kepulangannya. Perasaan Aksara tetiba tidak enak. Dirinya mencepatkan langkah kakinya. Membuka kamar rawat inap milik Lingga, namun tidak mendapatkan gadis itu ada disana.
Ia mencoba mencari ke sekeliling rumah sakit, namun tidak menemukannya. Dia bertanya pada beberapa perawat mengenai keberadaan Lingga. Kebanyakan dari mereka mengatakan bahwa Lingga telah pergi beberapa saat yang lalu.
"Ling? Please lo kemana si?" Gerutu Aksara panik.
"Lingga, gw tahu gw jahat, tapi jangan sakiti diri lo sendiri" Aksara benar - benar panik.
Ia menghubungi gadia itu berkali - kali, namun ia memblokir nomor Aksara. Ia juga sempat memastikan kerumah Lingga, apakah gadis itu telah di rumah,akan tetapi dia mendapatkan balasan yang tidak ia inginkan. Lingga belum kembali ke rumah
"Siaallll! LO KEMANA LING!!!! AAAAKKKHHH!"
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Lingga
Teen Fiction"masa iya anak SMA ngacak - ngacak pikiran gue?" ..... "Tolong saya sekali lagi dong pak, penguntit gila itu masih ngikutin saya. Please pak" tangannya mengatup dengan memohon agar pria itu membantunya lagi. "Oke! Sini ikut saya" Pria dewasa itu m...