Laper

1.8K 75 0
                                    

Semenjak dirinya tinggal bersama Ayahnya, Lingga selalu kehilangan kesempatan untuk bermain dengan kedua sahabatnya itu.

Waktu yang di miliki Lingga habis untuk mengikuti bimbel atau bahkan les Privat di rumah. Lingga seperti tidak hidup jika terus berada di rumah itu.

"Ck. Sekarang lo jadi pinter gw senang sih Ling, tapi kita jadi ga punya waktu buat main. Huhu." Ucap Hani.

"Iyaaa. Gw juga cape belajar mulu. Padahal gw sebenarnya pintar. Cuman ga di asah ajaaa" ujar Lingga.

"Tuh orang berdua ga cape apa ya ngikutin elo terus? Padahal lo juga ga pernah kemana - mana." Tanya Shenna.

"Tahu tu! Kalo lo diikutin terus sama mereka, jadinya ga bisa curi - curi waktu buat main" Ujar hani.

"Huuft. Entahlah sampe kapan gw terus kek gini. Lama - lama gw bisa gila!" Jengah Lingga pada permasalahan hidupnya.

Mereka bertiga berpisah di depan gerbang sekolah. Lingga memasuki Mobilnya kemudian melakukan aktivitas seperti biasanya.

****

Lingga🌞
Hari ini 00.13

Laper bangeeett
😫

^
Balas

Lingga🌞
Hari ini 00.15

Si mbak2 yg jualan dpn
laundry marisa, jam segini
masi buka ga ya?
Kalo tutup berti dia bohongin
gw
😤

^
Balas

Lingga🌞
Hari ini 00.20

Mau melarikan diri, tp ga ada kendaraan. Susaaahhh
😭

^
Balas

Lingga🌞
Baru saja

Toppoki🙃

^
Balas

Melihat rentetan story Lingga, Aksara mengambil kunci mobilnya. Melenggang pergi menuju kedai yang dimaksut Lingga.

Untung saja, kedai itu belum tutup. Benar kata Lingga, kedai ini buka 24 jam. Ia segera memesan beberapa jenis makanan yang tempo hari Lingga beli.

Setelah mendapatkan pesanannya, kini Aksara memesan ojek online. Entah hal itu akan ada atau tidak. Dia meminta untuk mengirimkan makanan itu kepada Lingga.

Karena Aksara tidak mungkin mengantarkan langsung. Dia yang mmemilih untuk meninggalkan Lingga. Dia sendiri yang harus menahan untuk tidak bertemu gadis itu.

Beruntungnya doa Aksara terkabul. Masih ada ojek online yang lembur malam hari. Dia lantas memberikan alamat Lingga lalu memberikan upahnya.

****

📞+62....(is calling)

Lingga menyernyitkan dahi. Siapa yang menelfonya sedini hari? Apakah seseorang yang penting.

"Halo?"

....

"Saya ga pesan makanan pak"

....

"Oh gitu. Ya saya turun sebentar"

....

Lingga bergegas turun karena yang menelfonya adalah ojek mengantar makanan. Sedikit menghabiskan waktu, pasalnya rumah ini sangat lah luas.

"Ini dari siapa ya pak?" Tanya Lingga yang sudah memegang kantung kresek berisi makanan itu.

"Dari mbak - mbak depan laundry Marisa mbak."

Lingga memanggut - manggutkan kepalanya. Menandakan mengerti siapa orang itu.

"Saya foto sebentar ya mba, orangnya minta foto bukti" ucap bapak ojek.

Lingga langsung mengiyakan dan bergaya secantik mungkin.

Setelahnya dia kembali kedalam kamar dan memakan jajanan itu.

"Tapi si mbaknya bisa tahu alamat gw dari siapa?" Tanya nya pada diri sendiri.

"Bodo amat, penting makan"

Dikejauhan sana, Aksars tersenyum - senyum sendiri melihat betapa manisnya Lingga dari foto yang dikirimkan oleh bapak ojek tadi. Gadis itu selalu berhasil mengacak - acak hatinya beserta pikirannya.

"Kamu cantik Ling."

****

Pagi ini jalanan tampak lebih ramai dari biasanya. Mobil yang Lingga naiki berjalan lambat karena harus berebut dijalanan.

Memang rumah Ayahnya menuju sekolah akan selalu melewati jalan yang rawan macet. Sedangkan jika dari rumah Lingga sendiri, hanya akan melewati beberapa tempat yang rawan macet saja. Jika Mengendarai motor sendiri, Lingga akan melalui jalan tikus.

"Huuuffttt"

Lingga membuang nafasnya kasar. Lampu merah sejak tadi sudah berganti - ganti. Namun dirinya tetap berada di lampu merah yang sama.

Tangan Lingga membuka cendela untuk mencari angin yang bercampur dengan polusi. Tak sengaja dia melihat sisi kiri, seorang pria yang dirinya kenali.

Helm fullface nya teringat jelas di memori Lingga. Egan. Ya itu Egan.

Ia sangat ingin menyapa pria itu. Sudah lama mereka tak bertemu.

Tidak sengaja pula Lingga melihat pula mobil milik Aksara berjajar di samping mobilnya. Aksara membuka kaca kemudinya.

Mata mereka tak sengaja bertatapan. Lingga lantas membuang muka, karena masih ada rasa sakit dihatinya. Dia baru saja mengetahui fakta, bahwa yang membawa dirinya tinggal di rumah penjara itu adalah Aksara.

"Kak Egan!"

Teriak Lingga saat mobilnya telah dekat dengan motor Egan.

Sang pemilik nama menengokkan kepalanya. Melihat siapakah gerangan yang memanggil dirinya.

"Hei! Lama ga ketemu. Kemana aja lo?"

"Biasa anak sekolah, sibuk belajar." Sombongnya.

"Ebra ulang tahun, ga main kesana kah?"

"Oh iya kah? Nanti sore aja lah aku kesana"

Tin tin....

Aksara merasa panas melihat Lingga yang asik berbincang dengan Egan. Seakan mengabaikannya. Disaat lampu hijau menyala, Aksara langsung menekan klaksonnya agar pria itu tidak memiliki kesempatan untuk berbicara lagi dengan gadisnya.

"Eh udah hijau, duluan Ling"

"Iya hati - hati."

Lingga langsung menutup kaca mobilnya. Dia juga kesal karena Aksara bertingkah seenak hatinya. Lingga bahkan masih merasakan denyut jantungnya yang sakit.

Aksara melupakan semua kejadian ketika mereka bersama. Dan kini dia tidak lagi memiliki kesempatan yang sama.

"Sampe kapan kamu tahan kita kaya gini mas? Aku kangen" ucap batin Lingga.

****

Aksara LinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang