Si Bruno mengejar musang itu hingga ke semak-semak. Bagi anjing itu, kegiatan kejar-mengejar bukan sekedar untuk mengisi waktu luang atau bersenda gurau belaka. Baginya, ini pertarungan gengsi.
Aku harus bisa mengalahkan musang, si hewan pengganggu.
Si Bruno berlari sangat kencang. Tubuhnya lincah menyusuri jalan setapak diantara pohon teh yang rapat. Malam yang gelap tidak menghalangi hewan itu untuk terus bergerak.
Walaupun, kini dia harus berhenti bergerak. Terdiam.
Bagi hewan pemangsa, diam bukan berarti menyerah. Dia harus mengatur strategi agar mangsanya bisa keluar dan mendekat. Si Bruno tahu dimana musang sialan itu bersembunyi. Bau badan hewan nokturnal itu mudah dikenali. Penciuman si Bruno masih kuat. Terlebih Anna dan Tuan Eickman sering melatihnya untuk berburu bahkan di kegelapan.
"Goouuukk!"
Si Bruno terus menggonggong. Bermaksud menakuti si musang bulan yang enggan melihat bulan karena ketakutan.
Setelah beberapa saat menggonggong, akhirnya si musang keluar juga dari persembunyiannya. Hewan itu berlari di jalan setapak menuruni bukit.
Tentu saja si Bruno tidak tinggal diam. Dia berlari mengejar.
Si musang berbelok ke arah semak-semak. Begitu pun si Bruno. Mereka saling kejar hingga si musang hilang dalam kegelapan.
Aku masih bisa mencium baumu, hai makhluk sialan!
Si Bruno tidak menggonggong lagi. Dia mengendap-endap. Perutnya hampir menyentuh tanah. Berharap mangsanya tidak menyadari keberadaannya.
Namun, perkiraan anjing itu meleset. Terjadi sesuatu pada si musang.
Hewan itu terlempar hingga tepat di depan si Bruno. Ada sesuatu yang melemparkan makhluk itu. Si Bruno kaget ketika si musang sudah terkapar. Dia belum mati. Sekarat. Darah mengucur dari lehernya. Bruno bisa mencium bau amis dari jarak dekat.
Tapi, siapa yang melukai makhluk malang ini?
Pertanyaan Bruno terjawab ketika dia mencoba masuk ke dalam semak-semak. Ada sesuatu yang menarik bagi anjing itu. Ternyata si musang masuk ke dalam sebuah lubang. Ukurannya hanya cukup untuk masuk hewan sebesar anjing. Terlalu sempit bagi seorang manusia.
Karena, penunggu lubang itu tidak memiliki wajah manusia. Si Bruno tahu ketika ada sesuatu menghampirinya. Samar-samar terlihat siluet makhluk itu. Dan, cahaya rembulan cukup membantu menegaskan bagaimana rupa makhluk itu.
Wajahnya merah dengan mata bulat serta bertaring besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Panca dan Pembunuh Bayaran
Mystery / Thriller"Paman, sedang apa Paman Aditama di sini?" Anna menyaksikan seseorang yang dikenalnya sedang melangkah ke arah gerbong selanjutnya. Di belakangnya, ada seorang laki-laki berjubah sedang memegang pisau. Tangan laki-laki itu penuh dengan darah. Begitu...