Obor sudah tidak sanggup lagi menerangi lubang yang gelap itu. Panca harus siap menghadapi segala kemungkinan yang terjadi.
"Gelap dan pengap," Bajra mulai mengeluhkan keadaan.
"Tenang, sepertinya kita akan memperoleh udara segar setelah membuka ini," Panca mengangkat benda keras yang permukannya datar.
"Sepertinya ini ubin."
"Ssssttt," Panca memberi isyarat pada Bajra untuk diam.
Benda itu diangkat dengan kedua tangan kecil Panca. Ternyata ada secercah cahaya masuk ke dalam lubang. Sumber cahaya berasal dari ruangan di atas lubang.
Dengan hati-hati, Panca mengangkat benda datar di atas kepalanya. Menggeser hingga terbuka sudah seluruh mulut lubang. Tentu saja Panca dan Bajra senang sekaligus heran dengan apa yang mereka lihat. Setelah letih merangkak menyusuri lubang sempit, kini mereka bisa menghirup udara segar. Juga, heran kenapa ujung lubang berakhir di lubang seperti ini.
"Ternyata berakhir di sebuah kamar," Bajra berkomentar dengan berbisik.
Mereka bertiga akhirnya bisa keluar melalui pintu sempit seukuran ubin lantai. Mereka siap dengan segala kemungkinan.
"Tidak ada orang di sini," Bajra berbisik.
"Mungkin di luar kamar."
Panca berjalan ke arah pintu kamar. Diikuti oleh Bajra dan si Bruno, anak remaja itu siap dengan segala kemungkinan. Tangan kanannya memegang golok di pinggang sedangkan tangan kirinya membuka pintu dengan perlahan.
Ternyata tidak ada orang di dalam ruang tengah bangunan itu. Hanya ada kursi dan meja kosong tanpa seorang pun duduk di sana.
Kerena penasaran, Panca melongok melalui celah jendela jelusi. Hanya ada pengawal yang sama sebagaimana sebelumnya.
"Kita laporkan perkara ini pada pengawal itu?"
"Jangan, kita tidak tahu mereka berada di pihak siapa," Panca berbisik.
Si Bruno pun terdiam. Dia anjing yang bisa diajak kerjasama. Tidak terdengar suara dari hewan itu yang bisa mengundang perhatian orang di luar bangunan.
"Tuan? Nyonya?" suara terdengar dari luar. "Apakah anda di dalam?"
Seseorang berteriak dari luar. Kemungkinan dia mendengar suara mencurigakan dari dalam bangunan. Tanpa ragu orang itu menggedor pintu. Dia memastikan jika orang yang ada di dalam bukan penyusup.
Brraakk, pintu dibuka dengan paksa.
"Hei, ada apa?"
"Ada suara terdengar dari dalam paviliun?"
"Suara apa? Tuan David ada di bangunan utama, begitupula istrinya."
"Iya, juga. Mungkin aku salah dengar."
Suara percakapan itu terdengar ke telinga Panca, Bajra dan si Bruno. Hingga akhirnya hanya terdengar samar setelah mereka bertiga kembali bersembunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Panca dan Pembunuh Bayaran
Mystery / Thriller"Paman, sedang apa Paman Aditama di sini?" Anna menyaksikan seseorang yang dikenalnya sedang melangkah ke arah gerbong selanjutnya. Di belakangnya, ada seorang laki-laki berjubah sedang memegang pisau. Tangan laki-laki itu penuh dengan darah. Begitu...