Author POVSekarang di ruang kesiswaan sudah ada Daffa dan orang tuanya, Naka dan orang tuanya, Haven, Arin, dan Jonathan, beberapa guru, kepala sekolah, dan Anthonio selaku ketua yayasan juga Jovan sebagai ketua OSIS dan saksi yang tahu bagaimana kejadiannya.
ya tadi guru memang sengaja memanggil orang tua siswa yang terlibat agar dapat membicarakan kejadian ini dengan lebih hati-hati. Dan jangan lupakan segerombolan anak yang sedang menguping di pintu."Saya sebagai kepala sekolah sangat malu karena ada kejadian tadi. Bagaimana bisa kalian bertengkar seperti itu? Haven, kamu wakil ketua OSIS apa ini cara kamu memberi contoh?" tanya kepala sekolah kepada Haven.
"Pak kalau aja Haven gak ikut campur urusan saya, saya gak akan berantem." justru Naka yang menjawab pertaannya, yang memojokkan Haven.
"Urusan apa kak? urusan ngebully adik kelas yang kakak maksud?" tanya Haven tenang dan pelan, namun penuh intimidasi walau emosinya seakan sudah mau meledak.
"Jaga bicara kamu sama anak saya!" kata Ayah Naka yang pastinya membela anaknya.
"Saya tidak ingin bersikap tidak sopan, tapi apa yang dilakukan Kak Naka sudah melewati batasnya." sahut Haven.
"Haven kamu yang sopan, jangan melawan orang tua." kali ini Pak Herman yang menyahut.
Anthonio dan Jonathan memang sengaja diam, mereka ingin tahu apa yang akan dilakukan haven, daffa, naka, maupun jovan.
"Maaf pak, saya tidak sopan di bagian mana? saya hanya membantu seseorang yang dibully. Apa itu salah?" tanya Haven.
"Kita hanya main-main pak." sahut Naka
"Bukan main-main namanya kalau pihak satunya menderita. Harusnya kakak sudah cukup dewasa untuk tahu itu." kata haven lagi.
"Kamu berani ngomong seperti itu sama anak saya?" kata Ayah Naka membentak Haven.
"Haven, minta maaf sama Naka, dan selesaikan masalahnya sampai disini." Ucap Pak Herman salah satu guru disana yang membuat Anthonio mengernyit bingung, tapi dia masih diam saja, dia juga ingin lihat bagaimana guru-guru disana bertindak.
"Saya tidak melakukan kesalahan, bukan saya yang harusnya minta maaf pak." sahut Haven tanpa ragu.
"Yang tadi kamu lakukan itu sudah salah Haven, jangan keras kepala dan membuat semuanya rumit." kata pak herman lagi
"Baik pak, saya akan minta maaf. Tapi sebelum itu saya ingin tahu bagian mana dari tidakan saya yang salah. Apa karena saya menolong seorang teman yang dibully? Lalu tindakan benar seperti apa yang harusnya saya lakukan? Apa saya harus diam dan menonton tindakan Kak Naka yang mempermalukan Daffa di hadapan begitu banyak orang?" tanya Haven dengan sangat mengintimidasi, yang membuat siapapun akan kehilangan kata-katanya.
"Harusnya kamu bisa mengambil keputusan yang lebih bijak." sahut pak Herman
"Seperti apa pak? Melapor ke kesiswaan dan membiarkan satu orang korban dikeluarkan dari sekolah lagi karena tidak memiliki power apa-apa seperti yang terjadi beberapa waktu lalu?"
"Haven, jaga bicara kamu."
"Maaf tapi saya masih belum mendapatkan jawaban yang saya butuhkan agar saya menyadari kesalahan saya pak. Haruskah saya meminta pendapat dari Om dan tante juga? Tolong beri tahu saya Om, tante, jika saya dihadapkan dengan situasi yang sama, apa yang harus saya lakukan? Atau jika Om dan Tante yang berada di posisi saya, apa yang akan Om dan tante lakukan? Saya punya bukti yang jelas, dari awal bagaimana Naka memperlakukan Daffa." kata Haven lalu memutar rekaman yang membuat semua orang bungkam.
"Saya bukan orang yang akan bertengkar tanpa sebab, saya tahu sampai mana batas saya. Saya bisa saja melawan saat Kak Naka memukul saya tetapi tidak saya lakukan. Bukan karena saya takut, tapi karena itu salah. Kak Naka mungkin akan melupakan apa yang dilakukannya sekarang dalam hitungan hari karena baginya ini hanya main-main. Tapi bagaimana dengan Daffa? dia akan mengingat ini seumur hidup sebagai kenangan buruk. Tolong pertimbangkan itu." kata Haven dengan jelas, tanpa ragu sedikitpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haven Arion | Watanabe Haruto
General FictionHaven Arion dan bagaimana dia menjaga nama itu.