⚠️ Trigger warning : violence , kidnapping , panic attack
Author POV
Setelah beberapa lama Haven sudah mulai tenang, walaupun belum 100%. Dia sudah bisa bernafas dengan baik walaupun rasanya tenaganya terkuras habis.
Jovan juga merasa sedikit lega karena Haven sudah tidak seperti tadi, setidaknya Haven sudah bisa tenang.
"Ven, lo punya trauma ya?" tanya Jovan hati-hati. Takut mengingatkan Haven lagi.
"hmm." jawab Haven sambil melihat Jovan.
"Kenapa emangnya?"
"Dulu gue pernah dibully Van, gue coba ngelawan tapi ujungnya gue malah dikunciin di gudang. Gelap, pengap, gue sendiri, laper, haus..." Haven mulai mengingat kejadian itu lagi.
"Jangan diterusin kalau lo gak bisa Ven."
"Gue takut banget. Makanya waktu itu pas Daffa dibully gue gak bisa diem aja, karena gue tau rasanya gimana." kata Haven lagi membuat Jovan merasa bersalah mengingat apa yang dia lakukan waktu itu.
"Gue minta maaf buat waktu itu Ven, gue udah marah-marah sama lo sampe bikin lo masuk rumah sakit. Gue juga udah ngomong banyak hal yang nyakitin lo. I'm sorry."
"It's ok, lagipula udah lewat juga."
"Gue baru sadar kalo gue belum pernah minta maaf yang proper sama lo. Maaf." kata Jovan lagi.
"Iya gue maafin."
"Kita bisa balik dengan selamat gak ya?" tanya Jovan lagi.
"Gak tau, mungkin?" jawab Haven yang lebih seperti pertanyaan.
"Kita salah apa sih sampai ada yang ngelakuin ini? Baru aja semuanya perlahan balik ke tempatnya, tapi malah kayak gini. Miris banget." kata Jovan
"Mungkin gak itu orang yang sama kayak yang ngirim teror itu?" tanya Haven.
"Yang gue gak habis fikir, tega-teganya Roy jebak kita kayak gini. Sebelumnya Yasa, sekarang Roy. Kayaknya temen-temen gue gak ada yang bisa gue percaya. Kadang gue iri sama lo Ven, temen-temen lo semuanya kompak banget, gue masih inget gimana reaksi mereka waktu gue ngomong hal yang buruk ke lo waktu di rumah sakit." kata Jovan.
Haven hanya terkekeh mendengar itu, dia jadi berfikir apa dia bisa bertemu mereka lagi? Dia baru saja bertemu dengan Papanya, apa harus berpisah lagi? Apa mereka bisa pulang dengan selamat? apa mereka akan baik-baik saja? Terlalu banyak pertanyaan di otaknya yang satupun tidak ada jawabannya.
Udara semakin dingin dan sepertinya sudah semakin malam. Haven dan Jovan mulai merasa kedinginan. Mereka berdua hanya bisa bersandar di tembok sambil memejamkan mata berusaha untuk tidur walaupun telinga mereka masih bisa mendengar apapun suara yang ada, sekecil apapun.
-
Arin duduk dengan tidak tenang, Jovan dan Haven masih belum pulang sama sekali, ini sudah lewat tengah malam. Biasanya mereka tidak pernah seperti ini. Mau melapor polisi juga tidak bisa karena baru beberapa jam mereka berdua tidak ada kabar. Arin, Jonathan, Hanggara, dan Jerico sangat tidak tenang, mereka bahkan tidak mengantuk sama sekali.
Arin sudah tidak punya jalan keluar lain, lalu dia ingat kalau Haven memberinya no telepon Sebastian. Apa mungkin Haven kesana?
"Mas, apa Haven ke rumah Mas Sebastian ya?" tanya Arin pada Jonathan.
"Coba tanya rin." kata Jonathan. Dia tidak cemburu sama sekali karena mereka sudah lama berpisah dan sudah memiliki keluarga masing-masing.
Arin lalu menghubungi Sebastian setelah sekian lama tidak saling bicara satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haven Arion | Watanabe Haruto
General FictionHaven Arion dan bagaimana dia menjaga nama itu.