⚠️ Harsh word
Author POV
Jonathan dan Arin langsung mengajak Haven untuk periksa ke dokter dan untungnya tidak ada yang serius. Hanya saja kata Om Adit Haven harus menghindari apapun yang memicu traumanya, dan Om Adit juga memberikan Haven obat penenang untuk diminum jika Trauma Haven kembali. Selebihnya Haven butuh banyak istirahat karena entah kenapa tubuhnya mulai mengeluarkan gejala demam.
"Haven nanti kamu langsung istirahat ya? Papa sama mama harus pergi ke luar kota untuk 2 hari, gapapa kan sayang?" Tanya Arin pada Haven, Arin khawatir karena tubuh haven panas, walaupun tadi sudah diberikan obat oleh dokter.
"Gapapa ma, lagian cuma demam doang." Saut Haven tanpa membuka matanya. Daritadi dia hanya memejamkan mata tanpa bisa tidur, kepalanya pusing dan sakit, perutnya juga mual.
"Nanti kalau ada apa-apa langsung telepon papa sama mamaya ven. Maaf ya, papa sama mama harus langsung berangkat sekarang. Ini benar-benar gak bisa ditunda." Kata Jonathan saat mereka sudah sampai di kediaman Erlangga.
"Gak nunggu yang lain dulu pa, biar bisa pamit?" Tanya Haven.
"Nggak sempet ven, papa sama mama udah bilang sama mereka lewat chat kok."
"Mama tinggal sekarang gapapa kan sayang?" Tanya Arin setelah mengantar Haven sampai kamarnya.
"Iya ma, mama sama papa hati-hati ya. Kabarin aku kalau udah sampai sana." Sahut haven yang dibalas anggukan oleh Arin.
"Iya, inget pesen Om Adit. Kalau traumanya balik lagi langsung telepon mama atau Om Adit ya." kata Arin lagi yang dijawab anggukan oleh Haven.
Setelah itu Arin langsung menemui Jonathan yang sudah menunggu di mobil dan berangkat bersama.
Sementara Haven baru saja mengganti seragamnya dan langsung merebahkan dirinya untuk istirahat. Tubuhnya benar-benar terasa tidak nyaman.
——
Sementara di sekolah, Daffa tidak langsung pulang seperti Haven. Daffa memutuskan untuk kembali ke kelasnya.
Sampai di kelas Daffa langsung duduk di bangku lain setelah dia minta untuk bertukar tempat duduk dengan salah satu teman sekelasnya.
Dia bukannya benci dengan Jovan, Juan, Yasa dan Julian, dia hanya butuh waktu untuk menghilangkan rasa kecewanya karena yang menolongnya justru orang yang dimusuhinya bukan teman yang dia percaya.
Jovan, juan, yasa, dan julian menyadari itu, dan mereka juga tidak enak karena tidak menolong daffa, namun apa boleh buat, mereka tidak punya kebranian untuk itu. Maka yang mereka lakukan adalah mendekati Daffa untuk meminta maaf.
"Daf, lo marah ya? Maaf daf kita juga gak berani kalau harus lawan naka." Kata yasa membuka percakapan.
"Kasi gue waktu dulu." Sahut daffa sambil melihat ke arah teman-temannya dengan enggan.
"Jangan gitu daf, kita ngerti pasti sulit bagi lo karena dibully sama mereka. Tapi lo juga harus ngerti kalau kita juga gak bisa pertaruhin sekolah dan berurusan sama naka. Kita juga gak punya kuasa apa-apa untuk lawan naka" Kali ini jovan yang menjawab.
Daffa menatap Jovan dengan tajam. Sungguh, kali ini dia kecewa.
"Lo punya van, lo ketua osisnya." Sahut daffa.
"Gue gak bisa pertaruhin jabatan ketua osis yang udah gue perjuangin untuk ngelawan naka daf. Lo kenapa sih? Dipengaruhin apa lo sama haven sama temen-temennya itu?" Kata Jovan emosi yang langsung ditenangkan oleh teman-temannya, sementara anak kelas menonton mereka.
"Ini van, ini yang bikin gue mikir buat stay di circle ini atau keluar aja. Lo cuma mikirin diri lo sendiri van, lo cuma mikirin hal yang menguntungkan buat lo. Gue tanya sama lo, lo anggap kita ini apa sih van? Lo anggap gue apa? Temen? Apa cuma kacung lo doang?" Kata daffa menggebu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haven Arion | Watanabe Haruto
Ficção GeralHaven Arion dan bagaimana dia menjaga nama itu.