Author POVHari-hari setelahnya Yasa benar-benar dikucilkan oleh teman-teman sekelasnya karena berita menyebar sangat cepat. Tidak ada yang mau duduk bersamanya saat di kantin, di kelaspun dia seolah tak terlihat.
Bukan hanya di kelasnya, siswa kelas lain juga menatapnya seolah dia adalah seorang kriminal, Yasa menyesal karena sudah mendengarkan dan sudah terpengaruh oleh orang itu. Sekarang dia bukan hanya kehilangan teman-temannya tapi dia juga diperlakukan seperti sampah.
Yasa sekarang sedang mengantri untuk mendapatkan makanan di kantin dan dia melihat Jovan dan Julian di tempat yang sama, Jovan hanya melihatnya sekilas lalu kembali berbincang dengan Julian mengabaikan Yasa.
Jovan sebenarnya tau kalau Yasa melirik ke arahnya beberapa kali namun dia masih marah mengingat bagaimana Yasa membuatnya dan Haven ketakutan.
"Liat nih ada kriminal."
"Lagian temen sendiri diteror serem banget."
"Iya, mendingan jangan deket-deket."
Selalu saja, kalimat-kalimat itu yang Yasa dengar dimanapun dia berada. Dia mencoba menulikan telinganya tapi tetap saja masih mendengar suara cibiran itu.
Yasa mendengar suara Haven dan teman-temannya, entah kenapa sekarang dia selalu menjadi lebih peka setiap kali ada suara Jovan ataupun Haven yang terdengar oleh telinganya.
Yasa melihat Haven yang masuk ke area kantin dengan tertawa bersama anak Saturn lalu saat mata mereka bertemu, raut wajah Haven langsung berubah menjadi serius.Yasa harusnya tidak terganggu dengan ini tapi mengingat bagaimana biasanya dia sering bercanda dengan Haven apalagi Jovan yang merupakan sahabatnya membuatnya merindukan kehidupannya sebelum semua ini terjadi. Dia menyesal, tapi rasanya tidak ada gunanya.
-
Semua anak OSIS berada di ruang rapat untuk melakukan rapat yang tertunda kemarin. Hawa yang biasanya dingin karena Haven dan Jovan sekarang malah terjadi karena Jovan dan Yasa. Bahkan anak OSIS pun seakan enggan berdiskusi dengan Yasa.
Setelah rapat selesai Yasa menghampiri Jovan namun Jovan tak melihatnya sama sekali dan memilih untuk langsung keluar ruangan melewati Yasa. Anak-anak lain yang masih di dalam ruangan melihat mereka dan mengerti akan sikap Jovan. Sementara Haven hanya melihat sekilas karena enggan untuk melihat Yasa, tapi masalahnya masih ada hal yang harus mereka diskusikan yang harus dikerjakan segera.
"Sa, untuk data-data yang kemarin diminta udah lo kerjain?" tanya Haven yang membuat Yasa sedikit kaget.
"Hah? ohh itu belum selesai, nanti gue kerjain lagi."
"Dua hari lagi udah harus dikumpulin. At least besok lo harus udah selesai sa. Biar gue bisa kerjain punya gue."
"Iya ven."
Setelah mengatakan itu Haven mengambil barang-barangnya dan berniat untuk langsung keluar tapi Yasa menahannya.
"Tunggu ven."
Haven tak menyahut, hanya menaikkan alisnya seolah bertanya kenapa. Yasa yang melihat sikap Haven ditambah dengan raut wajah tak bersahabatnya menelan ludahnya kasar.
"Gue mau minta maaf. Gue beneran salah karena udah kemakan omongan orang. Gue minta maaf atas surat-surat teror itu."
"Minta maaf sama Jovan." sahut Haven lalu langsung keluar ruangan.
-
"HAVEN!!" Haven yang sedang berjalan di koridor menoleh ke belakang saat ada suara Jerico memanggilnya.
"Kenapa kak?" tanya Haven melihat Jerico yang terengah-engah.
"Nafas dulu coba... kenapa sih?" kata Haven lagi.
![](https://img.wattpad.com/cover/294180092-288-k83450.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Haven Arion | Watanabe Haruto
Ficción GeneralHaven Arion dan bagaimana dia menjaga nama itu.