Author POV
Malam ini anggota keluarga Erlangga disibukkan sengan persiapan untuk menghadiri acara makan malam keluarga besar mereka. Selain menyiapkan penampilan mereka juga harus menyiapkan mental tentunya. Pastinya orang-orang disana nanti pasti akan merendahkan mereka.
"Pa kita nggak bisa jangan pergi aja ya?" tanya Hanggara pada Jonathan.
"Enggak bisa gara, mereka pasti akan makin ngerendahin kita kalau kita nggak dateng, Kita pasti bakalan dicap pengecut sama mereka." kata Jonathan.
"Kita berangkat sekarang ya.." sambung Jonathan dan mereka berangkat menuju kediaman keluarga besar Erlangga.
-
Mobil Haven masuk ke dalam pekarangan rumah megah keluarga besar Erlangga. Ini kedua kalinya Haven masuk ke sana, pertama kali adalah saat Arin akan menikah dengan Jonathan. Setelah memarkirkan mobil, mereka langsung masuk ke dalam rumah yang disambut dengan meja makan yang sudah dipenuhi berbagai hidangan dan anggota keluarga yang sudah berkumpul semua.
"Oh kalian baru dateng? ayo duduk." kata Hermawan - Ayah Jonathan.
"Iya yah.. yang lain nggak dateng yah?" tanya Jonathan.
"Enggak, cuma keluarga kamu, Heru, sama Jessica." sahut ayahnya.
"Nah karena semua udah disini kita mulai aja ya makan malemnya." kata Heru.
Dan mereka mulai mengobrol banyak, tentang masa lalu juga membicarakan banyak hal.
Awalnya semua berjalan dengan sangat hangat dan berjalan baik, sampai saat Salma dan Heru mulai menyinggung soal kebangkrutan perusahaan Jonathan.
Suasana mulai tidak enak dengan Salma dan Heru yang terus-terusan merendahkan Jonathan. Haven yang mendengar itu sudah muak namun dia harus tetap menjaga sopan santun, karena mereka bicara dengan Jonathan jadi Haven menunggu Jonathan membalas atau menyangkal. Namun tidak dilakukan. Jonathan hanya diam saja.
"Aku turut prihatin sama kalian, kalian jadi harus tinggal di tempat kecil. Dan gimana sama sekolah anak-anak? kayaknya mas nggak punya pilihan lain sih selain pindahin ke tempat yang lebih murah." kata Salma yang terlihat jelas sedang mengejek.
"Iya Nat, Tadi kamu ke sini naik apa? mobil kamu kan diambil sama bank." sahut Heru yang sungguh membuat Jonathan dan yang lainnya muak.
"Aku juga prihatin sama kamu rin, dan Haven juga. Kalian baru aja jadi keluarga tapi kalian malah udah jatuh miskin kayak gini." kata Salma lagi dengan muka sedih yang dibuat-buat.
Sungguh Haven sangan muak.
"Terimakasih untuk ucapan prihatinnya tante, om. Tapi untuk saat ini saya rasa kami belum membutuhkan itu, jadi om sama tante bisa simpan dulu untuk dipakai nanti kalau kami udah benar-benar jatuh miskin. Saya tidak bermaksud menolak niat baik om dan tante, nggak sama sekali. Kami bersyukur karena punya keluarga yang sangat perhatian. Tapi masalahnya untuk sekarang kami masih hidup dengan sangat layak. Kami masih datang dengan menggunakan mobil, masih tinggal di tempat luas yang jauh lebih dari kata layak, kita masih bisa bayar biaya sekolah, kuliah dengan baik. kita juga masih bisa makan enak. Selain label kalau perusahaan papa mengalami masalah, kita masih hidup seperti biasanya. Jadi rasanya nggak enak kalau harus nerima ucapan itu sekarang." kata Haven sangat tenang dengan senyum palsu yang jelas bertengger di wajahnya.
Mendengar itu salma dan Heru merasa tertantang karena baru kali ini ada yang menjawab perkataan mereka. Biasanya Jonathan dan keluarganya hanya diam saja.
"Oh ya, bagus dong. Emang kalian tinggal di tempat layak kayak gimana?" tanya salma menantang.
"Diamond Palace. Om sama tante bisa berkunjung kalau ada waktu, kita akan sangat senang. Ya kan pa?" kata Haven.
"Iya, nanti kalian bisa main kesana." Sahut Jonathan.
Hermawan selaku kepala dari keluarga besar itu menatap kagum dengan Haven. Yang bisa dia tangkap adalah Haven bukan orang sembarangan. Dia tau Haven bukan tipikal anak baik penurut jika dilihat dari bagaimana dia membalas tadi. Dia juga bisa lihat dengan jelas tatapan marah di mata Haven walaupun dia masih memasang senyum palsu.
"Kalau udah bangkrut kenapa masih cari apartement yang se mewah itu sih nat. Harusnya jangan turutin gengsi kamu." kata Heru yang sudah kalah telak.
"Kakak nggak perlu khawatir, kita udah fikirin semuanya." Sahut Jonathan menutup perbincangan mereka.
-
Makan malam itu akhirnya selesai dan sekarang keluarga Erlangga sedang dalam perjalanan menuju rumah mereka masih dengan Haven yang menyetir mobilnya. Terlihat jelas suasana hati semuanya yang buruk, namun Haven terlihat berkali lipat lebih buruk dari yang lainnya. Mungkin karena Haven memiliki harga diri menjulang tinggi dan mendengar tante Salma dan Om Heru yang merendahkan mereka membuat emosinya di ubun-ubun.
"Haven, harusnya kamu nggak perlu ngomong kayak tadi. Gimana kalau mereka bener, gimana kalau keadaan kita semakin buruk?" kata Jonathan.
"Trus aku harus diem aja?" tanya Haven singkat.
"Bukan gitu Haven, yang mereka bilang itu bener." sahut Jonathan.
"Bener bagian mananya pa? Kita masih hidup dengan baik." sahut Haven bersikeras.
"Iya untuk sekarang, tapi nggak ada yang bisa menjamin besok gimana ven."
"Iya. Aku, papa, juga siapapun nggak bisa menjamin besok gimana. Tapi saat ini kita masih hidup dengan sangat layak. Buat apa nerima semua omongan mereka?" tanya Haven yang tidak bisa dijawab oleh Jonathan.
"Aku nggak suka mereka nginjek-nginjek kita kayak tadi pa. Mungkin papa sama yang lain udah biasa denger yang kayak tadi. Tapi aku sama mama nggak." kata Haven masih fokus dengan jalan di depan mereka.
Jonathan tidak menjawab lagi. Dia tahu pembelaan seperti apapun tidak akan meredakan amarah Haven.
-
Sampai di apartement Haven langsung masuk ke kamarnya disusul oleh Hanggara dan pada akhirnya semua orang masuk ke kamar masing-masih.
Hanggara dan Haven sudah bersiap akan tidur, namun tidak satupun dari mereka yang bisa memejamkan matanya.
"Udah tidur ven?" tanya Hanggara.
"Belum kak, nggak bisa tidur." jawab Haven.
"Menurut lo yang mereka bilang itu bener nggak?" tanya Hanggara lagi.
"Yang mana?"
"Tentang kita yang mungkin beneran jatuh, mungkin gue harus stop kuliah dulu, mungkin kalian harus pindah ke sekolah lain, mungkin nanti kita harus tinggal di tempat kumuh." kata Hanggara mengungkapkan ketakutannya.
"Mungkin. Tapi ada kemungkinan juga kita bisa lewatin ini, bisa balik lagi ke rumah, bisa balikin keadaan seperti semula lagi. Semua kemungkinan itu ada kak. Gue mungkin gak punya uang sebanyak yang papa punya dulu. Tapi sebisa mungkin selagi papa berusaha balikin semuanya, gue juga bakal berusaha bikin kita bertahan, seengaknya kita nggak perlu pindah lagi, nggak perlu pindah sekolah atau berhenti kuliah. Sebisa mugkin nggak akan gue biarin orang lain ngerendahin kita lagi kak. Sekalipun gue harus ambil banyak job, nggak masalah. Selama kita masih bisa hidup layak gue bakal lakuin itu." kata Haven.
"Tau gak ven? gue sebenarnya malu banget. Gue yang paling tua tapi gue justru nggak bisa bantu apa-apa." kata Hanggara jujur.
"Siapa bilang? kan lo juga udah sering bantu-bantu papa kak. Gue yakin papa pasti udah bangga sama lo."
"Emang iya?" tanya Hanggara tak yakin.
"Coba aja lo tanya papa." sahut Haven
"Ya semoga aja" Hanggara menjawab dengan tidak yakin, tapi dia tetap berharap bahwa yang dikatakan Haven benar,....
*******
Hellooooo udah nonton Treasure World Map??
KAMU SEDANG MEMBACA
Haven Arion | Watanabe Haruto
General FictionHaven Arion dan bagaimana dia menjaga nama itu.